♾♾♾♾♾
"Hai Jelly!"
Aku mengalihkan pandanganku dari handphone yang sedang menampilkan permainan cacing menjadi menatap pria yang memanggil ku tadi.
Jaehyun? Jadi orang yang dimaksud Jisung itu Jaehyun? Tentu aku mengenalnya, dia kakak tingkat ku sekaligus sepupu kekasihku. Ah, dia juga mantan ku saat SMA dulu.
Tapi kumohon abaikan kalimat terakhirku.
"Jaeri," koreksi ku cepat.
"Iya, terserah deh. Jadi mau langsung pulang atau mau mampir dulu?" tanyanya sambil menyodorkan helm.
Aku mengerutkan dahi sambil menatap helm berwarna cokelat mirip seperti emoji aplikasi Line.
"Mobil lagi dipinjem bokap buat jalan-jalan, jadi motor aja yang ada," jelasnya yang membuat aku mau tidak mau menerima helm darinya.
Padahal bukan itu yang ingin kutanyakan. Melainkan pertanyaannya yang menawarkan ku untuk langsung pulang atau mampir terlebih dahulu.
Tapi ya sudahlah, aku tidak peduli.
Setelah duduk di kursi penumpang, motor mahal milik Jaehyun berjalan membelah kota yang tidak terlalu padat.
♾♾♾♾♾
Jaehyun mengantarkan ku langsung tanpa mampir sesuai permintaan ku, untungnya. Kukira dia akan membawaku ke suatu tempat tanpa izin ku seperti di cerita-cerita yang pernah kubaca.
Sepertinya ia sudah berubah banyak, syukurlah.
"Makasih Kak," aku segera masuk setelahnya, Jaehyun juga pergi begitu saja tanpa mengatakan apapun.
Tidak hanya penampilan nya, sifatnya juga sangat berbeda saat SMA dulu.
"Ciee, siapa tuh Nujel? Pacar ya?"
Tuh kan, adikku saja sampai tidak mengetahui siapa yang baru saja mengantarku saking banyaknya perubahan pada Jaehyun.
Aku menggerlingkan mataku malas lalu menggeser tubuh adikku yang menghalangi sebagian pintu masuk. "Berisik ah, itu cuma kakak tingkat."
"Aih, padahal ganteng. Kenapa gak dipacarin aja sih?"
Well, yah keluargaku tidak ada yang tahu kalau aku memiliki kekasih. Bukannya aku tidak terbuka pada mereka, tapi aku takut Jisung mendapatkan tekanan.
Keluarga ku penganut lelaki itu harus lebih dewasa dan kuat dari perempuan, jadi aku memilih diam. Begitupun Jisung pada keluarganya.
Kesimpulannya kami back street.
"Lagi gak minat pacaran," jawabku singkat. "Mama mana?"
"Nah, barusan banget Lele mau cerita! Jadi Lele bakalan sekolah di sekolah umum mulai minggu depan, jadi Mama lagi ngurusin itu. Hehe. Seneng deh bisa sekolah biasa, pasti punya banyak temen."
Aku hanya menanggapi nya dengan anggukan karena kini mulutku sedang sibuk mengunyah semangka yang ada di kulkas —kebiasaan ku kalau mood-ku sedang buruk.
"Oh, sekolah mana?"
"SMA Neocity 127"
"Uhhukk! Le mineral le!" teriakku spontan karena biji semangka yang yang awalnya ingin kubuang menjadi masuk ke tenggorokan karena mendengar jawaban Chenle.
"Hah?"
"Air! Maksudnya air, aduh cepetan keselek nih," keluh ku yang langsung dianggukinya.
Ini gila, itu adalah sekolah yang sama dengan Jisung. Bagaimana jika hubungan ku dengan Jisung sampai ketahuan oleh Chenle?
"Makasih," ucapku setelah meneguk habis air yang diberikan Chenle.
"Lagian kenapa bisa sampai keselek sih, Nujel! Ckckckck," ucapnya sambil menggelengkan kepalanya.
"Kaget aja. Harus banget di sekolah itu Le? Lagian tumben banget Mama bolehin kamu sekolah di tempat umum, dapat ilham darimana sih?"
"Hehehe, itu rahasia. Intinya Lele yang bujuk biar Mama bolehin. Kalau masalah sekolah gak tau deh kenapa harus di sana. Lele ngikut doang."
Aku hanya berdeham menanggapi, mataku berkedut nyeri bekas menangis beberapa menit lalu. Pikiranku kembali pada hal itu. Iya itu.
Usia.
Dulu aku sangat ingat sekali saat aku masih SMA dulu, ada teman sebangku ku berpacaran dengan anak SMP dan aku akui aku sempat mentertawakan nya.
Huft, karma memang tidak pernah main-main.
Hampir satu sekolah tahu hubungannya dengan bocah SMP itu karena hampir setiap hari kekasihnya itu mampir untuk menjemput teman ku.
Hingga suatu hari, ia dikabarkan putus. Dan saat kutanya apa alasannya, ia bilang bahwa Mr. Hwang atau wali kelas aku saat itu memberi nasehat yang membuat pikiran nya terbuka.
"Kata hwang-saem, proses penuaan perempuan terjadi lebih cepat daripada laki-laki."
Yang waktu itu aku respon dengan pertanyaan. "Loh, apa hubungannya?"
"Kamu tahu Jel, kalau aku misalnya sudah tua dan jelek. Aku tidak mau ditinggal. Ibuku yang muda sebelas tahun dari ayahku saja terlihat seumuran, apalagi aku dengan Miko dimana aku lebih tua lima tahun darinya? So, lebih baik aku meninggalkannya sekarang daripada aku ditinggalkan pas aku sudah tua nanti dimana tidak ada lagi yang tertarik padaku."
Jika dipikir-pikir, itu alasan yang kurang akurat. Maksudku, kalau orang sudah cinta mau bagaimanapun bentuknya mereka tetap sayang. Bukankah begitu?
Hem, tapi belakangan ini aku juga sering membenarkan ucapan Mr. Hwang sehingga membuatku meragukan Jisung?
"Nujel!"
"Hah? Apa?"
"Handphone nya bunyi dari tadi tuh. Cepetan angkat, keburu gosong!" ejeknya lalu kabur ke kamarnya.
Jung Jaehyun Management '17 is Calling You
"Fuck."
♾♾♾♾♾
Gue gtw ini apaan tapi gue cinta bgt sama yg namanya Na Jaemin. Bye.
KAMU SEDANG MEMBACA
Filsafat Hati ; Jisung
Fanfiction"Cinta bukan perihal usia." Itu bukan pertama kalinya pria yang lebih muda dua tahun dariku mengatakan hal demikian untuk meyakinkan ku bahwa hubungan kami bukanlah sebuah kesalahan. "Aku sayang kamu, tanpa alasan. Termasuk usia."