"EGARRRR! " teriakan lantang memekakkan telinga milik Egar. Siapa lagi kalau bukan Elisabeth yang berteriak itu. Elisabeth adalah teman dekat Egar kata lain sih Elisabeth yang sering mendekati Egar. Walau terkadang Emmy kesal dengan kedekatan Egar dengan Elisabeth itu, Emmy tau Elisabeth lebih dari dia, kulit putih mulus wajah cantik, suara lembut sangat feminim siapapun ingin selalu berdekatan dengan Elisabeth. Apalah Emmy yang hanya wanita cempreng, jealousy, dekil, dan emmm gendut:(
"Apaan? " Tanya Egar.
"Gini, lu kan searah sama gua. Anterin gua pulang yuk:)" Ujar Elisabeth dengan wajah memelas. Egar yang melihatnya hanya memasang wajah datar. Ia kan sekarang ingin pulang bersama Emmy karena ia janji akan bicara sesuatu di rumanya nanti bersama Emmy.
"Gabisa Beth, gw udah janji sama Emmy kalo mau pulang bareng dia. " Tolak Egar dengan wajah yang masih dingin.
"Yah, pliss hari ini aja soalnya gua ga di jemput sama om gua. " Ujar Elisabeth dengan suara lembutnya. Mau tak mau Egar harus mengantar Elisabeth, karena bagaimana pun Elisabeth dulu sempat membantunya. Egar dengan pasrah hanya menganggukkan kepalanya.
"Serius Gar?! Lo mau kan?! " Tanya Elisabeth lagi dengan suaranya yang lembut.
"Iya. "
Akhirnya Egar memilih untuk memberitahukan Emmy bahwa ia tidak bisa pulang bersama Emmy. Dan tidak jadi untuk berbicara serius pada Emmy. Kemudian ia mengetik pesan untuk Emmy agar ia langsung pulang saja dahulu dan jangan menunggu Egar.
"Egar ayoo... "
Elisabeth menarik Egar keluar kelas dan melangkah menuju gerbang, ketika diseret oleh Elisabeth Egar sempat berpikir, apa Emmy sudah pulang atau belum? Apakah Emmy akan marah padanya? Egar mencoba berpikir pikir. Dan sampailah mereka berdua di depan gerbang, dan saat ingin keluar dari gerbang Egar pun melihat Emmy sedang terduduk dengan wajah di tutupi oleh lutut atau lebih tepatnya Emmy menenggelamkan wajahnya sambil memeluk lututnya. Egar tercengang namun sedetik kemudian tepukkan di bahunya membuat ia tercengang.
"Gar! Ih kok ngelamun? Ayooo! " Ujar Elisabeth membuyarkan pandangan Egar ke arah Emmy.
"Eh, apasih?! Bentar napa bawel bat lu! " Egar kesal karena Elisabeth membuyarkan pemandangannya yang tertuju kepada Emmy.
"Ihhh ayoo... " Baru saja Egar ingin menolak akan pulang bareng dengan Elisabeth, Egar sudah di tarik paksa oleh wanita itu. Egar hanya memasang wajah datar sambil pasrah ketika Elisabeth terus menariknya sambil berjalan dengan langkah cepat.
Sedangkan di lain tempat, Emmy tengah merasakan pusing yang tak terkendali. Bagaimana tidak pusing? Sepedanya, sepeda wanita itu rantainya putus dan harus di bawa ke bengkel. Sedangkan sekarang Egar lebih memilih untuk tidak mengantarnya, Emmy tersenyum kecut sambil merutuki hatinya itu. Kenapa juga ia merasa sakit dan ingin menangis hanya karena hal ini saja.
"Emmy? "
Suara bariton itu terdengar di telinga Emmy, dengan wajah lesunya ia mencari keberadaan suara yang tadi memanggilnya. Arfa Raftullah Ikhwan ia pria yang tadi baru saja menyapa Emmy. Arfa pria teman sekelas Emmy sejak SMP hingga kini mereka berada di sekolah yang sama pula. Arfa adalah pria baik, ia selalu saja baik dengan Emmy maupun dengan yang lain. Sedangkan Arfa sendiri memiliki jabatan sebagai ketua Rohis di sekolah ini. Subhannallah, idaman:')
BACK TO THE STORY!
"Eh Arfa, ada apa? " Tanya Emmy dengan wajah lesunya. Ia benar benar lemas. Haduhh ia tak tau kalau tiba tiba rantai sepedanya bisa putus seperti ini.
"Gapapa, tadi aku ngeliat kamu aja lagi duduk begini aku kira kenapa kenapa. " Ucap Arfa dengan wajah tersenyum.
"Gapapa kok cuman pusing aja, oh yaa Arfa kamu ga pulang? "
KAMU SEDANG MEMBACA
Egar & Emmy
ChickLit'Terlalu sering memberi kesempatan untuknya hingga lupa memberi kesempatan untuk diri sendiri tuk bahagia. ' -E.OV & -E.P.K