c h a p t e r 2

81 10 4
                                    

"Lo cantik" Kedua kata itu keluar dari mulut Aldo sendiri.

Bar bar banget sih dia, ucap Vania dalam batinnya.

"Gue tau kok gue cantik" 5 kata itu lolos dari bibir si Vania karena ia bingung harus melakukan apa.

"Lo kelas berapa?" ucap Aldo ingin tahu.

"11 IPA 1" ujar Vania tanpa memalingkan tatapannya dari buku bacaannya. "Kalo gue 12 IPS 2" ucap Aldo dengan antusias.

"Gak nanya"

Karena merasa dicuekin Aldo pun mencari keperluan bukunya setelah selesai iapun berpamitan dengan guru dan Vania.

"Bye Vania cantik, gue harap kita bisa sering ketemu."

Vania hanya menatap punggung Aldo yang sudah mulai hilang dan sedikit menerbitkan senyumnya

***

Aldo mendaftarkan diri menjadi anggota basket. Sudah tiga hari semenjak pertemuan pertamanya dengan Vania. Saat bermain ia melihat Vania dan teman temannya yang sedang berjalan menuju ke kantin.

"Van, coba lo liat deh kak Edward ganteng banget ya waktu lagi keringetan," ucap Lana sambil menunjuk Edward

"Hm, serah lo" ucap Vania sambil menatap sababatnya itu.

"Kapan ya aku bisa pacaran ama dia ?" Ucap Lana disusul ucapan semuanya termasuk Vania

"Halu !" Disusul ketawa semuanya termasuk Vania.

"Liat aja gue buktiin sama kalian"

"Gantengan juga kak Aldo, baru 4 hari masuk sekolah aja udah jadi mostwanted." Elena buka suara.

Vania sibuk berpikir apakah Aldo yang dimaksud ialah si cowok bar bar itu. Tak lama mereka sampai ke kantin dan memilih meja untuk diduduki. Aldo yang jarang melihat Vania ke kantin langsung pergi ke meja Vania dan sahabatnya.

"Hai Vania, boleh nggak gue duduk sini berdua dulu sama Vania ?" ucap Aldo yang secara halus mengusir sahabatnya .

"Semangat. Nggak semua cewek seberuntung lo" ucap Elena sambil berbisik.

"Jangan ngapa-ngapain Vania kalo nggak kena lo dari gue," ucap Angel yang akhirnya membuka suara.

"Lo mau makan apa? Biar gue pesenin," Aldo pun buka suara saat dimeja itu hanya tinggal mereka berdua.

"Bakso sama es teh manis, ini uangnya," ucap Vania sambil menyodorkan uang tapi tidak diterima oleh Aldo.

"Ga usah, biar gue yang bayar."

Setelah 2 menit makanan mereka datang dan Vania langsung memakannya.

"Sorry, gue nggak jaim. Gue emang makan kayak gini jadi makhlumin aja." Aldo saja jarang menemukan perempuan seperti itu.

"Thanks ya gue ke kelas duluan. Dah," Vania pun berjalan meninggalkan Aldo yang masih makan sedangkan Aldo hanya tersenyum senang.

***

Bel pulang berbunyi dan rencananya Vania mengikuti susulan lalu akan pulang naik taksi. Saat ia selesai ikut susulan ia langsung ditarik oleh sosok yang membuat rasa luka mendalam tercipta pada Vania dulu.

"Lepasin Ga, sakit," ucap Vania saat melihat pergelangan tangannya yang dicengkram kuat oleh Rangga hingga memerah.

"Nggak akan, lo harus ikut gue." Perasaan Vania seketika berubah takut karena ia tahu Rangga sangatlah nekat.

"Tolong.. Tolong.." ucap Vania dengan isak tangis dan Rangga hanya tertawa karena sekolah sudah sepi. Tapi tiba tiba..

bugh

bugh

Rangga pun jatuh dan Vania hanya bisa menangis lebih kencang untuk mengeluarkan rasa takut Vania dan ternyata orang itu adalah...

.

.

Kalo penasaran, next chapter ya :)

-Eyna 💐

seasons(2020)Where stories live. Discover now