Part 14

272 47 5
                                    

"Seperti biasa, nggak ada yang dateng"

Chaeyeon mengedarkan pandangan ke sekeliling kelas yang lengang.

Acara belajar bersama hari ini kembali sepi peminat, sama seperti hari-hari sebelumnya.

Chaeyeon menghela napas, lalu kembali menekuni buku sejarahnya.

Siyeon memperhatikan Chaeyeon sebentar, lalu melirik Jeno yang tampak asyik dengan jurnal akuntansi.

Hari ini Jeno bersikap sama seperti yang sudah-sudah. Tidak ada tanda-tanda kalau kemarin ia menyanggupi permintaan mustahil Siyeon untuk menanggung hidupnya sebanyak tujuh juta sebulan.

Mungkin Jeno memang tidak pernah datang, mungkin kemarin Siyeon hanya bermimpi.

Tahu-tahu Jeno mendongak dan menatap Siyeon. "Lo bisa ngayal nggak?"

Siyeon mengerjapkan mata. "Hah?"

"Lo bisa ngayal, kan?" ulang Jeno, lalu menyodorkan jurnalnya pada Siyeon.

"Ini. Anggep aja lo punya perusahaan dan lo belum punya karyawan. Mau nggak mau, lo harus ngitung pemasukan dan pengeluaran perusahaan lo sendiri"

Siyeon menatap tabel-tabel jurnal itu, dan sebentar saja kepalanya sudah pusing.

"Kenapa" kata Siyeon sambil memijit dahi.

"Gue harus ngitung duit fiktif, punya perusahaan fiktif pula?"

Jeno terkekeh. "Itu satu-satunya cara supaya akuntansi terasa menyenangkan."

Chaeyeon sekarang sudah ikut menatap Jeno, tampak menarik.

"Mending kalo perusahaannya untung, kalo rugi?" tantang Siyeon.

Jeno tampak berpikir sebentar. "Ya anggep aja lo lagi sial. Berani bisnis, harus berani rugi dong" jawabnya kemudian.

Siyeon mendengus. "Mr. Brightside"

"Bener juga ya" kata Chaeyeon, membuat Siyeon segera menoleh.

Anak perempuan itu tampak sudah menerawang. "Oke kalo gitu, gue mau cari tahu nasib perusahaan gue di soal ini."

Siyeon menatap Chaeyeon yang sekarang sudah membuka buku akuntansi dan menghitung dengan ceria.

Siyeon lantas melirik Jeno yang juga sudah sibuk menghitung.

Siyeon mendesah, dua makhluk di dekatnya ini terlalu menyilaukan. Meraka berdua dan dirinya terlalu jauh berbeda.

Siyeon lantas tidak tahu apa yang ia lakukan disini, di antara mereka.

Tahu-tahu tatapan Siyeon bertemu dengan Jeno.

Jeno mengangkat alis seolah bertanya 'ada apa' dan Siyeon dengan segera merasa pipinya memanas.

Seumur hidupnya, pipinya tak pernah terasa panas. Tidak pernah sekalipun, dan sekarang ia merasakannya hanya karena seorang anak laki-laki mengangkat alis padanya.

Jeno dan Chaeyeon menatap Siyeon ingin tahu.

Siyeon hanya membalasnya dengan gelengan kepala, lalu melirik buku akuntansi Jeno dan mulai membaca untuk mengalihkan pikiran.

"Hm?" gumamnya saat membaca sesuatu di buku itu.

"Kenapa Siyeon?" tanya Chaeyeon, ingin tahu.

"Kenapa ada biaya tak terduga? Biaya tak terduga itu biaya macam apa?" Siyeon lantas mencoret- coret bukunya.

"Buang-buang duit perusahaan gue aja."

Jeno menatapnya datar. "Emang sih gue suruh lo ngayal, tapi bukan berarti lo bisa seenaknya ngubah soal."

OUR STORY (REMAKE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang