Angkatan

9 4 0
                                    

Kini waktu pulang sekolah sangat cepat, ya pasalnya karna ini hari jum'at. Biasanya selepas siswa beragama Islam selesai solat jum'at berjamaah dimasjid, barulah siswa dan siswi diperizinkan untuk pulang.

Raka baru saja ingin pulang karna merasa penat dengan pikirannya. Tetapi ia lupa jika tadi ponselnya ketinggalan dimasjid. Setelah solat jum'at raka langsung meletakan ponsel itu disembarang arah didalam masjid.

Kalian harus tau ya readers, walaupun raka bandel tetapi ia tetap menjalankan kewajibannya sebagai umat muslim. Walaupun yang ia lakukan hanya beribadah dan langsung pergi tanpa berdoa.

Dan kini ia balik lagi ke masjid mencari ponselnya yang ketinggalan. Ia merutuki dirinya sendiri, kenapa masjid sekolahnya sangat besar sekali? Yang membuatnya harus bolak- balik mencari ponselnya.

Saat dia ingin mencari dibagian wanita, ia melihat salah satu siswi sedang membaca Al- Qur'an. Dari kejauhan raka bisa melihat jelas siswi itu, tetapi wajah nya ditundukan.

Dan tepat disitu juga, ia melihat ponselnya berada disamping sisi sebelah kiri siswi itu. Ia melihat jam tangan yang melingkar dilengan kirinya, jam 2 siang. Tetapi kenapa siswi ini belum pulang juga? Dan memilih disini untuk membaca Al - Qur'an?

Dan kenapa dirinya harus memikirkan hal yang tidak penting? Yasudahlah ia langsung menghampiri siswi itu.

1 detik, 2 detik, 3 detik..
Ia mematung karna mendengar bacaan siswi itu yang teramat indah dan pas ditelinganya.

Entah perasaan apa yang kini raka rasakan. Jelas- jelas ia sudah mengetahui bahwa ini pasti dekkelnya, dari cara ia memakai hijab ia sangat nyakin pasti dia itu..

Tepat saat raka memikirkan itu, siswi itu mendongak dan melihat wajah raka dengan begitu jelas.

Yup, dugaan raka sangat tepat. Ia baru menyadari sebelumnya bahwa siswi ini adalah ayesha.

Raka nyakin setelah ini pasti ayesha akan menutup al - Qur'annya dan memilih menyapa raka. Tetapi sedetik kemudian, ayesha lalu melanjutkan bacaan Al- Qur'an yang tadi sempat kepotong karna ulah pasien sakit jiwanya ini.

Mungkin kali ini raka kurang beruntung lagi karna dugaannya salah besar. Di posisikan seperti ini membuat raka seketika menjadi canggung dan bingung ingin ngapain.

Oh iya, mengambil ponsel miliknya. "Misi gue mau ngambil handphone" ucap raka

Ayesha memberhentikan kegiatannya karna mendengar ucapan raka. Tetapi ia tidak membalasnya, hanya tetap dalan posisi menghadap Al - Qur'an.

"Gue mau ngambil handphone"

Raka berucap tanpa mengalihkan pandangannya kearah lain. Ia tetap berdiri menghadap ayesha yang sedang menunduk. Mengabaikannya dan memilih menatap Al- Qur'an itu.

"Hp gue disebelah kiri lo"

Ayesha langsung menatap kearah kiri. Dan benar bahwa ada sebuah handphone. Kenapa dirinya baru sadar? Ayesha mengambilnya dan mengulurkan tangannya untuk memberikan ke raka.

Untuk kesekian kalinya mata mereka bertemu. Raka benar- benar terkunci oleh tatapan itu. Seolah ada perasaan yang aneh saat menatap bola mata ayesha.

Tanpa disadari raka menerima ponselnya dari tangan ayesha. Dan sebelum itu tanpa sadar tangan mereka bersentuhan karna raka yang masih setia menatap ayesha.

Ayesha membelakkan bola matanya. Saat ia menyadari bahwa tangannya bersentuhan. Yang artinya wudhu dia untuk membaca Al - Qur'an batal cuma karna pasien rumah sakit jiwa ini.

Raka menarik tangannya dan menaruh ponselnya disaku celananya. Raka sendiri pun tau bahwa wudhu ayesha batal karna ulahnya. Ya, dia juga tau hal- hal yang membatalkan wudhu.

Ayesha bangun dari duduknya. Dan menutup Al- Qur'annya. Sedangkan raka merasa bersalah. Ia merasa bersalah karna ayesha memilih diam dan tidak memarahinya. Hal yang paling ia benci ketika marah adalah diam.

"Sorry, gue gak sengaja sha" ucap raka merasa tak enak hati. Lanjutnya. "Gara- gara gue wudhu lo jadi batal"

Memasuki buku dan beres- beres untuk pulang adalah hal terbaik saat dikondisikan seperti ini. Ayesha tetap mengacuhkan raka, mengabaikannya seolah tidak ada siapapun kecuali dirinya, Allah dan para malaikat- malaikatnya.

Sedangkan raka sangat benci diposisi ini dan walaupun ini adalah hal pertama kali ia diacuhkan seperti ini. Biasanya dirinya yang mengacuhkan para wanita karna bosan ataupun sedang muak dengan semua beban.

Tetapi ini, ia bahkan diacuhkan oleh seorang gadis yang baru dikenal. Kini ia mengikuti arah ayesha pergi, melewati gerbang sekolah dan berhenti dihalte biasa angkot lewat.

Dan belum sempat 1 menit berlalu, hujan sudah turun membasahi jalan disekiling mereka. Dalam diri masing- masing mereka berterimakasih karna tidak jadi kehujanan.

Semua hal yang raka jalani kini, bertabrakan dengan ayesha diperpus, menggodanya, mengganggunya bahkan kini ia membuat dirinya diacuhkan.

Yaa, jika bukan ayesha mungkin dirinya tidak akan mengalami hal seperti ini.

"Maaf ya sha, sekali lagi gue tadi bener- bener gak nyadar kalo gue_" belum sempat raka mengeluarkan kata selanjutnya.

Ayesha sudah terlebih dahulu. "Gue maafin" memaafkan raka

Mendengar ayesha memaafkannya, entah mengapa raka merasa senang. Dan sedikit ada perasaan lega.

Kini ayesha berteduh sementara dihalte sekolah dengan raka yang berada disamping sebelah kirinya. Mereka masing - masing memilih diam tanpa suara, memfokuskan pemikirannya masing- masing didalam benak mereka.

Tetapi, kehendak Allah tidak ada yang tahu. Hujan masih saja turun dengan deras tanpa henti.

Raka melirik ayesha sebentar, dan mencoba untuk mencairkan suasana saat ini. "Kenapa baru pulang?" Tanya raka

"Emangnya gak capek?"

"Gak laper gitu?"

"Mau gue anter ga?"

Pertanyan yang diajukan raka benar- benar membuat dirinya pusing.

"Bisa gak si lo gak usah keppo?" Tanya balik ayesha kepada raka

Raka tercengang, Jujur ia sendiri merasa bahwa ayesha sangat beda dengan perempuan lain yang ia temui. Biasanya perempuan akan sangat senang jika raka menanyakan sesuatu terhadapnya. Tetapi mungkin sekarang hal- hal seperti itu sangat tidak berlaku untuk ayesha.

Raka memilih bungkam dan tidak membuka suara. Dan kini hujan sudah mulai reda, hanya tersisa genangan air disetiap jalan.

Raka berjalan kedalam sekolah, dan menyalakan mesin motor kesayangannya. Lalu kembali ketenpat dimana ayesha berada.

"Ayo naik, gue anterin pulang" ajak raka

Ayesha masih berdiam diri dan tidak menyahuti,

"Ayok sha" ajak raka sekali lagi

"Gue gak mau"

"Kenapa?"

"Banyak tanya"

Saat bertepatan pada itu juga, angkot lewat. Mungkin keberuntungan saat ini sedang berpihak kepada ayesha. Dan ayesha langsung menaiki angkutab umum tanpa memperdulikan raka yang masih menatapnya tidak percaya.

Kayanya gue salah target.

AngkatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang