Perasaan kecewa tidak bisa untuk tidak tampak di wajah Dita ketika melihat seseorang yang di luar ekspetasi. Bibir yang semula tersenyum lebar, langsung berubah menjadi garis tipis.
"Mengira aku adalah Galen?" tebak Zio yang sialnya tepat sasaran. Lelaki itu menaikkan kaki kanannya di lutut kiri, dia menghela napas. "Aku tak habis pikir, apa kau tidak bisa membedakan antara aura cheerful milikku dan aura mistis milik Galen?"
Mistis? Dikira Galen itu setan, apa! Dita menggerutu dalam hati.
Lagipula kalau dipikir lebih lanjut, rambut hijau terang milik Zio sudah berubah warna, menjadi hitam gelap seperti Galen. Kedua-duanya juga memiliki fitur tubuh belakang yang hampir sama, jadi tidak heran jikalau Dita salah mengira.
"Di surat tulisannya F, berarti Fahnrio. Kalo Bang Zio kan Z."
Zio menggerakkan jari telunjuknya menolak. "F for Fawzio, not Fahnrio. Understand?"
Bibir Dita mengerut, tidak menyangkal perkataan Zio karena nama belakang lelaki itu memang diawali huruf F.
"Ck, nyebelin." Dita beralih duduk di hadapan Zio dan menaruh clutch miliknya di atas meja. "Ngapain nyuruh gue kesini?"
"Mau mantap-mantap."
What?!
Mata Dita kontan membulat sempurna dengan rasa shock yang menyerangnya. Membuat Zio tidak bisa menahan tawa hingga terpingkal-pingkal.
"Hanya bercanda."
Tawa Zio perlahan mulai berhenti, lelaki itu berdehem melonggarkan tenggorokannya. Dalam sepersekian detik, raut wajahnya berubah menjadi serius.
"Kau sudah putus dengan Galen, right?"
Dita tak menjawab. Putus? Apakah keputusan sepihak itu bisa menyatakan kalau hubungan mereka sudah berakhir?
Walau bagaimana pun, Dita tidak pernah menginginkan hubungannya dengan Galen berakhir. Dia mencintai cowok itu.
"Hah, sudah aku duga kalau si bocah itu tidak serius denganmu."
Mendengarnya, Dita mendelik. "Maksudnya?"
Kali ini Zio tak menjawab, dia malah mengambil sesuatu dari kantongnya. Sebuah dompet yang lalu diletakkan Zio di atas meja, lantas mendorongnya agar sampai di jangkauan Dita.
"Dompet siapa?"
Tak menunggu tanggapan dari Zio, tangan Dita bergerak dengan sendirinya membuka dompet itu.
Di dalam dompet tidak ada isi apapun, terkecuali sebuah foto seorang cewek cantik dengan rambut dan mata Aquamarine. Paras cantik sosok itu bahkan sempat membuat Dita terpana.
"Itu Thea."
Mata Dita bergulir melihat Zio yang balas menatapnya lurus. Thea adiknya Galen?
"Thea itu adiknya Galen, kan? Terus apa hubungannya sama putusnya gue dan Galen?" tanya Dita sedikit malas.
"Yeah, it's right. Thea memang adikku dan juga Galen. Tapi untuk Galen, Thea bukan hanya sekedar adik, tapi juga—" Zio menghela napas.
"—First love."
Dua kata terakhir yang keluar dari bibir Zio berhasil membuat Dita langsung membeku di tempat. Oksigen seolah menghilang hingga membuatnya menjadi sulit bernapas. Tapi sesaat kemudian, dia tertawa kecil.
"Bercanda lo nggak lucu tahu nggak! Ya kali Galen sister complex."
"I'm not tipu-tipu." jawab Zio. "Bahkan dulu Galen bersaing dengan saudara kembarku untuk mendapatkan hati Thea."
KAMU SEDANG MEMBACA
Frozen's Love
Teen FictionAwalnya Dita cuma penasaran kepada Galen, cowok pindahan dari Manhattan yang sifatnya sedingin es. Yang nyaris sempurna jikalau saja cowok itu tidak bergantung pada kursi roda. Tapi demi ambisinya untuk mempunyai pacar yang keren dan ganteng, Dita...