Epilog

379 46 26
                                    

Chaeyeon manatap plang sekolahnya yang masih berkarat dan terpasang miring, bangunan di depannya belum berubah.

Jika ada sesuatu yang berbeda, hal itu adalah garis kuning yang dipasangi polisi di sekelilingnya.

Enam bulan berlalu semenjak tragedi itu, bangunan yang pernah menjadi saksi kehidupan masa remaja mereka kini resmi ditutup.

Semua orang masih melanjutkan hidup.

Chaeyeon menghela napas berat. Mungkin tidak semua.

"Ayo Chae" Chaeyeon menoleh mendapati Jeno yang menepuk bahunya.

Di sampingnya, Siyeon tersenyum sambil membawa karangan bunga. Teman-temannya lantas duluan melangkah masuk ke dalam gedung sekolah.

Chaeyeon mantap mereka, lalu mengangguk pelan.

Chaeyeon melangkahkan kakinya ke dalam gedung, ia menapaki lantai berdebu yang dulu ia lewati setiap hari.

Sekolah itu sekarang terasa begitu berbeda. Angker, tidak ada tanda-tanda kehidupan.

Teman-temannya berhenti sebentar di depan kelas sebelah untuk meletakkan sebuah karangan bunga untuk Eunsang.

Mereka lantas melanjutkan perjalanan ke kelas mereka, kelas yang penuh kenangan bagi siapa pun yang hadir di sana.

Air mata Chaeyeon segera merebak saat memasuki kelas itu, Chaeyeon tidak menyangka akan sangat merindukan kelas ini.

"Kenpa gue jadi sedih ya" kata Siyeon, memecahkan keheningan.

Chaeyeon menolah padanya, yang ternyata sudah duluan meneteskan air mata.

"Gue nggak pernah suka sekolah. Tapi aneh, gue kangen bangku gue." Siyeon lantas melangkah pelan ke bangkunya, lalu duduk di sana.

"Ngapain aja ya gue di bangku ini" Siyeonmengelus permukaan meja yang penuh coretan.

"Kalo di jumlah dalam satu tahun, mungkin seminggu gue make bangku ini dengan semestinya."

Semua orang menatap Siyeon nanar, mengerti betul perasaannya.

"Gue... kangen seragam buluk gue" celetuk Yeonjun, membuat semua perhatian kini tertuju padanya.

Ia lantas menggaruk kepala, salah tingkah. "Seragam SMA lebih enak dipake dari pada seragam bengkel."

Anak-anak tersenyum menanggapi gurauannya, Jeno menatap satu lagi karangan bunga yang dibawanya, lalu mulai melangkah. Anak-anak segera memberinya jalan.

"Untuk pahlawan yang sebenarnya" kata Jeno sambil meletakkan karangan bunga itu di meja guru.

"Pahlawan tanpa tanda jasa."

Semua mata sekarang kembali terdiam, mengenang Dongil, guru mereka yang gugur saat tragedi enam bulan lalu.

Chaeyeon dengan segera terisak, Dongil meninggal saat membelanya.

Gurunya itu meninggal karena menggantikannya, sampai sekarang pun, Chaeyeon masih merasa bersalah. Harusnya ia yang meninggal, bukan Dongil.

Tapi enam bulan lalu, Jeno berkata padanya, kalau nyawa yang telah Dongil selamatkan, harus dapat dipertanggung jawabkan dengan baik.

Dan Chaeyeon akan membuktikanya, Chaeyeon akan hidup dengan baik, untuk bagian gurunya juga.

"Chae" kata Jeno, membuat Chaeyeonmngangkat kepala.

Jeno tersenyum. "Habis ini kita harus mengunjungi Hangyul. Lo nggak boleh keliatan habis nangis"

Chaeyeon terkesiap, lalu segera menyeka air matanya.

OUR STORY (REMAKE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang