"SASAAA!"
"Apa sih, Ra? Gak usah teriak, berisik!"
"Nih! Cobain!"
Sasa menoleh, menaruh pulpennya di atas meja. Lalu melangkah mendekat ke arah Deara yang memanggilnya tadi.
"Wih, apa tuh?" tanyanya, dengan wajah yang merekah melihat isi dari kotak makan yang diacungkan Deara di depan wajahnya.
"Banana pancake buatan Deara, yuhuu!" jawab Deara riang, "nih, cobain, kalo enak berarti resepnya berhasil."
Sasa menurut, tangannya terangkat mengambil garpu, menusukkan banana pancakenya. Yang kemudian memakannya.
Sasa mengunyah, membuat Deara di depannya memasang wajah harap-harap cemas memandangi Sasa yang belum memberikan reaksi apa-apa.
"Gimana?" tanya Deara penasaran.
Yang ditanya baru saja menelan makanannya, kini berpikir bagaimana mendeskripsikan rasa dari banana pancake itu.
"Hmm," gumam Sasa, "lumayan sih, tapi masih kurang."
"Kurang enak?"
"Kurang banyak, masa kecil banget pancakenya, itu mah sekali caplok juga gak kenyang."
Deara mendengus, memukul lengan Sasa pelan membuat Sasa tertawa kecil, memakan banana pancakenya lagi.
"Yaudah tapi enak, kan?" Deara bertanya lagi.
Sasa mengangguk, yang kemudian terdiam menyadari sesuatu.
"Tapi kenapa lo tiba-tiba niat bikin ginian? Biasanya mager kalo di rumah." tanya Sasa membuat Deara mendelik.
"Kata siapa gue mageran? Kan lagi iseng aja, kemaren nemu majalah terus di belakangnya ada resep banana pancake," jawab Deara.
Sasa hanya ber-oh ria saja. Kini fokus menghabiskan banana pancake. Padahal Deara selaku pembuat pancake ini belum mencicipinya sama sekali.
Memang, Sasa yang memiliki nama asli Charissa Aline ini sangat menyukai makanan manis. Gadis berusia 17 tahun yang memiliki mata bulat dan pipi chubby, membuatnya terlihat menggemaskan apalagi dengan tubuh mungil Sasa yang bisa dibilang tak beda jauh dengan anak-anak SD.
Sasa sendiri heran mengapa ia punya tubuh mungil sedangkan Javier malah mempunyai tubuh tinggi menjulang.
Ah, ngomong-ngomong tentang Javier, Javier adalah adik Sasa yang hanya berjarak usia satu tahun, bersekolah yang sama dengan Sasa di SMA Dwi Kusuma.
Sasa punya dua hobi, yang pertama yaitu makan donat, yang kedua adalah mengganggu dan menyuruh-nyuruh Javier.
Javier sendiri walaupun tak tahan di ganggu dan disuruh-suruh oleh sang kakak, tetap saja akhirnya ia akan menuruti.
Saat pulang sekolah Sasa biasanya mampir ke toko donat di pertigaan dekat sekolahnya. Memilih donat-donat manis dengan taburan berwarna-warni dan membelinya untuk dibawa pulang kerumah.
Tapi belinya bukan pakai uang jajan Sasa. Lalu, uang jajan siapa?
Ya, tentu saja pakai uang jajan Javier.
Nanti saat sudah sampai rumah, biasanya donat yang Sasa beli akan ia bawa ke kamar dan mengunci kamarnya. Biasanya juga Javier akan mengetuk pintu kamar Sasa, berteriak sambil merengek.
"Kak donatnya kan beli pake uang gue jangan buat lo semua!"
"Kak kata mama gak boleh makan di kamar entar kotor!"
"Kak inget ya itu donat selusin lima puluh ribu! Balikin duit gue kalo gak mau bagi!"
"Kak bagi satu lah kak jangan pelit!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Evolusi
Fiksi RemajaSeperti bumi yang berubah berangsur dan perlahan, ada seseorang yang yakin bahwa perasaan manusia juga sama. Berevolusi. Dia, Lavitian Ergantara. Dengan penantiannya menunggu perasaan Charissa Aline berubah.