"Hap!"
Ringan sekali Rangga menjejakkan kakinya di tanah, tepat di tengah-tengah halaman depan kedai. Tapi belum juga Pendekar Rajawali Sakti menghampiri kudanya yang tertambat di pohon, sudah cepat sekali terkepung rapat. Dan saat itu, Setan Hijau Pisau Terbang mendarat tepat sekitar satu batang tombak di depan pemuda berbaju rompi putih ini.
"Rupanya kau senang mencari kesulitan sendiri, Pendekar Rajawali Sakti," desis Setan Hijau Pisau Terbang, dingin.
"Aku tidak punya persoalan dengan kalian. Dan sebaiknya, kalian juga tidak perlu mencari persoalan denganku," balas Rangga tidak kalah dinginnya.
"Kau benar-benar angkuh, Pendekar Rajawali Sakti. Jangan menyesal atas kesombonganmu," dengus Setan Hijau Pisau Terbang mendesis dingin.
"Biarkan aku pergi, dan jangan membuka persoalan denganku," tetap dingin suara Rangga.
"Kau benar-benar memaksaku bertindak kasar, Pendekar Rajawali Sakti."
"Hhh!" Rangga hanya mendengus saja.
Trek!
Setan Hijau Pisau Terbang menjentikkan ujung jarinya. Maka saat itu juga, sekitar sepuluh orang yang semuanya menggenggam golok berlompatan ke depan, tepat di saat si Setan Hijau Pisau Terbang melompat mundur.
"Hiyaaa...!"
"Yeaaah...!"
Tanpa diperintah lagi, mereka langsung berlompatan menyerang Pendekar Rajawali Sakti. Malah dua orang begitu cepat melompat dari arah depan, sambil membabatkan golok secara menyilang dan mengarah ke leher.
"Hap!"
Manis sekali Pendekar Rajawali Sakti menarik tubuhnya hingga doyong ke belakang, menghindari tebasan dua bilah golok yang datang bersamaan itu. Tapi belum juga Rangga sempat menarik tegak tubuhnya kembali, dari arah kanan sudah datang serangan cepat
"Haiiit..!"
Cepat-cepat Rangga melenting ke kiri, menghindari tebasan golok dari arah kanan. Dan pada saat yang bersamaan, seorang penyerangnya sudah melepaskan satu pukulan keras ke arahnya. Tentu saja orang itu terkejut, karena tidak menyangka kalau justru Pendekar Rajawali Sakti melenting ke arahnya. Maka, orang itu tidak bisa lagi menarik serangannya yang sudah terlontar.
"Yeaaah...!"
Saat itu juga, Rangga melepaskan satu pukulan keras, namun hanya disertai pengerahan tenaga dalam yang tidak begitu tinggi. Hanya saja kecepatan pukulannya tidak dapat lagi dihindari.
Begkh!
"Akh...!"
Meskipun tidak disertai pengerahan tenaga dalam penuh, namun pukulan Pendekar Rajawali Sakti demikian keras. Akibatnya, seorang lawan seketika terpental ke belakang, setelah dadanya terkena pukulan keras tadi. Dan kini, keras sekali tubuhnya terbanting ke tanah.
"Hup! Hiyaaa...!"
Begitu kakinya menjejak tanah, Rangga langsung melenting ke udara, tepat di saat dua orang juga melesat ke udara mengejarnya sambil mengibaskan goloknya. Tapi, kedua tangan Rangga yang mengembang lebih cepat lagi bergerak mengelebat. Maka, kedua orang itu hanya bisa terpekik begitu kibasan-kibasan tangan Rangga yang menggunakan jurus 'Sayap Rajawali Membelah Mega' menghajar tubuhnya. Tak pelak lagi, mereka terbanting keras ke tanah, dan bergulingan beberapa kali sambil mengeluarkan pekikan nyaring sekali.
"Hiyaaa...!"
Cepat sekali Rangga meluruk turun. Saat itu juga, jurus 'Rajawali Menukik Menyambar Mangsa' dikerahkan. Kini kedua kakinya yang bergerak begitu cepat, terarah langsung kepada Setan Hijau Pisau Terbang.
"Keparat...!" maki Setan Hijau Pisau Terbang terhenyak kaget. "Hup! Hiyaaa...!"
Cepat-cepat dia melompat ke belakang, dan berputaran beberapa kali menghindari serangan Pendekar Rajawali Sakti. Tapi begitu kakinya menjejak tanah, saat itu juga Rangga sudah mendarat seraya melepaskan satu pukulan lurus, disertai pengerahan tenaga dalam tinggi. Cepat sekali pukulan yang dilepaskannya, sehingga Setan Hijau Pisau Terbang tidak dapat lagi berkelit menghindar. Dan...
"Hiyaaa...!"
Tidak ada lagi yang bisa dilakukan Setan Hijau Pisau Terbang, selain menyambut pukulan Pendekar Rajawali Sakti dengan pukulan yang bertenaga dalam tinggi pula. Hingga tak pelak lagi, dua pukulan mengandung pengerahan tenaga dalam itu bertemu di tengah-tengah.
Plak!
"Akh...!"
Setan Hijau Pisau Terbang jadi terpekik, begitu pukulannya beradu dengan pukulan Pendekar Rajawali Sakti. Seketika itu juga, tubuhnya terpental ke belakang sejauh dua batang tombak. Keras sekali dia jatuh terguling di tanah berdebu.
Sementara, Rangga tetap berdiri tegak tanpa bergeser sedikit pun. Lalu perlahan-lahan kakinya melangkah menghampiri si Setan Hijau Pisau Terbang yang masih terkapar di tanah.
Memang sulit menandingi Pendekar Rajawali Sakti yang ilmu tenaga dalamnya sudah mencapai tingkat sempurna. Terlebih lagi, saat itu telah mengerahkan jurus 'Pukulan Maut Paruh Rajawali' meskipun, dalam tingkat pertama. Sehingga, tangan si Setan Hijau Pisau Terbang tidak sampai hancur ketika berbenturan tadi.
"Hih!"
Tiba-tiba saja, si Setan Hijau Pisau Terbang mengebutkan tangan kirinya cepat sekali, meski tubuhnya masih tergeletak di tanah. Dan saat itu juga, terlihat sebilah pisau berukuran kecil melesat bagai kilat ke arah Rangga. Tapi, Pendekar Rajawali Sakti tidak berusaha menghindar sedikit pun. Malah, cepat sekali tangannya bergerak menangkap pisau itu.
Tap!
Tahu-tahu pisau berukuran kecil dan tipis itu sudah berada di dalam jepitan dua jari Pendekar Rajawali Sakti, tepat di depan dadanya yang terbuka. Kedua kakinya terayun perlahan-lahan mendekati laki-laki berbaju hijau tua itu.
Sementara itu tak ada seorang penyerang pun yang berani mendekat lagi. Sedangkan si Setan Hijau Pisau Terbang menggeser tubuhnya, lalu melompat bangkit berdiri dengan gerakan indah sekali.
"Hiya! Hiya! Hiyaaa...!"
Sambil berteriak keras menggelegar, si Setan Hijau Pisau Terbang langsung menyerang dengan lontaran pisau-pisaunya yang memenuhi pinggangnya. "Hup! Hiyaaa...!"
Manis sekali Rangga melentingkan tubuhnya. Kemudian Pendekar Rajawali Sakti berjumpalitan di udara, menghindari terjangan pisau-pisau itu. Sesekali tangannya dikebutkan, untuk menangkap pisau-pisau yang meluruk deras mengancam tubuhnya.
"Hiyaaa...!"
Tiba-tiba saja Rangga melesat tinggi ke atas. Dan dengan cepat sekali tubuhnya meluruk turun setelah melewati kepala si Setan Hijau Pisau Terbang. Dan begitu kakinya menjejak tanah, tepat di belakang laki-laki berbaju hijau tua itu, secepat kilat kakinya menghentak ke belakang. Langsung diberikannya tendangan menggeledek yang begitu dahsyat!
Diegkh!
"Akh...!"
Lagi-lagi si Setan Hijau Pisau Terbang memekik, tanpa dapat menghindari tendangan di punggungnya. Tak pelak lagi, dia jatuh tersungkur mencium tanah, namun cepat bisa bangkit kembali setelah bergulingan beberapa kali.
"Heh...?!"
Bukan main terkejutnya si Setan Hijau Pisau Terbang, begitu mengetahui tidak ada lagi pisaunya yang tersisa. Semuanya sudah habis, tapi tak satu pun yang bisa melukai tubuh Pendekar Rajawali Sakti.
"Phuih!"
Sret! Cring!
Sambil menyemburkan ludahnya, si Setan Hijau Pisau Terbang langsung mencabut pedangnya yang sejak tadi tersampir di punggung. Langsung pedangnya disilangkan di depan dada. Dengan punggung tangan, disekanya darah yang merembes dari sudut bibirnya. Sementara, Rangga berdiri tegak dengan tangan terlipat di depan dada. Saat itu, Setan Hijau Pisau Terbang sudah bergerak menggeser kakinya ke samping, sambil memainkan pedangnya. Gerakan-gerakannya begitu indah, tapi mengandung ancaman yang mematikan.
"Sebaiknya kau kembali saja, Kisanak. Katakan pada pemimpinmu. Kalau ingin bertemu denganku, biar dia sendiri yang harus datang menemuiku," tegas Rangga, terdengar lantang suaranya.
"Cukup kepalamu saja yang bertemu dengannya, Pendekar Rajawali Sakti!" dengus Setan Hijau Pisau Terbang.
"Hm..." Rangga menggumam kecil.
Sementara itu, Setan Hijau Pisau Terbang sudah semakin dekat saja jaraknya. Pedang yang tergenggam di tangan kanannya terlihat berkilatan, tertimpa cahaya matahari yang bersinar sangat terik siang ini. Sedangkan Rangga masih tetap berdiri tegak, tak bergeming sedikit pun.
"Mampus kau, Pendekar Rajawali Sakti...! Hiyaaat..!"
Bagaikan kilat, Setan Hijau Pisau Terbang melompat sambil mengebutkan pedang ke arah leher Pendekar Rajawali Sakti.
"Hait!"
Tapi dengan gerakan manis sekali, Rangga berhasil menghindari tebasan pedang pada lehernya. Lalu, Pendekar Rajawali Sakti cepat melangkah mundur dua tindak.
Namun, Setan Hijau Pisau Terbang tidak mau meninggalkan begitu saja. Gagal dengan serangan pertama, kembali dilakukannya serangan cepat luar biasa. Pedangnya berkelebatan di sekitar tubuh Rangga yang bergerak meliuk-liuk menghindarinya.
"Hiya! Hiya! Hiyaaa...!"
Tampaknya, Setan Hijau Pisau Terbang tidak sudi lagi memberi kesempatan pada Rangga untuk bisa balas menyerang. Jurus-jurus permainan pedangnya begitu cepat dan dahsyat luar biasa. Tapi, yang dihadapinya kali ini adalah Pendekar Rajawali Sakti. Hingga sudah beberapa jurus berlalu, belum juga bisa menghunjamkan pedangnya ke tubuh pemuda berbaju rompi putih itu. Bahkan untuk bisa mendesak pun, rasanya masih terlalu sulit. Padahal, Rangga saat itu hanya mengeluarkan jurus 'Sembilan Langkah Ajaib'.
'Sembilan Langkah Ajaib' memang sebuah jurus aneh. Gerakan-gerakannya tidak seperti orang sedang bertarung. Bahkan kelihatan seperti orang kebanyakan minum arak. Seringkali tubuhnya doyong seperti hendak jatuh. Tapi, begitu cepat sekali berubah mengikuti arah kelebatan pedang si Setan Hijau Pisau Terbang. Sehingga, sangat sulit bagi si Setan Hijau Pisau Terbang untuk mengembangkan jurus-jurusnya.
"Keparat..! Hiyaaa...!"
Sambil berteriak berang, Setan Hijau Pisau Terbang semakin memperhebat jurus-jurusnya. Tapi pada saat itu juga, Rangga sudah cepat sekali merubah jurusnya. Dan tanpa diduga sama sekali, Pendekar Rajawali Sakti meiepaskan satu pukulan menggeledek yang mengandung pengerahan tenaga dalam tingkat sempurna.
"Hih!" Wuk!
Cepat-cepat Setan Hijau Pisau Terbang mengebutkan pedangnya, mencoba menggagalkan serangan balasan Pendekar Rajawali Sakti. Namun, rupanya Rangga lebih cepat lagi menarik tangannya. Dan begitu pedang lewat di depan dada si Setan Hijau Pisau Terbang, cepat sekali Rangga menghentakkan kakinya ke depan. Langsung diberikannya satu tendangan keras menggeledek sambil memutar tubuhnya sedikit. Begitu cepat tendangannya, sehingga si Setan Hijau Pisau Terbang tidak sempat lagi menghindar.
Desss!
"Akh...!"
Kembali si Setan Hijau Pisau Terbang deras terpental ke belakang. Dan sebelum tubuhnya menghantam tanah, Rangga sudah melesat begitu cepat bagai kilat. Kembali dilepaskannya satu tendangan di udara yang begitu sulit dan mencengangkan.
Bruk!
Lagi-lagi Setan Hijau Pisau Terbang tersuruk mencium tanah. Beberapa kali tubuhnya bergulingan di tanah, sebelum bisa bangkit berdiri lagi. Kini semakin banyak saja darah yang keluar dari mulutnya.
"Ugkh...!" Setan Hijau Pisau Terbang terbatuk beberapa kali.
Dan setiap kali terbatuk, Setan Hijau Pisau Terbang selalu menyemburkan darah dari mulut dan hidungnya. Memang sungguh dahsyat pukulan maupun tendangan yang dimiliki Pendekar Rajawali Sakti. Tapi untungnya, tidak disertai pengerahan kekuatan tenaga dalam yang penuh. Sehingga, tidak sampai menciderai si Setan Hijau Pisau Terbang lebih parah lagi.
"Jangan paksakan dirimu, Kisanak. Akan semakin parah bagi dirimu sendiri, kalau memaksa mengerahkan tenaga dalam," kata Rangga memperingatkan.
"Phuih!"
Tapi, rupanya bagi si Setan Hijau Pisau Terbang sudah kepalang basah. Peringatan Pendekar Rajawali Sakti tidak dipedulikan lagi. Dan dia malah melompat, melakukan serangan kembali. Pedangnya disilangkan begitu cepat sekali ke arah leher, disertai pengerahan tenaga dalam.
"Hap!"
Tapi dengan gerakan manis sekali, Rangga berhasil menangkap mata pedang itu hanya dengan dua jari tangannya saja, tepat di samping lehemya. Dan pada saat itu juga, Rangga melepaskan satu tendangan keras ke arah perut.
Desss!
"Hegkh!"
Begitu tubuh Setan Hijau Pisau Terbang terbungkuk, cepat sekali Rangga memberi satu pukulan keras di wajahnya. Seketika itu juga, kepala Setan Hijau Pisau Terbang terdongak ke atas.
"Hiyaaa...!"
Dan Rangga rupanya tidak ingin meninggalkannya begitu saja. Kembali dilepaskannya satu pukulan keras menggeledek, tepat menghantam dada si Setan Hijau Pisau Terbang. Akibatnya, si Setan Hijau Pisau Terbang tidak sadarkan diri seketika itu juga. Dan Rangga cepat menghampiri, lalu memeriksa urat nadi di lehernya sebelah kanan. Rangga kembali bangkit berdiri, setelah yakin kalau si Setan Hijau Pisau Terbang tidak tewas. Kemudian, Rangga melompat naik ke punggung kudanya yang tertambat tidak jauh dari situ, di bawah sebatang pohon randu.
"Hiyaaa...!"
Sekali gebah saja, kuda hitam Dewa Bayu itu sudah melesat cepat bagai kilat. Begitu cepatnya kuda itu berlari, sehingga dalam waktu sebentar saja sudah tidak terlihat lagi bayangannya. Hanya debu saja yang terlihat mengepul di udara. Sementara itu, Setan Hijau Pisau Terbang masih tergeletak tak sadarkan diri. Kemudian, anak buahnya segera membawanya pergi lari tempat itu.***
Saat matahari hampir tenggelam, Rangga baru kembali pulang ke istana melalui pintu rahasia di bagian belakang bangunan megah itu. Namun belum juga dia sempat turun dari punggung kuda, tampak Pandan Wangi melangkah lebar-lebar menghampiri.
"Hup!"
Dengan gerakan indah dan ringan sekali, Pendekar Rajawali Sakti melompat turun dari punggung kudanya. Saat itu, Pandan Wangi sudah berada dekat di depannya. Gadis yang dikenal berjuluk si Kipas Maut itu berhenti setelah jaraknya tinggal sekitar tjga langkah lagi di depan Rangga.
"Ada apa? Kau seperti dikejar setan saja, Pandan...," tegur Rangga, langsung.
"Aku sudah tahu rahasia yang tersimpan di istana ini, Kakang," kata Pandan Wangi langsung.
"Oh...?! Rahasia apa?" tanya Rangga terkejut "Cepat katakan, Pandan. Rahasia apa yang mereka sembunyikan."
"Kau ingat benda yang melukai Cempaka, Kakang?" Pandan Wangi malah bertanya.
Rangga hanya mengangguk saja.
"Aku telah membawa benda itu pada seorang ahli senjata di Desa Katung. Dia mengenali benda itu sebagai senjata rahasia, Kakang. Bahkan dia juga tahu, siapa pemilikinya," lapor Pandan Wangi.
"Siapa?" desak Rangga tidak sabar.
"Dewi Mata Hijau," sahut Pandan Wangi memberitahu.
"Dewi Mata Hijau...," Rangga menggumam perlahan.
Kening Pendekar Rajawali Sakti jadi berkerut. Rasanya baru kali ini dia mendengar nama itu. Dan yang pasti, nama itu bukan nama sebenarnya. Pasti hanya nama julukan saja.
"Lalu, kenapa dia hendak mengacau ketenteraman istana, Pandan?" tanya Rangga lagi.
"Itulah yang belum kuketahui, Kakang," desah Pandan Wangi bemada mengeluh.
"Tidak ada yang bicara tentang persoalan ini padamu, Pandan?" desak Rangga lagi.
Pandan Wangi menggelengkan kepala. Matanya tak berkedip memandangi wajah tampan Pendekar Rajawali Sakti yang berdiri di depannya ini. Bisa dirasakan adanya kekecewaan di dalam sinar mata pemuda tampan ini. Karena, rahasia sebenarnya yang disimpan semua orang di Istana Karang Setra ini justru maksud kemunculan orang yang mencelakai Cempaka. Sedangkan sampai saat ini, belum ada seorang pun yang bisa diajak bicara. Mereka semua masih tetap menyimpan rahasia itu rapat-rapat.
Rangga menuntun kudanya ke dalam istal, diikuti Pandan Wangi dari belakang. Setelah menyerahkan kuda itu pada seorang pengurus kuda istana, mereka keluar lagi dari dalam istal. Sepasang pendekar muda itu melewati jendela kamar Cempaka yang terbuka lebar, dan sempat melihat Cempaka masih terbaring di pembaringan. Gadis itu sudah siuman dari pingsannya, tapi masih belum bisa meninggalkan pembaringannya.
Rangga terus mengayunkan kakinya menuju ke bagian belakang istana. Pandan Wangi terus mengikuti, dan mensejajarkan langkahnya di samping Pendekar Rajawali Sakti. Mereka terus melangkah menuju ke taman belakang istana, tanpa bicara lagi. Dua orang prajurit yang menjaga pintu Taman Kaputren segera membungkuk memberi hormat. Sementara Rangga terus masuk ke dalam taman ini, diikuti Pandan Wangi. Mereka kemudian duduk di bangku taman belakang istana.
"Kau tahu, siapa Dewi Mata Hijau itu, Pandan?" tanya Rangga setelah cukup lama berdiam diri.
"Katanya, dia datang dari utara," sahut Pandan Wangi.
"Lalu, apa maksudnya datang ke sini?" tanya Rangga lagi.
"Entahlah.... Aku tidak tahu, Kakang."
Rangga kembali diam. Keningnya terlihat berkerut, pertanda tengah berpikir keras. Sulit untuk bisa diduga, apa yang akan terjadi di Kerajaan Karang Setra ini. Rangga jadi teringat kata-kata Panglima Rakatala. Kabut hitam memang tengah menyelimuti Kerajaan Karang Setra ini. Tapi, Rangga belum bisa melihat kabut hitam itu. Bahkan untuk melihat bayangan pun masih terlalu sulit.
Beberapa peristiwa setelah Pendekar Rajawali Sakti tiba di Karang Setra ini, belum bisa diambil kaitannya. Tapi yang jelas, ada satu kelompok yang menginginkannya. Entah untuk apa mereka ingin bertemu Pendekar Rajawali Sakti. Kemunculan orang aneh yang berjuluk Dewi Mata Hijau, dan kemunculan Setan Hijau Pisau Terbang, belum bisa dirangkaikan satu sama lain. Rangga masih terus mencari dan berpikir keras menyingkap teka-teki ini.
"Aku minta, kau terus mencari keterangan lebih banyak lagi, Pandan. Aku merasa ada suatu rencana tertentu di balik semua peristiwa ini," kata Rangga, agak menggumam suaranya.
Pandan Wangi hanya mengangguk saja. Saat itu, terlihat Danupaksi datang menghampiri bersama dua orang punggawa. Rangga dan Pandan Wangi langsung berdiri, begitu Danupaksi dekat. Pemuda itu segera membungkukkan tubuhnya memberi hormat Sementara, kedua punggawa itu merapatkan kedua telapak tangan di depan hidung.
"Ada apa, Danupaksi?" tanya Rangga.
"Ada orang hendak bertemu, Kakang Prabu," sahut Danupaksi dengan sikap hormat.
"Siapa?" tanya Rangga lagi.
"Dia tidak mau menyebutkan namanya, Kakang Prabu. Katanya, ini persoalan penting dan menyangkut keselamatan nyawa Kakang Prabu sendiri," sahut Danupaksi.
"Hm...," Rangga menggumam terkejut. Sekilas Pendekar Rajawali Sakti melirik Pandan Wangi yang juga menatapnya, setelah mendengar penuturan Danupaksi. "Di mana dia menunggu?" tanya Rangga setelah terdiam beberapa saat.
"Di alun-alun depan," jelas Danupaksi.
"Baiklah. Antarkan aku ke sana," pinta Rangga.
"Hamba, Kakang Prabu."***
KAMU SEDANG MEMBACA
75. Pendekar Rajawali Sakti : Kabut Hitam Di Karang Setra
AçãoSerial ke 75. Cerita ini diambil dari Serial Silat Pendekar Rajawali Sakti karya Teguh S. Dengan tokoh protagonis Rangga Pati Permadi yang dikenal dengan Pendekar Rajawali Sakti.