Bagian 4 (Cheese)

45 0 0
                                    

"Masa lalu memang tidak pernah hilang. Ingatan itu akan selalu ada dan hanya tertumpuk oleh kenangan yang baru."

Sore itu, aku sedang menjenguk teman satu organisasiku yang sedang jatuh sakit yang dirawat jalan di rumahnya. Jam dinding sudah menunjukkan pukul 5 sore. Dan jadwal angkutan umum yang melewati rumahku segera habis. Diriku bergegas mengemas semua barang-barangku dan berpamitan kepada teman-temanku yang ada disana. Tiba-tiba, seorang laki-laki yang duduk didekat pintu itu menahanku dengan kata-katanya.

"Mau kuantar ?" Matanya terlihat dingin seperti biasanya. Namun pada saat itu aku tidak bisa mencerna pikiranku dan hatiku mulai berdegup kencang.

Diriku mencoba untuk bersikap tetap biasa saja.

"Boleh, sesuai aplikasi ya, Mas!" Ucapku untuk mencairkan suasana hatiku.

Dia hanya tersenyum dan mencubit hidungku seperti biasanya. Saat itu juga, kurasa aku semakin dibuat jatuh cinta olehnya. Manusia yang tidak banyak kata dan mempunyai banyak rahasia. Namun tindakannya memberikan banyak makna yang sulit untuk dijelaskan.

"Kamu mau berdiri terus di depan pintu sampe besok ?" Tak kusadari, tubuhku telah membeku di depan pintu. "Ayo, June!" Seruannya menyadarkan lamunanku.

Diriku bergegas untuk memasukkan sepatu kedalam kakiku dan segera menuju motor Honda CBR Repsol yang ditumpanginya. Setelah diriku menaiki motor tersebut, Kak Alvin menjalankan motornya. Layaknya geng motor yang sedang berkendara, ia lengkap menggunakan jaket denim yang setengah kusam itu. 

Di perjalanan, suasana tampak hening. Suara kendaraan yang berlalu lalang serasa tidak ada. Semua hening. Dan hatiku masih berdegup kencang. Tiba-tiba, motor yang dikendarai Kak Alvin berhenti di sebuah restoran cepat saji yang berjarak tidak terlalu jauh dari rumahku.

"Mau beli makan, Kak ?"

"Iya, tapi kamu juga temani aku makan juga, ya ?"

"Aku nggak laper."

"Udah deh, kujamin kamu pasti suka. Saus keju disini enak banget! Kamu kan paling gak kuat kalau sama keju ?"

"Ha? Kok bisa tau ?" Diriku kebingungan, karena memang tak pernah kuceritakan tentang makanan favoritku itu. "Oh! Aku tau, Kak Alvin waktu itu kan pernah lihat buku diaryku yang penuh dengan foto berbagai jenis masakan yang ada kejunya kan ?"

"Nah itu sadar."

Ya, tapi kenapa harus di ingat ? Sempat terlintas dipikiranku bahwa diriku adalah orang yang istimewa di hidupnya. Bayangkan saja, anak SMP yang diperlakukan manis oleh anak SMA yang sekarang menjadi senior di organisasinya. Tak pernah kubayangkan sebelumnya. Karena kurasa, cinta yang diberikan oleh ayah sudah cukup bagiku. Namun, pria ini mampu meluluhkan hatiku.

***

Kak Alvin memesan paket Chicken Burger  tanpa keju, lengkap dengan kentang dan minuman sodanya. Sedang aku memesan Spaghetti yang dilumuri saus keju dan saus bolognese, lengkap dengan kentang dan minuman bersoda.

"Kenapa kok suka sekali dengan keju ?"

"Karena keju membuatku bahagia ?"

"Emang iya ?"

"Gak percaya ?"

Kak Alvin menggelengkan kepalanya.

"Karena keju memiliki kandungan triptopan yang tinggi. Makanya, kalau pas lagi galau dan makan keju itu rasanya tenang banget! Coba aja deh!"

"Tapi aku alergi segala jenis olahan susu."

"Wah! Sayang banget!"

"Kalau makan itu jangan sambil ngomong, blepotan nanti." 

Kalau di drama korea, adegan seperti ini pasti diikuti dengan tangan si laki-laki mengusap noda yang ada dimulutku. Tapi kali ini, laki-laki yang sedang di depanku itu berbicara dengan nada dingin dan sangat misterius. Sikapnya berubah-ubah. Terkadang manis kepadaku, terkadang juga dingin.

20 menit berlalu dan makanan yang kami pesan sudah habis. Kak Alvin mengajak untuk segera beranjak dan meninggalkan tempat makan cepat saji yang mempunyai logo bewarna merah itu. Di jalan, diriku berusaha membuka obrolan. Namun belum saja kumulai, tapi ia sudah bisa menjawab pertanyaan yang ingin kutanyakan. Seakan-akan ia bisa mendengarkan suara hatiku.

"Aku udah punya pacar, June." Sontak diriku terkejut. "Sudah berjalan hampir satu tahun."

"Wah! Keren dong!" Diriku berusaha menyembunyikan rasa cemburuku.

Saat itu, senja yang kusuka telah mencetak kenangan yang begitu menyakitkan. Tanpa kusadari, diriku mulai membenci warna jingga dari senja. Warnaku berubah menjadi abu-abu. Tak kusangka, ternyata rasa yang dituju bukanlah untukku.

Saat sampai di depan rumahku, diriku langsung bergegas turun dari motornya dan langsung berlari menuju dalam kamarku. Lagi-lagi, dikala sedih diriku selalu menulis diary kuningku. Pada saat itu juga kucurahkan semua emosiku. Menulis memang menjadi media paling ampuh untuk menyembuhkan rasa sakit hati. Ya, setidaknya sedikit merasa lega. Mulai hari itu, diriku bertekat untuk tidak lagi menemui Kak Alvin. Apapun itu alasannya.

***

Jika diingat-ingat, ingatan waktu itu sangat menyakiti hatiku. Dan sempat membuatku tak percaya kepada laki-laki dan sulit untuk membuka hati. Namun, 6 tahun setelahnya diriku dibuat percaya oleh cinta yang ditunjukkan oleh Daniel, calon suamiku. Kejadian di Bandara kemarin sempat membuatku kaget. Karena, diriku tak pernah mengungkapkan perasaanku kepada Kak Alvin. 

Kemudian diriku teringat akan buku diary kuningku yang tersimpan rapi di dalam lemariku. Kubuka kembali diary itu, yang berisi curhatan patah hati kepada Kak Alvin. Diary itu berhenti kutulis sejak tahun 2018 dan masih tersisa banyak halaman untuk diisi. Diriku lalu berinisiatif untuk mengecek halaman terakhir dari dairy tersebut. Dan yang mengejutkanku adalah disana terdapat foto Kak Alvin dan bertuliskan "i love you" dengan ciri khas tulisanku. Sedangkan di bawahnya terdapat tulisan kecil yang seakan-akan membalas tulisanku "Maaf, ya June. Aku udah punya pacar." Sontak diriku semakin dibuat tercengang oleh tulisan itu. Dan kini diriku sadar, mengapa Kak Alvin mengetahui perasaan yang kumiliki sejak tahun 2013 itu.

Aku Lapar, Ayo Kita Makan!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang