Tentang Bintang

1.5K 57 4
                                    

Ayah memberi nama kepadaku bintang karena aku adalah cahaya kata ayah, aku adalah milik ayah dan aku tidak tau mengapa bunda dan kakak meninggalkaku. Ayah memberiku nama lengkap Auxilio Bintang Bagaskara dan kakaku bernama Keivano Rizhard Angkasa, bundaku bernama Qiandra Armeta, ayahku bernama Gabriel Geraldino.

Sejak aku kecil bunda tidak pernah mau memeluku, aku tidak tahu apa yang menyebabkan bunda sangat membenci diriku, kadang aku ingin bertanya kepada ayah, bukan hanya bunda kakak juga membenciku, aku ingin tahu kenapa bunda begitu membenciku, apakah aku hanya merepotkan saja di keluarga ini. Kami di perlakukan begitu berbeda, bahkan saat ulang tahun kakak selalu mendapatkan banyak hadiah entah dari bunda dan juga nenek, beda dengan diriku. Saat aku ulang tahun hanya ada ayah yang menemaniku, di temani dengan 1 lilin kecil dan juga kue donat yang ayah belikan kepadaku, bukan karena ayah miskin dan tidak mampu, namun semua uang ayah di pegang oleh bunda, sehingga ayahpun sembunyi- sembunyi saat akan merayakan ulang tahunku.

Aku masih ingat dikala itu usiaku masih sekitar 5 tahun di saat kakak berusia 10 tahun, aku tidak di perbolehkan oleh bunda untuk menampakan diri dan merayakan ulang tahun kakak, kata bunda nanti aku akan merusak momen ulang tahun kakak, jika di tanya kenapa ayah tidak membelaku, karena pada saat itu ayah sedang pergi keluar kota. Bunda sebenarnya sangat takut dengan ayah.

Saat ini aku sedang sendirian belajar dikamar, bunda menarik tubuh ringkihku dan menyeretnya keluar.

"Anak sialan, enak sekali kamu duduk di kamar sedangkan cucian begitu banyak di dapur!" teriak bunda.

"Maaf bunda badan Bintang sakit, tubuh Bintang tak mampu untuk bekerja berat, rasanya napas Bintang sesak sekali," ucapku.

"Heh anak penyakitan kau selalu saja mencari alasan sekali malas ya tetap malas dasar sialan," umpat bunda kepadaku.

Dengan tubuh ringkih ini ku berjalan menuju dapur untuk mencuci piring dan gelas, jujur tubuhku sangat lemas, obatku sudah habis, sudah saatnya aku chek-up kedokter tapi ayah belum datang dari luar kota.

"Ya Allah kuatkan Bintang," ucap Bintang.

Kepala ku terasa sangat pusing tak terasa bau anyir keluar dari hidungku pandanganku sangat gelap bahkan piring yang coba ku cuci terjatuh, saat aku terjatuh ku dengar derap langkah kaki berlari menopang tubuh lemahku, iya dia ayahku yang telah kembali dari luar kota, ayah begitu marah dengan bunda yang telah memperlakukan ku sedemikian rupa hingga pertengkaran itu terjadi.

"Qiandra gila kamu, kamu sudah tahukan, jika fisisk Bintang itu lemah, aku sudah mewanti-wanti kamu agar tidak berlaku terlalu kasar kepada Bintang, apa kamu terlalu tuli, dia juga anakmu Qiandra, gunakan otak mu dengan benar Qiandra dan jangan kau gunakan egomu untuk meluapkan kebencianmu kepada Bintang, biadap kamu memang," teriak ayah.

"Sudah ku bilang dia bukan anakku dan dari sejak awal dia memang bukan anankku, aku tidak memiliki anak penyakitan dan sumber kesialan bagi rumah ini," teriak bunda.

Pertengkaran itu selalu terjadi setiap membahas keberadan Bintang, karena sesungguhnya bintang bukanah anak kandung dari Qiandra namun rahasia mengenai siapa orang tua bintang belum di beritahukan, bintang sendiri dalam keadaan pingsan dan dia juga belum tahu, bahwa Bintang bukan bagian dari keluarga Geraldino.

Gabriel membawa Bintang menuju rumah sakit Mutiara Bunda, karena disana dia bertemu dengan dokter yang sudah biasa menangani Bintang sejak kecil karena sejak lahir bintang menderita penyakit Polistemia Vera. Polisitemia vera adalah yang menyebabkan tubuh memproduksi terlalu banyak sel darah merah. Gangguan ini terjadi akibat keganasan pada sel darah yang bertumbuh saat sumsum tulang memproduksi terlalu banyak sel darah merah. Kondisi ini dapat membuat darah menjadi kental sehingga seseorang memiliki risiko lebih tinggi alami pembekuan darah dan berbagai komplikasi, seperti serangan jantung dan stroke. Polisitemia vera adalah kondisi kronis yang tidak dapat disembuhkan, tetapi perawatan medis dapat membantu untuk mengelola gejala dan risiko komplikasi.1

"Bagaimana keadaan Anakku Riska?" tanya Gabriel.

"Kamu terlambat melakukan chek-up sehingga menyebabkn kondisiny benar-benar menurun, aku sarankan kamu jangan terlalu sibuk dengan pekerjaan mu, nyawa Bintang bisa saja menurun kapan pun dan hal tersebut dapat menyebabkan serangan jantung mendadak," jelas dokter Riska.

Mendengar penuturan dokter Riska membuat Gabriel menjadi was-was dia sangat takut kehilangan Bintang, karena Bintang adalah amanah yang sangat luar biasa yang harus tetap dia jaga.

Mata indah itu kini terbuka, Gabriel sangat bahagia saat Bintang sudah tersadar.

"Ayah Bintang ada dimana ini ayah?" tanya Bintang.

"Kamu ada di rumah sakit nak," jelas Gabriel.

"Aku ingin kita pulang saja ayah," pinta Bintang.

"Maaf nak ayah tidak dapat mengabulkan permintaan mu untuk hal demikian kondisimu sangat drop," jelas Gabriel.

Sementara itu Qiandra menangis sendirian di rumah Keivano pun menghampiri sang ibu.

"Ibu kenapa bersedih?" tanya Keivano.

"Kamu tahu saat ini ayah lebih mengutamakan anak sekarat itu dari pada kamu dan ibumu ini, heran aku dengan ayahmu, kenapa dia masih memelihara anak sialan itu, kamu seharusnya juga marah seperti ibu, bagaimana kamu dan ibu lebih di kesampingkan dari pada anak sialan pembawa petaka, kenapa dia tidak mati saja, ingin rasanya aku menghabisi anak sekarat itu," jelas Qiandra dengan emosi meledak-ledak.

"Ibu jangan terlalu emosi, kita santai saja, kita siksa secara pelan-pelan si lemah itu, nanti juga lama-lama dia akan cepat mati, asal ibu tahu , penyakit si bocah sialan itu tidak bisa di sembuhkan, aku juga ingin menjambak rambutnya dan menyeret dia bila perlu ingin ku bunuh saat ini juga," jelas Keivano.

"Kita buat saja dia mampus secara perlahan hahaha," teriak Qiandra.

Qindra dan Keivano emangbegitu jahat, jiwa mereka sudah terasuki oleh jiwa iblis yang sudah tidak memiliki sifat asah asih dan suh terhadap sesama karena jiwa yang sudah di selimuti kedengkian tidak akan pernah memiliki jiwa kasih saying dan pemaaf. Sekali hati seseorang sudah berkarat sampai kapanpun tidak akan pernah memiiliki jiwa yang baik kecuali ada kesadaran muncul dari dirinya, itu saja mungkin adalah hidayah yang tuhan datangkan kepadanya, karena sesungguhnya matinya hati seseorang, membuat diri mereka tidak memiliki belas kasihan, begitu juga dengan Qiandra dan juga Keivano, kebencian mereka kepada Bintang memang tak terbantahkan dan hal itu sejak dulu, sejak kehadiran Bintang masih dalam keadaan baru lahir, bahkan hingga anak itu berusia 16 tahun, Qiandra tetap membenci dan menganggap bintang sebagai benalu di dalam keluarganya.


1.https://www.halodoc.com/kesehatan/polisitemia-vera

#BiNtAnG#Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang