Seorang gadis kecil berlari melewati halaman rumahnya. Pipinya basah karena air mata. Mang Kardi, satpam di rumah mewah itu bergegas mengikutinya dari belakang tanpa ada niat menenangkan. Pria paruh baya itu paham betul kalau seseorang yang bisa membuat si gadis cilik tenang hanyalah sang kakak. Benar saja, begitu gadis itu berada dalam pelukan kakaknya, perlahan tangisnya mereda. Hanya bersisa sesenggukan.
"Kamu kenapa, Cantik?" Ucap sang kakak setelah mengurai pelukan mereka.
"Tetangga baru itu, kak. Masak aku dibilang Dora, terus temenan sama monyet, katanya Dora itu gak pinter." Gadis cilik itu menjawab dengan suara yang sesekali tersedak karena isakan.
"Cup..cup..cup, kenapa harus marah sih?. Kamu kan emang Dora." Balas sang kakak sembari menepuk puncak kepala adiknya dengan lembut. Entah apa yang membuat sang adik benci dipanggil Dora padahal itu juga bagian dari namanya sendiri.
"Ish, kak aen. Pokoknya aku mau kak aen marahin anak itu. Nanti teman-teman ikutan ngejek aku Dora." Si gadis cilik menarik lengan kakaknya yang bernama Aen itu "Yok, kakak ikut aku, marahin dia ya, kak."
Aen tak menolak sama sekali. Dia menurut saja kemana pun adiknya akan membawanya. Aen juga tidak terkejut saat sang adik mengetuk kasar pintu tetangga sebelah rumah mereka. Bahkan, baru seminggu dia berkenalan dengan anak si pemilik rumah, sekarang dia malah harus memarahi tetangga barunya itu untuk memenuhi keinginan adik manjanya.
Aen mendesah lega karena yang membuka pintu adalah pembantu di rumah itu, bukan anak si pemilik rumah. Dia baru akan mengajak adiknya pulang setelah si bibi bilang kalau orang yang sedang adiknya cari tidak ada di rumah. Tapi adiknya tak mau menyerah. Gadis cilik itu kembali menyeretnya ke area belakang rumah setelah mendengar suara dari sana. Nasib malang untuk Aen, musuh bebuyutan adiknya ada disana. Dia mulai bingung harus mengatakan apa pada bocah yang hari ini resmi jadi teman sebangkunya. Jujur saja, dia benci pertengkaran. Dua belas tahun hidupnya sebisa mungkin dilaluinya dengan tidak menimbulkan masalah.
"Itu dia, kak. Marahin"
Dia melihat sekilas pada bocah laki-laki yang kelihatan sibuk itu. Sibuk mencari sesuatu di dalam gudang belakang rumahnya. Bahkan, bocah itu tidak sadar ada yang menghampirinya. Aen berdehem untuk mengalihkan perhatian bocah itu.
Bocah itu menoleh, tapi sebelum Aen menyuarakan suara hatinya, bocah laki-laki itu sudah membuka mulut lebih dulu, "Kebetulan kamu disini, Daren. Aku ada sesuatu yang ingin kutunjukkan. Ikut aku!".
Anak itu pergi meninggalkan Aen dan sang adik yang masih berseteru untuk ikut atau tidak. Dia membawa gunting rumput yang membuatnya sibuk di gudang tadi. Terus terang, Aen penasaran. Tetangga baru mereka ini seperti seorang detektif yang berhasil menangani suatu kasus. Tapi, sang adik malah menahan tangannya untuk beranjak. Beruntungnya, Aen adalah salah satu pawang sang putri setelah ibu mereka. Jadi, tidaklah sulit untuk meluluhkan hati si manja itu agar mau mengikuti kemanapun tetangga baru mereka ini pergi.
Hingga akhirnya, mereka mengekori si anak tetangga baru itu menyurusi halaman belakang rumah. Mereka bahkan melewati pagar belakang rumah mewah mereka, menyusuri semak belukar yang sepertinya sudah pernah dilewati seseorang dan dapat Aen pastikan orang itu adalah bocah tengik yang tadi membuat adiknya menangis.
Tiba-tiba Aen merasa bimbang tentang keputusannya untuk mengikuti bocah itu karena tau pasti mereka akan menuju kemana sekarang. Setelah fokus memperhatikan sekeliling, dia menyadari mereka akan sampai ke hutan yang mamanya larang untuk didatangai. Jadi, demi keselamatan adiknya dan dirinya sendiri dari binatang buas yang bisa saja memangsa mereka atau apapun yang membahayakan di depan sana, terlebih lagi dari omelan sang ibu yang pastinya bisa berlangsung berminggu-minggu Aen putuskan untuk tidak memenuhi rasa penasaran tentang apa yang hendak ditunjukkan oleh si bocah tengik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kolong Langit
RomanceKezia Adora Luan tidak mengerti dengan perasaannya sendiri yang dengan bodohnya memilih sang kakak untuk dicintai. Dia bahkan tidak bisa menahan diri untuk tidak patah hati ketika sang kakak mengenalkan kekasihnya pada orang tua mereka. Tapi, dia bi...