3) Jaeri and her family

61 8 6
                                    

♾♾♾♾

Makan malam berjalan lancar seperti biasanya. Ia saking biasanya aku dan Chenle sudah terbiasa hanya makan berdua di meja makan yang mampu menampung dua belas orang.

Yup, seperti dugaan kedua orang tua ku sibuk bekerja. Papa ku dia sedang sibuk-sibuknya mengurus proyek baru perusahaan dengan perusahaan makanan dari Indonesia, sehingga membuatnya harus lembur sampai lupa kalau ia memiliki rumah di gangnam.

Mama ku lain lagi, dia adalah seorang designer yang cukup terkenal. Minggu depan ia diundang di event fashion di Jeju untuk menampilkan hasil karyanya. Itu sebabnya ia selalu bekerja di butik nya bersama rekan-rekannya untuk mendesign pakaian yang akan ditampilkan.

"Nujel, tadi Mama nelpon kamu kok gak di angkat?"

Aku yang lagi membersihkan piring langsung menoleh ke arah Chenle yang sudah duduk di ruang TV sambil mengemil oatmeal nya.

"Hah? Kapan?" tanyaku bingung.

Karena seingatku tidak ada satupun panggilan dari Mama ku hari ini, kecuali tadi pagi yang menyuruhku untuk membangunkan Chenle.

"Siang, katanya sih panggilan sedang sibuk. Lagi telponan sama siapa hayo?"

Lagi-lagi adik ku satu itu mulai mengejek ku lagi. Aku hanya memutar mata jengah.

Aku ingat, tadi siang aku lumayan lama berteleponan dengan Jaehyun sampai-sampai aku tertidur dibuatnya.

"Nanti aku telepon balik. Kamu gak ada prepare buat minggu depan gitu? Seragam? Buku?"

Dia berdecak kesal lalu menaruh oatmeal nya di meja yang ada di depan sofa dengan hentakan. Aku kaget dibuatnya.

"Chenle!" tegur ku yang tak ia gubris.

"Jangan diingetin! Lele masih kesal sama Mama gara-gara itu!" cerocos nya sambil cemberut.

"Loh kenapa?" aku mulai berjalan mendekat dan duduk di sebelahnya.

"Lele gak dibolehin ikut buat beli barang-barang itu! Katanya biar Mama aja yang urus semuanya! Huh, padahal kan Lele pengen ikut belanja!"

Ya ampun, ternyata hanya gara-gara itu? Aku kira dia marah karena aku bertanya padanya.

"Itu artinya Mama gak mau kamu repot Le, dia mau kamu terima seneng aja!"

"Justru itu Nujel! Justru itu!" teriaknya protes.

"Lele berasa gak dianggap, Lele malah seneng direpotin, apa lagi itu buat keperluan Lele sendiri. Rasanya aneh gak berguna buat keluarga sendiri! Lele gak suka nyusahin orang lain, Lele mau direpotin! Sama Nujel, maupun Mama atau Papa!" teriaknya lalu lari ke kamarnya.

Aku diam, sedikit menyadari kalau apa yang dikatakan adik ku itu ada benarnya.

Aku juga justru senang jika Mama merepotkan ku dengan pekerjaan rumah, itu artinya Mama percaya dengan ku.

Apa itu juga yang dirasakan Jisung saat semua yang harusnya menjadi tanggung jawabnya aku ambil supaya tidak repot?

Jadi selama ini aku....

Ah sial! Aku harusnya tidak menolak saat Jisung sangat ingin direpotkan! Jaeri bodoh! Bodoh! Bodoooohhh !!!

Saat aku sedang menggerutu diri ku sendiri, telepon ku berbunyi, itu dari Mama ku.

Ah, aku sampai melupakan harus menelepon balik untuk memberi kabar.

"Halo Ma," ucapku setelah menggeser tombol hijau di handphone ku.

"Kalian berdua gak lagi berantem kan? Mama khawatir!"

"Hah? Maksud Mama apa?" tanyaku bingung.

Filsafat Hati ; JisungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang