DETIK | 03

20 2 2
                                    

"Restu" wanita dengan rambut coklat menghampiri restu dengan langkah terburu buru

"Ya?"

Gadis itu menetralkan deru nafasnya yang memburu akibat berlari

"Gua mao ajak lo ngantin bareng, mao ya"

"Sori tan gua gabisa" restu menolak dengan kedua telapak tangan disatukan sebagai tanda maaf

Tania menatap restu kecewa "dua puluh lima kali lo nolak ngantin bareng gua"

Restu menghela nafas "gua juga bosen sebenernya nolak lo mulu tapi mao gimana lagi"

"Emangnya kenapa? Lo kan belum punya cewe tu"

Restu mengembangkan senyum miliknya "pacar mah belom tapi gua mao pdkt dulu, yaudah ya gua duluan udah ditunggu sama bocah" restu melangkah pergi meninggalkan tania dengan bersuil suil

"kalo gua gabisa sama lo yang lain pun sama" tania berguma menatap pundak restu yang mulai menjauh

***

"Detik lo bisa gasi ga cuek cuek mulu" kesal amara mentap detik

Alis kiri milik detik terangkat "kenapa?"

Amara menghela nafas gusar "kita itu satu kelompok dan dari tadi gua nanya pendapat lo cuman manggut manggut doang paling ga lu kasih saran kek buat tugas kita" ucap amara

"Oke"

Amara cengo melihat teman satu kelompoknya ini. Pasalnya pas pembagian kelompok amara mendapat satu kelompok dengan detik awalnya amara cuek cuek saja karna ia tidak terlalu perduli dengan ucapan ucapan teman sekelasnya tentang mengenai detik tapi setelah melihat perilaku detik yang datar malah membuat amara kesal

"Kita bakal tanya ke ketua ekskul basket atau futsal?" Tanya detik

Amara berfikir sejenak "kita tanya ketua basket aja deh lagian kayanya setiap hari pada main basket jadi gampang kalau mao nanya nanya" usul amara mengetuk ngetuk pulpen miliknya

Saat ini mereka sedang diberi tugas untuk mewawancarai ketua ekskul yang ada di SMA PELITA dengan kelompok berjumlah 2 orang

"Oke"

"Nah nanti kita tanya yang gampang gampang aja"

"Oke"

"Kalau perlu dua pertanyaan aja, eh tapi gaboleh ya? Minimal 5 kan? yauda 5 aja"

"Oke"

"Kita kerjainya pas istirahat aja ya sekalian ngantin bareng"

"NO"

amara menatap jengkel detik setiap detik diajak ngantin detik pasti nolak dengan embel embelan males. Amara paham detik hanya ga mau denger ocehan para tetangga kelasnya ini

"Terus kita mao kapan? Kita cuman dikasih waktu 3 hari" kesal amara

"Entah" detik mencoret coret kertas miliknya

"yaallah detik! Gemes banget gua sama lo, tenang ada gua lo gabakal dibully ko" bela amara

Amara sebenarnya malas berurusan dengan detik tapi setelah amara pikir

Kita emang ga baik tapi belum tentu kita harus jahatkan?

Amara itu tipikal anak yang humble melihat satu teman sekelasnya yang tak kunjung mempunyai teman jiwa amara berontak untuk mengajaknya berteman walau itu hanya niat yang tak kunjung terlaksana

"Saya cuman males" detik menatap datar amara

"Bahasa lo ga usah formal mulu dong"

Detik menatap amara dengan tatapan datar "urusan kita hanya sekedar kerja kelompok jadi jangan meminta hal yang lain"

Detik pergi meninggalkan amara yang masih diam menatap kearah detik

"Tuh cewe malah buat gua tambah penasaran aja" guma amara

***

"Lo ngapa" septian muncul dengan es plastik di tanganya

"Apanya?" Tanya restu

"Bengong mulu lo kea perawan ditinggalin" guyon septian

Restu terkekeh pelan, mereka berdua saat ini sedang berada dikantin yang sepi tentu saja karna jam pelajaran sudah dimulai tiga menit yang lalu

"Menurut lo detik gimana sep?" Tanya restu menatap jendela kelas sebelas

Septian menatap arah yang ditatap restu ia bisa melihat detik yang sedang berbicara dengan gadis berambut panjang walau detik hanya manggut manggut

"Dia itu--" septian menjeda kalimatnya pasalnya ia tidak terlalu kenal dengan detik "misterius" lanjut septian berucap

Septian menatap restu dengan tatapan heran "kayanya lo tertarik beneran sama tuh cewe"

"Gatau pesonanya kaya narik gua buat masuk kehidupnya gitu"

Septian menatap restu jijik "jijik banget bahasa lo, udah ah gua mao berak dulu"

"Woi masih pagi juga"

Septian menyegir "iya nih pasti gegera marimas serebuan" septian berlalu meninggalkan restu

Restu hanya menggelengkan kepalanya dikeluarkan ponsel miliknya dengan tampang bosan restu kembali menutup ponsel miliknya dan kembali menatap jendela kelas sebelas

"Ternyata lebih asikan natep lo dibanding nonton bokep" guma restu menatap wajah milik detik

A/N

Maaf cerita masih ga jelas, amatir amat nih
Kasih tau kalau ada typo

Jangan lupa kasih bintang dan tinggalkan jejak komen, nah biar lebih seru kalian bisa share cerita ini ke teman teman kalian

Luv u al

DETIKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang