"Cinta pertama memang sulit dilupakan. Meskipun telah tergantikan, kita tak mungkin menghilangkan meskipun tak pernah terbalaskan."
Dibalik tirai, langit tampak cerah. Kumulai hariku dengan kopi. Sambil melihat teriknya sinar matahari pagi. Pagi yang cocok untuk memulai hari yang cukup menyenangkan. Namun, semuanya berubah ketika kulihat pesan dari seseorang yang kuharap tak akan lagi muncul di kehidupanku yang sekarang. Kehidupan yang damai, dan tak mengharapkan cinta dari dirinya. Rasanya tak ingin kubalas, namun apa daya hati yang tak sepakat.
"Hai, aku juga lagi di jogja. Mau ketemuan, nggak ?"
Rasa seneng, marah, takut, semuanya campur aduk kayak nasi bungkus. Hatiku tak karuan ketika dia tiba-tiba mengirim pesan seperti itu. Entah apa yang merasuki dirinya, sehingga berniatan untuk mengirim pesan dan ingin bertemu pula. Akhirnya, kuberanikan untuk membalas.
"Eh, iya nih. Tumben ngajak ketemuan ? Lagi ada urusan apa nih ke jogja ?"
"Aku lagi liburan sih. Kamu sendiri ada urusan apa ke jogja?"
"Survei tempat untuk lokasi syuting"
"Bisa ketemuan, nggak ? Nanti malam di angkringan Jl. Semarang"Rasanya hati langsung ingin mengatakan "mau banget" tapi logika berkata "jangan, nanti kecewa" akhirnya kucoba kabur dari permasalahan.
"Maaf, kak. Malam ini aku harus meeting dengan tim produksi"
"Kalau gitu, besok malam bagaimana ? Di Bandara jam 8 malam ? Soalnya aku jam 9 harus sudah berangkat ke Kanada"Rasanya diriku tak ingin menyia-nyiakan kesempatan untuk bertemu dengan dirinya. Akhirnya, diriku mengiyakan permintaannya dan menganggap bahwa itu perpisahan yang memang harus diakhiri selamanya.
*****
Jalanan jogja memang cocok jika dinikmati sendirian. Suasana yang ramai namun damai, membuat hati menjadi tenang dan tak ingin beranjak pulang. Kota Jogja memang paling pintar kalau disuruh menciptakan kenangan yang tak bisa dilupakan. Seperti biasa, diriku pergi menggunakan bis kota, turun di keraton Jogja dan banyak belajar sejarah dari sana.
Diriku mampir ke pedagang bakso dekat pohon kembar keraton Jogja. Wajah kebingungan akan pertemuan yang direncanakan oleh Alvin tadi pagi, seperti kesempatan yang datang hanya sekali, namun diriku tak tau, apa yang akan terjadi jika diriku setuju datang. Diriku akan kecewa, atau malah makin sayang. Sebenarnya, sesuatu yang ingin diakhiri, ujung-ujungnya juga tidak bisa benar-benar berakhir kecuali mati.
"Baksonya 1 porsi ya, Pak. Pentol dan tahu goreng saja. Nggak pakai mie, daun bawang, dan bawang goreng."
"Oke, mbak!"Diriku termenung menatap orang berlalu lalang.
"Mbaknya ada masalah ?" Tanya spontan bapak pedagang bakso ketika melihat diriku yang melamun terus.
"Oh, ndak, Pak. Hanya saja ada hal yang membuat saya sedikit bingung" jawabku sambik tersenyum. Menandakan semuanya baik-baik saja.
"Bingung kenapa mbak ? Terkadang, kita harus mengambil resiko yang lebih untuk mengetahui kebahagiaan yang lain." Saut bapak pedagang bakso.Dalam benakku berkata "Bapak itu ada benarnya juga. Kalau aku nggak berani bertemu, aku justru akan penasaran dan malah menyesalinya nanti"
Hari itu terasa sangat berarti. Berpergian sendirian memang selalu menyenangkan. Membuat diriku menemukan pengalaman dan orang yang tidak sengaja memberi petuah untuk sebuah masalah. Hal yang harus dilakukan hanya berani. Berani untuk memulai dan mengakhiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Lapar, Ayo Kita Makan!
RomansApa kabar ? kabarku baik-baik saja tanpamu. Oke, kulupakan kenangan menyakitkan bersamamu. Kumulai hidup baru. Jangan muncul lagi. Tak mungkin ada kesempatan lagi. Untuk mu, Pujaan Hatiku.