Jika tak ada perjuangan maka tak ada cipta bahagia...
•••Malam tiba. Suasana jalanan malam ini cukup ramai orang, tak heran karena malam ini di setiap pinggir jalan tersedia pedagang yang menjual macam-macam makanan maupun barang.
Setiap duakali dalam setahun pedagang ini berkumpul di pinggir jalan Dirgama kota Jakarta. Mereka semacam membuka pasar dalam semalam penuh.
Disinilah Noah berada, ia berhenti di salah satu pedagang yang menjual siomay Bandung.
"Bang siomay dua bungkus ya, dua-dua nya sedeng aja" ucap Noah.
"Siap kak" jawab pedagang.
Tak lama menunggu, siomay yang ia pesan sudah siap. Noah pun membayar sebesar dua puluh lima ribu.
Saat Noah ingin melangkah ia mendengar suara yang familiar di telinganya.
"Iya yang itu nak, kamu nemu dimana?" itu suara pedagang siomay yang Noah beli.
Tapi bukan itu yang menjadi poin nya, tetapi suara sahutan itu. Noah menoleh dan menemukan Gerald yang sedang memegang korek api dan memberikan benda itu ke pedagang siomay.
Gerald adalah salah satu teman baik Noah walaupun Gerald tidak termasuk anggota Betshal.
"Loh kok lo disini Rald? Ngapain?" tanya Noah.
Gerald menengadahkan kepalanya dan alangkah terkejut nya ia melihat Noah berada di stand siomay ayah nya.
"E-eh Ar. Gue lagi bantuin ayah gue jual siomay disini, gue biasa bantu ayah kalo ada waktu, kalo lo sendiri ngapain?"
"Lo nggak pernah bilang kalo lo ada buka usaha makanan gini Rald"
Gerald terkekeh, "Hahaha, ini juga usaha baru jalan dua bulan ko Ar, gue nggak sempet cerita ke lo karena kan akhir-akhir ini gue banyak latihan buat tanding futsal minggu depan. Sorry ya"
"Oh iya lo tanding ya minggu depan. Semangat ya bro, kali aja abis lo tanding futsal di sekolah tetangga lo bisa dapet pacar hahaha"
"Semoga aja ya. Semoga gue lagsung dapet pacar tanpa perlu di gantungin kaya lo" Kini Gerald yang tertawa keras melihat muka sendu milik Noah.
"Gak usah sok sedih, idup lo dari brojol emang udah sedih hahahaha"
Noah mendengus kesal, segeralah ia naik ke motor nya dan melenggang pergi dari stand siomay milik keluarga Gerald, hampir saja ia melupakan niat nya untuk ke rumah Bianca.
•••
Sedangkan di sebuah rumah minimalis, Bianca dan Hilya sibuk dengan laptop masing-masing. Mereka mengerjakan sebuah proposal untuk eskul mereka sendiri. Bianca dengan eskul Paskibra nya, dan Hilya dengan eskul Rohis nya.
"Caa udahan yu, gue mau pulang soalnya laper sama ngantuk nih" Hilya melihat ke arah Bianca yang sedang meregangkan otot nya juga.
"Nginep disini aja elah. Bokap gue ke Surabaya dari dua hari yang lalu terus nyokap baru tadi sore nyusul ke Surabaya juga"
"Yaudah deh, gue mau keluar ya Ca. Mau beli makan"
Bianca mengangkat tangan nya membentuk lambang 'ok'.
Tok.. Tok.. Tok..
Baru saja Hilya ingin melangkahkan kaki nya dari ruang tamu , suara ketukan pintu membuat mereka berdua bingung.
"Lo ada pesen sesuatu Ca?" tanya Hilya, yang dibalas gelengan oleh Bianca.
Hilnya manggut-manggut, "Yaudah gue yang bukain pintu, lo beresin ruang makan aja"
Hilya membuka pintu dan menemukan Noah yang sedang berdiri tepat di depan nya.
"L-loh kak Arga ngapain?"
"Bianca" jawab Noah.
Seakan mengerti maksud dari Noah, Hilya mengangguk dan bertanya, lagi.
"Ada perlu mengenai sekolah ya kak?"
Tapi Noah tetap diam.
"Oke oke. Tunggu sebentar disini gue panggilin Bianca dulu"
Hilya mencari Bianca ke ruang makan, "Caaaaaaaa, dicariin tuh"
Bianca yang sedang beres-beres kursi dan meja makan menoleh, "Siapa si elah"
"Kak Arga"
"Noah maksudnya?" Koreksi Bianca.
Hilya mengangguk malas, "Iya, Noah Venansan Argaraputra doi nya si Bianca"
Bianca mendengus dan melenggang pergi dari ruang makan.
"Ngapain lo?" tanya Bianca.
Noah tersenyum dan mengangkat tanganya yang sedang memegang kantong kresek berisi dua bungkus siomay.
Bianca menatap malas benda yang sedang di pegang oleh Noah.
"Pergi lo sana. Malem-malem ke rumah cewek, nggak sopan"
Noah memberikan kantong yang berisi siomay itu ke tangan Bianca.
"Siomay, dimakan. Sana masuk, gue pamit pulang" ucap Noah.
"Apasih lo tuh nggak harus kaya gini terus deh. Gue udah bilang berapa kali, gua nggak suka sam-"
"Iya tau, sana masuk diluar dingin. Cukup untuk hari ini" balas Noah, ia berbalik dan bergegas naik dan mengendarai motor hitamnya meninggalkan rumah Bianca.
Bianca diam, cukup untuk hari ini gue sakitin lo dengan kata-kata gue kak Noah
•••
Tbc.. Happy read. Dont forget for vote n coment. Have a nice day!
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Way
RomanceKaku bukan selalu tentang tak peduli, beku pun tak selalu harus di cairkan. Dunia ini punya banyak akal, yang memperjuangkan dan selalu menunggu akan dipasangkan dengan pengabaian dan penyesalan. -Noah Venansan Argaraputra- Tentang si Noah kesayanga...