Bukan hanya Danupaksi dan Pandan Wangi saja yang terheran-heran atas sikap Rangga dengan membebaskan Nini Ratih. Bahkan hampir semua pembesar yang ada dalam istana itu jadi telongong tak mengerti. Malah, Rangga memberikan empat orang emban untuk memenuhi segala kebutuhan gadis itu. Sampai-sampai Rangga juga memberi sebuah kamar yang indah. Tapi, tak ada seorang pun yang berani bertanya. Apalagi menegurnya.
Hanya Pandan Wangi dan Danupaksi saja yang berani bertanya. Dan itu juga saat mereka menemui Pendekar Rajawali Sakti di kamar Cempaka. Sedangkan Cempaka sendiri masih belum boleh meninggalkan pembaringan, walaupun sudah tampak pulih kembali kesehatannya.
"Kakang, kenapa kau bebaskan wanita itu?" tanya Pandan Wangi.
"Dia bukan musuh. Jadi, tidak layak diperlakukan demikian," sahut Rangga kalem.
"Tapi dia sudah mengganggu ketenangan istana, Kakang. Bahkan sudah menghina dan merendahkanmu," selak Danupaksi.
Rangga tidak menanggapi, tapi malah tersenyum. Kemudian tubuhnya dihempaskan di kursi panjang dekat jendela kamar ini. Sementara, Cempaka hanya memandanginya saja sambil duduk bersandar di pembaringannya. Pandan Wangi mengambil tempat di samping adik tiri Pendekar Rajawali Sakti itu. Sedangkan Danupaksi duduk agak jauh di depan Rangga.
Mereka semua memandangi Pendekar Rajawali Sakti, tapi yang dipandangi seperti tidak peduli. Rangga malah memejamkan mata. Kepalanya ditopang dengan kedua tangan yang dilipat di belakang kepala. Kakinya dijulurkan lurus ke depan. Sama sekali tidak dipedulikan pandangan-pandangan mata yang menuntut penjelasan dari sikapnya dengan membebaskan Nini Ratih begitu saja.
Bahkan gadis itu diperlakukan seperti seorang tamu agung yang perlu mendapat penghormatan. Cukup lama juga Rangga memejamkan matanya. Dan kelopak matanya baru terbuka setelah dirasakan tidak ada lagi yang bersuara. Senyuman kecil masih terus terlihat menyungging di bibirnya. Sebentar dipandanginya Pandan Wangi dan kedua adik tirinya, yang juga tengah memandanginya.
"Kenapa kalian harus merisaukan Nini Ratih? Dia bukan musuh yang berbahaya. Justru kedatangannya sebenarnya ingin membantu menyelesaikan persoalan yang sedang kita hadapi sekarang ini. Persoalan besar yang menyangkut keutuhan serta kejayaan Kerajaan Karang Setra. Meskipun pada pokok utamanya, akulah yang menjadi sasaran," jelas Rangga kalem.
"Aku tidak mengerti maksudmu, Kakang," selak Pandan Wangi.
"Benar, Kakang. Bagaimana mungkin kau bisa mengatakan kalau dia bukan musuh, sedangkan jelas sekali sikapnya sangat bermusuhan? Bahkan dia sudah menghina, dan merendahkanmu di depan orang banyak. Bagaimana mungkin kau bisa mengatakan yang sebaliknya, Kakang?" sambung Danupaksi meminta penjelasan.
"Aku tidak mengatakan yang sebaliknya, Danupaksi. Aku mengatakan kenyataan yang sebenarnya," bantah Rangga tegas.
"Tapi...," Danupaksi tidak meneruskan ucapannya. Beberapa saat Danupaksi memandangi Pendekar Rajawali Sakti. Kemudian kepalanya terlihat bergerak menggeleng perlahan beberapa kali. Sedangkan Rangga hanya tersenyum saja, memandangi adik tirinya ini.
"Uh! Kau membalasku, Kakang. Kau membalas kami semua," rungut Danupaksi.
"Apa yang kubalas...?" tenang sekali nada suara Rangga.
"Baiklah, Kakang. Aku mengaku kalah. Aku memang salah, dan sudah mengakui semua kesalahanku, Kakang. Memang tidak enak bila sesuatu dirahasiakan oleh orang terdekat," ujar Danupaksi langsung merasa saat ini Rangga tengah membalasnya.
"Ha ha ha...!" tiba-tiba saja Rangga tertawa terbahak-bahak.
Sedangkan Danupaksi hanya mendengus saja, sambil menekuk wajahnya sampai dagunya berlipat. Rangga bangkit dari kursinya, dan melangkah menghampiri adik tirinya ini. Ditepuknya pundak Danupaksi, lalu diajaknya berdiri. Danupaksi mengikuti saja keinginan Pendekar Rajawali Sakti yang membawanya ke pembaringan, tempat Pandan Wangi dan Cempaka berada di sana.
"Dengar! Kalian adalah orang-orang yang terdekat denganku. Kalian adalah saudara-saudaraku. Jadi, tidak sepatutnya di antara kita semua tersimpan rahasia. Kecuali, rahasia pribadi kalian masing-masing yang tidak perlu diketahui orang lain. Kalian sudah merasakan, bagaimana kalau sesuatu dirahasiakan, bukan...?" ujar Rangga lembut dan perlahan-lahan.
Danupaksi dan Cempaka hanya diam saja. Memang sulit bisa mengalahkan Rangga dalam segala hal. Merekalah yang pasti jadi pecundang. Kedua adik tiri Pendekar Rajawali Sakti saling melemparkan pandangan.
"Beberapa hari ini, aku selalu keluar menyelidiki rahasia apa yang kalian simpan. Dan Danupaksi sudah mengatakannya padaku, walaupun tidak seluruhnya terungkap. Tapi siang tadi, aku baru bisa mengetahui semua yang terjadi dan menjadi rahasia kalian semua. Walaupun aku sendiri masih belum tahu, siapa biang keladi semua ini sebenarnya," jelas Rangga.
"Tapi, Kakang...," selak Pandan Wangi cepat. "Apa ini ada hubungannya dengan pembebasan Nini Ratih?"
"Jelas ada, Pandan."
"Ada...?"
"Ya! Karena, aku sudah tahu, siapa dia sebenarnya. Dan apa maksudnya datang ke istana ini menemuiku. Semua itu dilakukan karena hanya ingin memancingku saja. Dan semua yang dilakukannya hanya karena menjalankan perintah dari gurunya," jelas Rangga lagi.
"Aku masih belum mengerti maksudmu, Kakang," selak Cempaka yang sejak tadi diam saja mendengarkan.
Rangga jadi tersenyum. Ditepuknya pundak gadis cantik adik tirinya ini dengan lembut penuh kasih, dan cinta seorang kakak terhadap adiknya.
"Sebaiknya, kau cepat sembuh, Cempaka. Latihlah otot-ototmu. Purnama nanti, aku pasti memerlukan tenaga dan kepandaianmu. Akan ada peristiwa besar yang akan menguras tenaga serta kepandaian kalian semua," kata Rangga masih juga belum membuka seluruh rahasianya.
"Bulan purnama...? Jadi, kau...," suara Danupaksi jadi tercekat di tenggorokan.
"Aku akan menyelesaikan semuanya saat itu, Danupaksi," kata Rangga seraya tersenyum manis.
"Kakang...," desah Danupaksi tidak dapat lagi berkata-kata.
Danupaksi memang sudah tahu, apa yang akan terjadi pada bulan purnama nanti. Dan dia tidak bisa lagi memendam kecemasannya. Danupaksi tahu, Rangga akan menerima tantangan Dewi Mata Hijau untuk bertarung sampai mati di puncak Bukit Hantu. Walaupun tidak pernah meragukan kepandaian dan kesaktian yang dimiliki Pendekar Rajawali Sakti, tapi tetap saja Danupaksi merasa cemas. Karena seseorang yang berani menantang Pendekar Rajawali Sakti untuk bertarung sampai mati, pasti bukan orang sembarangan. Dan yang pasti, memiliki tingkat kepandaian sangat tinggi.
"Persiapkanlah diri kalian sebaik mungkin. Aku tidak mau ada di antara kalian yang terluka," kata Rangga berpesan.
Setelah berkata demikian, Rangga melangkah meninggalkan kamar ini. Tinggal Danupaksi, Pandan Wangi, dan Cempaka masih saling berpandangan. Sementara, Pandan Wangi dan Cempaka benar-benar tidak mengerti semua yang dikatakan Rangga tadi. Hanya Danupaksi saja yang kelihatan sudah tahu, apa yang bakal terjadi pada bulan purnama nanti di puncak Bukit Hantu.
"Kenapa Kakang Rangga berkata seperti itu? Apa sebenarnya yang akan terjadi, Danupaksi...?" tanya Pandan Wangi. Nada suaranya terdengar seperti menggumam.
"Hhh...," Danupaksi hanya menghembuskan napas panjang saja.
"Ceritakan, Danupaksi. Tampaknya kau sudah tahu," desak Pandan Wangi.
Sebentar Danupaksi terdiam, kemudian menceritakan apa yang akan terjadi pada bulan purnama nanti. Tentu saja Pandan Wangi dan Cempaka jadi terkejut mendengarnya. Tapi, mereka juga sama seperti Danupaksi, tidak mungkin bisa mencegah Pendekar Rajawali Sakti untuk bertarung melawan Dewi Mata Hijau di puncak Bukit Hantu. Mereka semua tahu, apa yang sudah diucapkan Rangga, tidak akan bisa ditarik kembali. Terlebih hal ini sebuah tantangan pertarungan. Pantang bagi seorang pendekar untuk menolak tantangan seperti itu.
"Lalu, apa yang akan kita lakukan sekarang?" tanya Cempaka setelah Danupaksi menyelesaikan ceritanya.
"Tidak ada yang bisa kita lakukan, selain menuruti semua keinginan Kakang Rangga," sahut Danupaksi, agak mendesah.
"Mempersiapkan diri untuk menghadapi orang-orangnya Dewi Mata Hijau...?" ujar Cempaka lagi.
"Benar!" sahut Danupaksi.
"Apa boleh buat..?" ujar Pandan Wangi seraya mengangkat bahunya sedikit.
Mereka tidak bicara lagi. Dan memang, tidak ada yang bisa dibicarakan, ataupun dilakukan lagi. Mereka hanya bisa mengikuti saja, apa yang dikatakan Pendekar Rajawali Sakti tadi. Mereka harus mempersiapkan diri untuk menyambut sebuah peristiwa besar yang akan menjadi sejarah bagi Kerajaan Karang Setra. Di puncak Bukit Hantu nanti, nasib Karang Setra selanjutnya ditentukan. Apakah pendekar-pendekar muda Karang Setra ini mampu mempertahankan kejayaan Kerajaan Karang Setra...?
KAMU SEDANG MEMBACA
75. Pendekar Rajawali Sakti : Kabut Hitam Di Karang Setra
ActionSerial ke 75. Cerita ini diambil dari Serial Silat Pendekar Rajawali Sakti karya Teguh S. Dengan tokoh protagonis Rangga Pati Permadi yang dikenal dengan Pendekar Rajawali Sakti.