DETIK | 07

14 4 5
                                    

"Mau makan dulu?" Tawar esa bersama detik sehabis keluar gramedia

"Kalau-pun saya nolak ka esa tetap akan maksa saya" detik berucap dengan nada yang datar

"Iya juga si hahaha" esa mengacak rambut detik gemas

"Makan bakmi aja yuk" esa meraih tangan milik detik untuk menuju penjual bakmi

"Mbak, bakmi dua sama es jeruknya dua" pelayan tersebut hanya mengangguk dan meninggal esa bersama detik

"Makasih detik sudah mau nemenin saya"

"Kamu yang maksa" detik menatap malas esa

Esa meringis merasa ucapan detik terlalu jujur "btw, kamu udah punya pacar?"

Detik memutar bola mata malas "lima puluh tiga kali kamu nanya hal yang sama dan kamu sudah tau jawabannya"

"Eh! Kamu selalu ngitunin?" Esa terkikik geli

Detik mengangkat bahu acuh rasanya malas jika bersama esa

"Silahkan dinikmati" pramusaji membungkuk sebagai tanda terimakasih

Detik dan esa sama-sama menyantap makanan dengan hikmat tampa ada yang membuka pembicaraan hingga makanan habis. Esa menawarkan untuk mengantarkan detik pulang walau detik menolak esa tetap ingin menghantarkan detik pulang

Nawarin dari mana? Ini namanya pemaksaan. Detik berbatin kesal

"Kamu nanti setelah lulus mau lanjutin dimana?" Esa membuka pembicaraan yang sempat hening

"Ga tau" detik menjawab dengan ogah ogahan

"Harusnya kamu udah mikirin dari sekarang dong" esa menasihati layaknya ayah

Detik tak menjawab rasanya malas sekali kalau bukan karna ia bos detik detik juga ogah berurusan dengan esa

"Detik" panggil esa saat ucapanya tidak digubris

"Gausa ikut campur tentang pendidikan saya" detik berucap dengan penuh penekanan kemudia keluar dari mobil esa yang memang sudah sampai di depan rumah detik

Detik mengerutkan alis saat melihat beberapa orang bertubuh kekar dan tambah ibunya yang sedang menghembus kepulan asap dari bibir lexsa

"Ada apa ini" detik bersuara dengan nada datar

Ibu detik mengangkat kepala menatap detik "dia! Bawa dia sebagai pembayaran hutang saya"

Bola mata milik detik hampir saja keluar yang benar saja ibunya sendiri menjual anak kandungnya dan tolong garis bawahi anak kandung  hanya untuk membayar hutang sang ibu

"Apa apaan ini!!"  detik terpekik saat lengannya diseret paksa oleh dua orang bertubuh kekar

"Sudah diam! Dia sudah menjanjikan kamu sebagai pembayaran hutangnya!" Bentak lelaki yang mengunakan pakaian formal layaknya bodyguard

Detik menatap ibunya yang hanya menampilkan wajah tak perduli, tampa bisa ditahan tangisan detik keluar dengan sangat pasrah detik diseret untuk masuk kedalam mobil hitam

Detik kembali diseret ia menatap rumah yang berwarna putih

"Permisi bos, anak ini sebagai pembayaran hutang dari ibu lexsa pramesty" lelaki bertubuh kekar itu memberika informasi kepada lelaki yang memaki pakaian santai

Lelaki itu menatap wajah detik yang sudah menampilkan wajah datar miliknya karna rasanya detik sudah tak sanggup untuk menangis rasanya tenggorokannya sangat perih

Lelaki itu memerintah kepada anak buahnya untuk pergi meninggal mereka berdua

"Perkenalkan nama saya Ganesha Wijaya kamu bisa manggil saya ganes" ganes mengulurkan tangan miliknya yang disambut dengan dengan wajah datar

"Saya bakal bayar utang lexsa pramesty ! Tapi tolong kasih saya waktu" detik berucap dengan nada tajam bahkan detik tak sanggup mengucapkan kata 'ibu'

Ganes tersenyum manis saat mendapat balasan yang diluar dugaanya karna dari sekian banyak wanita tak ada yang bisa menolak pesona milik ganesha wijaya

"Kamu tau hutang ibu-mu berapa?" Ganes menatap detik remeh

"Saya ga perduli hutang dia berapa berapa!! Tapi asal anda tau saya ga anak rela tubuh saya sebagai pembayaran hutang apalagi untuk orang seperi kamu!" Detik berucap dengan nada tinggi

"Memangnya saya orang seperti apa?" Ganes tersenyum manis

Detik meludah ke-sembarang arah "pedofil!"

Ganes tertawa keras "muka saya ga setua itu untuk dibilang pedofil"

Detik berguma tak jelas "saya janji akan kembalikan uangmu secepatnya" detik kembali mengulang topik yang sempat hilang

"Hutang ibu-mu eh! Bahkan dia terlalu kejam untuk dipanggil ibu" ganes bersuara mengejek

Detik menatap geram lelaki yang hanya menggunakan kaos polos hitam dan bokser abu-abu

"Gausah ngomong yang ga penting"

Ganes kembali tertawa "kamu terlalu menarik untuk dilepaskan detik"

Detik tertegun sejenak bagaimana lelaki ini tau namanya

"Gausa kaget gitu saya-kan orang terpandang mendapat informasi kamu saja itu sangat mudah" sombong ganes

"Ga nanya" detik menatap lelaki didepanya jengkel

"Tapi wajah kamu terlihat kaget saya hanya mewakili suara otak-mu. Detik sari pramesty"

"Permisi tuan maaf mengganggu, ada telfon tuan mahesha menelfon" pelayan dengan baju berwarna putih-biru itu memberikan ponsel kepala ganesha

Ganesha pergi meninggalkan detik sejenak untuk mengangkat telfon terlihat ganesha tertawa mengejek entah siapa yang sedang berbicara dengan lelaki itu detik sama sekali tidak perduli. Tak lama ganesha datang menghampiri detik

"Saya akan pikirkan tawaran kamu, tapi sebelum itu kamu harus tetap tinggalkan disini kamar-mu ada di lantai dua nanti pelayan akan menghantar kamu dan memberikan kamu pakaian" ucap ganesha mengacak rambut milik detik sejenak

"Kamu antar dia ke kamar dan beritahu kepada semua penjaga jangan memberikan dia akses keluar kecuali dia tetap didalam rumah ini kalau sampai dia kabur akan dipastikan kepala kalian akan saya penggal" ganesa berucap dengan nada serius

"Baik tuan" pelayan itu menganguk

"Saya pergi dulu" ganesha mengecup kening detik sejenak

Detik menatap ganesha dengan wajah tak terima "bajingan!" Pekik detik

A/N

Mikir buat cerita ini 3 jam dan kalian hanya baca 3 menit lebih parahnya kalian hanya membaca tampa komen ataupun vote? Sedih akyu jadinya😥

Jangan lupa kasih bintang dan tinggalkan jejak komen, nah biar lebih seru kalian bisa share cerita ini ke teman teman kalian

Luv u all

DETIKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang