BAGIAN 2

534 19 0
                                    

Kadik tidak tahu lagi, apa yang akan dikatakan begitu melihat kuburan kekasihnya sudah terbongkar. Bahkan jasad kekasihnya tidak ada lagi di dalam sana. Dia hanya bisa berdiri mematung, memandangi lubang kuburan itu. Sementara, angin yang berhembus kencang menyebarkan hawa dingin pun tidak bisa lagi dirasakan. Dia juga seperti lupa kalau di sampingnya ada seorang laki-laki tua yang justru membawanya ke kuburan ini.
"Keparat...! Siapa yang melakukan perbuatan biadab ini...?!" Desis Kadik geram.
"Si Iblis Penggali Kubur," sahut Ki Jungut datar.
Kadik langsung berpaling menatap laki-laki tua di sebelahnya. Sedangkan yang ditatap hanya mengarahkan pandangnya ke dalam kuburan yang berlubang. Perlahan wajahnya dipalingkan dan langsung bertemu sorot mata Kadik yang begitu tajam menusuk. Seakan-akan sorot mata itu hendak menembus relung hati laki-laki tua berjubah hitam ini.
"Akan kubunuh iblis keparat itu!" Geram Kadik mendesis bagai ular.
"Kau tidak akan mampu menghadapinya sendiri, Kadik. Dia bukan manusia sembarangan," sergah Ki Jungut tetap datar dan tenang nada suaranya.
"Aku tidak peduli. Tunjukkan di mana tempat tinggal iblis keparat itu," dengus Kadik.
"Untuk apa?"
"Akan kubunuh dia!"
Ki Jungut tersenyum seraya menggelengkan kepala beberapa kali. Ditepuk-tepuknya pundak pemuda itu dengan lembut sekali. Kemudian tubuhnya berputar berbalik, dan langsung melangkah perlahan.
Sementara, Kadik hanya memandangi saja beberapa saat. Kemudian kakinya pun diayunkan mengikuti laki-laki tua berjubah hitam itu. Sebentar saja Kadik sudah mensejajarkan ayunan kakinya di sebelah kanan Ki Jungut.
"Kau sudah tahu, siapa yang melakukan perbuatan biadab itu, Ki. Kenapa tidak kau cegah...?" Tanya Kadik, menyesalkan.
"Tidak mudah menghentikan Iblis Penggali Kubur, Kadik. Tingkat kepandaiannya sukar diukur. Bahkan kesaktiannya melebihi iblis-iblis dasar neraka," sahut Ki Jungut tetap datar dan tenang suaranya.
"Kau orang yang berilmu tinggi, Ki."
"Siapa bilang...? Aku bukan tandingannya."
"Tapi, kenapa kau memberitahu ku sebelumnya? Bahkan setelah kejadian ini pun, kau malah mengajakku ke sini. Apa sebenarnya tujuanmu, Ki?" Tanya Kadik jadi curiga.
Tapi Ki Jungut hanya tersenyum saja mendengar pertanyaan pemuda itu. Sedikit pun tidak dijawabnya. Seakan-akan, pertanyaan Kadik tadi memang tidak memerlukan jawaban yang tepat darinya. Dan Kadik juga tidak mendesak agar pertanyaannya terjawab.
"Kalau kau mau mendengar kata-kataku siang tadi, hal seperti ini tidak akan mungkin terjadi," kata Ki Jungut, setelah beberapa saat lamanya terdiam.
Kadik jadi terdiam. Laki-laki tua ini, memang sudah memperingatkannya siang tadi. Tapi Kadik memang tidak mempercayainya. Kadik disarankan oleh Ki Jungut untuk menyerahkan Batu Mustika Biru kepada Iblis Penggali Kubur. Tapi, Kadik dengan tegas mengatakan kalau sama sekali tidak tahu batu itu. Padahal kalau batu itu tidak diserahkan, mayat kekasihnya akan hilang dari kuburnya. Dan sekarang, semuanya sudah terbukti nyata. Mayat kekasihnya hilang dari kuburan nya sendiri. Kadik tidak tahu lagi, apa yang akan dilakukannya. Dia juga tidak kenal siapa orang yang melakukan perbuatan biadab itu, meskipun tadi Ki Junggut sudah menyebutkannya.
"Ki...," pelan sekali suara Kadik.
"Apa...?" gumam Ki Jungut perlahan.
"Bagaimana aku bisa mendapatkan mayat kekasihku lagi, Ki?" Tanya Kadik.
"Kau tidak akan bisa mendapatkannya kembali, Kadik," sahut Ki Jungut.
"Apa maksudmu, Ki?" agak tinggi nada suara Kadik.
"Nanti juga kau akan tahu," sahut Ki Jungut kalem.
Kadik ingin bertanya lagi, tapi Ki Jungut sudah melangkah cepat meninggalkannya. Terpaksa Kadik harus berlari kecil mengejar laki-laki tua ini, tapi tetap saja tidak terkejar. Kadik mempercepat larinya, namun laki-laki tua berjubah hitam itu tetap tidak terkejar. Dan ini membuat Kadik jadi keheranan. Larinya semakin dipercepat, bahkan sampai napasnya mendengus bagai kuda dipacu.
Sementara itu, Ki Jungut tetap berjalan biasa. Namun sulit untuk dikejar. Begitu ringan ayunan langkah kakinya, sehingga telapak kakinya bagai tidak menyentuh tanah sama sekali. Kadik baru tersentak menyadari, dan cepat menghentikan larinya. Keringat mengucur begitu deras, dan nafasnya tersengal memburu cepat. Matanya tidak berkedip memandangi Ki Jungut yang semakin jauh berjalan meninggalkannya.
"Ki...!" panggil Kadik, berteriak.
Tapi, Ki Jungut terus mengayunkan kakinya meninggalkan pemuda itu. Sedikit pun kepalanya tidak berpaling. Ayunan kakinya kelihatan begitu ringan dan perlahan, tapi cepat sekali sudah jauh meninggalkan pemuda ini.
"Ki, tunggu...!" teriak Kadik sekuat-kuatnya. Namun, suara pemuda itu hilang ditelan hembusan angin malam yang dingin. Kadik hanya bisa berdiri mematung memandangi, hingga laki-laki tua berjubah hitam itu menghilang dari pandangan mata.
Pemuda itu baru melangkah setelah menyadari hanya seorang diri di tempat yang begitu sunyi, tanpa seorang pun terlihat. Terlebih lagi, tidak jauh di belakangnya adalah kuburan, dan sekitarnya hanya pepohonan saja.
"Huh...!" Sambil mendengus kesal, Kadik terus berjalan cepat kembali ke Desa Kranggan. Tidak dipedulikan lagi laki-laki tua aneh berjubah hitam yang memperkenalkan dirinya sebagai Ki Jungut.
Namun tetap saja benaknya terus bertanya-tanya, siapa sebenarnya Ki Jungut itu...? Lalu, apa maksudnya dengan mendatanginya?
Begitu banyak pertanyaan mengalir di benaknya, tapi tak satu pun yang bisa terjawab. Kadik terus mengayunkan kakinya dengan kepala berputar, dikelilingi segudang pertanyaan yang tidak terjawab.

76. Pendekar Rajawali Sakti : Iblis Penggali KuburTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang