Part 10 - Trauma?

19 2 0
                                    

19.30 WIB

"makasih ya kar udah nemenin aku hari ini"

"iya lang, makasih udah nganter aku sampe ketempat kerja"

"maaf ya, jd ganggu waktu istirahat kamu deh" lanjutnya sambil garuk garuk kepala Bagian belakang..

"santai aja, Jarang2 juga kan kamu kejakarta"

"iya, jangan lupa kapan kapan kenalin pacar kamu" godanya bikin gue tambah kikuk

"yaudah sana balik ke bataliyon.. Hati2 dijalan" usir gue dengan sangat amat memaksa.. Hahaha

"semangat kerjanya ya"

"iya lang, makasih"

"yo kar sama-sama.. Gue duluan ya"

Kerja kerja kerja guys.. Tiada hari tanpa kerja..

****

"hey, lama gak ketemu."
Seper-sekian detik gue berenti tepat dilorong pemisah antara ruang operasi dan UGD umum. Tepat 10 langkah didepan gue adalah manusia yang paling gue hindari. Manusia yang bisa bikin badan gue kaku cuma sekedar liat bayangan dan suaranya..

"masih kenal saya Bidan Kartika?"
Dia masih berjalan anggun menggunakan heels dan jubah snelli kebanggannya mendekat ke arah gue. Rasanya saat ini gue pengen balik badan dan kabur gitu aja.

"makin cantik ya, saya liat bu bidan bahagia banget hari ini?"

Makin dekat dia berjalan kearah gue, jangan tanya gimana respon gue, gue cuma bisa jalan mundur sambil jaga jaga liat situasi kanan kiri.

"jadi? Sekrang Pacar siapa lagi yg dirayu sama bu bidan? Hebat ya bisa di antar jemput sama siapa aja. Udah bisa moveon dari calon suami saya rupanya?"

Ucapannya makin tajam meruncing. Sorotan mata tak suka yang sangat amat jelas dia tunjukan buat gue.

Badan gue terasa lemas, pelarian gue berhenti saat gue menabrak tiang pemisah antara UGD dan ruang operasi. Seketika gue ambruk dan terjatuh..

"gak usah drama bu bidan, saya cuma mau ngasih undangan ko" ucapnya sinis sambil memberikan selembar kertas berbungkus plastik yg bisa diliat dari motifnya itu adalah undangan pernikahan berwarna navy.

"Dina, gila ya kamu" bela sang pria pujaan yang lari dari lorong UGD, pria itu lebih memilih menolong gue yg makin terpuruk terjatuh. Ada sedikit tenang walaupun gue gak pernah berharap buat ada diantara mereka.

"hey sayang, kenapa sih? aku kan cuma mau ngasih undangan pernikahan kita" lanjut si rubah jahat dengan nada manja.

"kamu gapapa kar?"
Ucap fahmi sambil membantu gue berdiri.
Gak cuma badan gue, Hati guepun ikut hancur. Bibir gue rasanya kelu, air mata gue rasanya mau netes tapi masih bisa gue tahan. Rasa takut bercampur dengan rasa sakit malah bikin gue makin terasa sengsara.

"manja banget sih bu bidan. Gapapa sih. bonus ya, kapan lagi bisa dipeluk calon suami saya" ujarnya sinis tetap masih memegang surat undangan yang blm sempat gue ambil.

"lepasin saya dok, saya gapapa" ucap gue sambil mengambil tas dan mencoba berdiri sendiri. Merapihkan baju dan mengambil undangan yg diberikan sama dokter dina.

Thesaurus (Kita adalah Rasa Yang Sama) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang