"Jadi kau akan ke London? Kenapa tidak pernah membicarakan ini sebelumnya?"
Aku diam dalam beberapa detik, aku bingung harus menjelaskannya mulai dari mana "Maafkan aku Carly. Maaf aku tidak memberitahumu sebelumnya. Sebenarnya rencanya kuliah di London itu sudah sangat lama...jauh sebelum aku dan Jared putus"
Aku berhenti bicara sejenak, lalu mengambil nafas panjang
"Awalnya aku menolak untuk berkuliah di London dengan banyak alasan, salah satunya Jared. Tapi sekarang aku dan Jared sudah berakhir."
"Jadi kau pindah hanya karna Jared?" Aku menundukkan kepalaku sambil terus meremas ujung baju yang kupakai
"Dengar Alanna, kau tidak bisa seperti ini terus. Satu hal yang harus kau tau kalau Jared sialan itu bukanlah segalanya!" Carly memegang erat bahuku membuatku mau tidak mau mendongakan kepala dan menatap matanya.
"Dan satu hal yang harus kau tau juga Carly, aku dan Jared sudah berpacaran hampir 3 tahun dan itu bukanlah waktu yang sebentar. Setiap hari aku selalu berusaha melupakannya, tapi tiapkali aku melihatnya bersama kekasihnya aku hancur kembali" air mata yang sedari ku tahan pun tak terbendung lagi. Aku menangis sejadi-jadinya.
Carly langsung memelukku dan membiarkan ku menangis dibahunya "sekarang aku mengerti Alanna. Maafkan aku"
Aku melepaskan pelukan Carly dengan perlahan
"Terimakasih kau sudah mau mengerti. Dan maaf aku baru memberitaumu"
"Permintaan maaf diterima" ucap Carly sambil tersenyum tulus padaku "dan jangan lupa untuk terus menghubungiku"
"Siap kapten!"
"Mau kebantu?" Ucap Carly sambil melirik kearah koper-koperku yang tergeletak dilantai.
"Kau sudah siap sayang?" Ucap mom yang sedang berdiri di depan pintu kamarku
"Sepertinya sudah, tapi ada beberapa hal yang harus kuperiksa dulu" balasku sambil terus membenahi isi koperku
"Baiklah. Mom tunggu dibawah"
***
"Jangan bilang kau lupa dimana rumah gramma" tuduhku pada Nathan sambil berkacak pinggang
Nathan menghentikan langkahnya, lalu membalikan tubuhnya kearahku "Memangnya kau ingat?" Ucap Nathan sambil ikut-ikutan berkacak pinggang
"Lalu kenapa kita dari tadi hanya berjalan tidak tentu arah?" Aku mengabaikan pertanyaan Nathan karna jika aku menjawabnya aku pasti akan langsung mati gaya.
"Kita sedang mencari taxi" Nathan melanjutkan langkahnya kembali.
"Taxi? Lalu kenapa tidak menunggu di bandara saja?"
"Kau tidak ingat? 40 menit kita diam disana menunggu taxi dan tidak ada satupun yang datang" omel Nathan tanpa menoleh kearahku
"Dan sudah sangat jauh kita berjalan tapi tidak ada satupun taxi yang lewat" balasku
"Kalau kau terus berbicara, aku tinggal" kali ini Nathan berbicara sambil menoleh kearahku dengan memberikan tatapan yang mematikan
"Dasar kakak yang jahat" aku mendengus kesal pada Nathan. Belum genap satu hari aku di London, dan Nathan sudah berniat untuk meninggalkanku. Kakak macam apa
"Kau lelah?" Ucap Nathan lembut
"Menurutmu?"
"Baiklah kita makan dulu" Nathan menarikku ke restoran cepat saji diseberang jalan
"Memangnya hari apa ini? Kenapa penuh sekali?" Gumam Nathan sambil terus mengedarkan pandangannya mencari meja kosong
"Apa mungkin kita memakannya sambil berdiri" gumamku sambil melirik nampan yang ku bawa.
"Sepertinya kalian sedang mencari meja kosong. Kenapa tidak disini saja?"
Dengan cepat dan serentak aku dan Nathan menoleh kearah sumber suara. "Benarkah?" Ucapku dan Nathan bersamaan
Lelaki itu tertawa pelan melihat tingkahku dan Nathan yang seperti orang baru memenangkan undian. Lelaki itu mengangguk sambil tersenyum manis.
"Terimakasih" lagi-lagi aku dan Nathan mengucapkannya secara bersamaan
"Kalian baru mau pergi? Atau baru sampai?" Tanya si pria sambil terus memandangi koper-koper yang kami bawa
Nathan ikut melihat kearah koper "ah kami baru sampai London, kami dari Aussie" jelas Nathan. "Oh ya namaku Nathan, dan ini adikku Alanna"
"Namaku Niall"

KAMU SEDANG MEMBACA
Complicated
FanfictionCinta itu rumit. Sangatlah rumit. Kita tak pernah tau kita akan mencintai siapa dan siapa yang akan mencintai kita. Terkadang cinta pun tak harus memiliki sehingga harus ada yang mengalah dalam cinta. Entah itu hati ataupun ego.