"Jadi kau sudah percaya dengan love at the first sight?" Louis menyodorkan satu kaleng minuman soda kearahku lalu mendaratkan bokongnya di sebelahku
"Ya, setelah aku mengalaminya sendiri" jawabku sambil membuka kaleng minuman soda yang di berikan Louis
"Jadi kau benar-benar mencintainya?"
Aku mengangguk
"Secepat itu?"
"Judulnya saja sudah love at the first sight. Sudah pasti cepat"
Nyatanya aku sama sekali belum menceritakan hal ini pada Niall. Semalam ia pulang larut sekali, dia juga terlihat sangat lelah karna harus membuat ulang tugasnya. Maka dari itu aku ada disini. Dirumah sahabatku yang sudah kuanggap sebagai kakak. Walaupun sebenarnya Louis lebih pantas dipanggil kakek, karna sifatnya yang cerewet seperti kakek-kakek
"Kau ada kuliah hari ini?"
"Tidak. Aku tidak ada kelas hari ini" jawabku enteng
Louis memandangiku dari ujung kepala sampai ujung kaki. Aku membalas tatapannya dengan heran "untuk apa kau memandangiku seperti itu?"
"Kau bilang kau tidak kuliah hari ini. Tapi kau terlihat rapi sekali" Louis memberikan tatapan menginterogasi sekarang
"Aku memang tidak akan pergi kuliah, aku mau pergi dengan Alanna" sekali lagi aku menjawabnya dengan enteng, tapi tatapan Louis tiba-tiba berubah menjadi tatapan menggoda
"Jadi kau akan melakukan kencan pertamamu, hah? Louis bertanya dengan nada bicara yang menjijikan sambil terus memainkan alisnya
"Apa yang kau bicarakan? Kita hanya mau mengobrol sambil minum kopi, itu saja"
"Yakin itu saja?" Louis masih menggunakan nada bicara menjijikannya
"Iya-hey singkirkan muka konyolmu itu"
Author's POV
Zayn melirik jam tangannya untuk kesekian kali. Ia memandangi jalanan diluar cafe sambil terus mencari sosok yang ia tunggu. Sebenarnya ini belum jam 4 sore, tapi entah kenapa Zayn begitu bersemangat sehingga ia sudah sampai sejak 10 menit yang lalu.
Suara lonceng pertanda ada pelanggan datang langsung menarik perhatian Zayn. Ia menoleh kearah pintu masuk, dan dengan sekejap ia sudah mendapati seseorang yang sedari tadi ia tunggu.
Zayn melambaikan tangannya kearah gadis itu, membuat sang gadis menoleh kearahnya lalu menghampirinya
"Maaf aku terlambat, kau pasti sudah menunggu lama" kemudian gadis itu duduk dihadapan Zayn
"Tidak, aku baru saja sampai" dusta Zayn
"Sekali lagi maaf dan-wow kau sudah memesan ternyata dan bagaimana kau tau kopi kesukaanku?" Alanna terkejut melihat ada secangkir cappucino dihadapannya
"Kalau tidak salah kau memesan ini saat di Paris waktu itu" ucap Zayn dengan memberi senyuman mautnya
"Kau masih mengingatnya? Terimakasih Zayn" Alanna membalas senyuman Zayn tak kalah manis. Setelah itu ia mulai meminum cappucino miliknya
"Well, kenapa kau memutuskan untuk kuliah di London?"
"Aku mau mencari suasana baru. Ya sekalian menghindar dari mantanku yang sialan itu" jelas Alanna dengan merubah nama Jared menjadi sebutan mantan sialan
"Jadi kau belum melupakan si Jaden itu?"
Alanna memajukan kepalanya, menatap Zayn bingung "Jaden?"
"Ya. Jaden mantan sialanmu itu" Zayn mengikuti nada bicara Alanna saat mengucapkan 'mantan sialan'
Alanna mendesah pelan "namanya Jared"
"Oh ya Gareth"
Alanna memutar bola matanya ketika mendengar nama-nama yang Zayn sebutkan "namanya Jared, Zayn" jelas Alanna secara perlahan
Zayn terkekeh pelan melihat wajah Alanna yang sedang menahan kesabarannya "Siapapun itulah namanya. Jadi kau belum melupakannya?"
Alanna terdiam sesaat. Sejujurnya ia benci jika ada yang mengungkit-ungkit tentang Jared "sebenarnya masih dalam proses, tapi aku yakin sekitar 20 persen lagi memori tentang Jared akan terhapuskan dari sistem otakku"
Zayn tertawa geli mendengar penjelasan Alanna yang dilebih-lebihkan
"Bagaimana denganmu? Apa kau sudah bisa melupakan Patricia?"
"Well, aku sudah melupakannya seratus persen" ucap Zayn bangga
"Bagaimana bisa? Emm sepertinya aku harus berguru padamu"
"Aku sudah mememukan orang lain dan kurasa aku sudah mulai mencintainya, jadi dengan mudah semua hal tentang Patricia hilang dari pikiranku"
Mulut Alanna membentuk huruf 'o' setelah mendengar penjelasan Zayn. Kepalanya pun mengangguk beberapa kali.
Obrolan panjang pun terjadi diantara mereka. Sebuah keajaiban karna baru kali ini Zayn terlihat sangat terbuka pada seseorang. Karna sifat tertutupnya, Zayn hanya akan menceritakan tentang dirinya kepada sahabat dan keluarganya. Tapi untuk saat ini ia sangat terbuka dengan Alanna yang notabenya gadis yang baru ia kenal
Alanna pun begitu. Meskipun dia tergolong gadis cerewet, tapi Alanna bukan gadis yang mau bercerita kesembarang orang. Dan sekarang ia terlihat sangat nyaman dengan Zayn.
Ya dengan pemandangan ini kalian bisa menyimpulkan kalau Zayn dan Alanna saling merasa nyaman. Bukan begitu?
".....dan aku ingat sekali saat aku berumur 7 tahun, aku sedang berkunjung kerumah nenekku dan dia membuatkanku cookies yang sama seperti yang ia buatkan sebelumnya. Sebenarnya rasanya sangat enak, tapi karna sudah terlalu sering, hanya dengan melihat cookiesnya saja sudah membuatku kenyang. Aku pun menolak untuk memakannya, dan kau tau? Nenekku memaksa agar aku mau memakan cookies buatannya hingga aku menangis"
Mereka berdua pun tertawa mendengar cerita Alanna tentang neneknya yang hobi membuat cookies dan hobi memaksa cucunya untuk memakan cookies buatannya
"Emm Zayn sepertinya kita sudah cukup lama disini. Dan aku ada kuliah pagi besok" Alanna melihat jam tangannya yang sudah menunjukkan jam 7 malam
"Oh ya benar. Bisa-bisa harga kopi yang kita beli naik 10 kali lipat karna terlalu lama disini"
Mereka pun pulang setelah Alanna membayar kopi pesanan mereka. Awalnya Zayn memaksa untuk membayar, tapi Alanna mengancam akan marah pada Zayn jika ia tetap memaksa untuk membayar. Lagi pula Alanna sudah berjanji untuk mentraktir Zayn. Dan Alanna sangat pantang untuk melanggar janji
**
Mobil Zayn sudah sampai didepan kediaman nenek Alanna
"Terimakasih sudah mengantarku Zayn, see ya" Alanna tersenyum lebar pada Zayn dan mulai membuka pintu mobil Zayn. Tapi sebelum ia berhasil membuka pintu mobil, Zayn mencegahnya
"Emm Alanna" Zayn menggantung ucapannya
Alanna membalikan tubuhya dan menatap Zayn "iya?"
"Apa kau pernah ke pasar malam?"
"Sebenarnya belum pernah. Menyedihkan sekali bukan?" Alanna sedikit tertawa, mentertawai nasibnya yang sudah 18 tahun hidup dan belum pernah ke pasar malam
"Kalau begitu apa kau mau kesana?"
"Kau mengajakku ke pasar malam?! Tentu saja aku mau!" Jawab Alanna antusias. Seketika kedua sudut bibir Zayn terangkat membentuk sebuah senyuman
"Baiklah, sabtu nanti akan ada pasar malam. Dan aku akan menjemputmu jam 7. Oke?"
"Oke" Alanna tersenyum bahagia setelah mendengar ajakan Zayn. Melihat senyuman Alanna, bibir Zayn pun ikut tersenyum bahagia
Alanna membuka pintu mobil Zayn dan merangkak keluar "Baiklah sampai jumpa hari sabtu!" Setelah itu Alanna menutup pintu mobil Zayn dan berjalan memasuki halaman rumah neneknya
**
Halooo :)
Sorry for late update :(( biasa nih nasib anak kelas 12 tugas numpuk :(
Dan maaf chapter yang ini ga jelas bin ajaib (?)
Vommentnya???

KAMU SEDANG MEMBACA
Complicated
FanfictionCinta itu rumit. Sangatlah rumit. Kita tak pernah tau kita akan mencintai siapa dan siapa yang akan mencintai kita. Terkadang cinta pun tak harus memiliki sehingga harus ada yang mengalah dalam cinta. Entah itu hati ataupun ego.