"Siapa dia?" bisik Pandan Wangi sambil melirik tajam pada Rahayu.
"Namanya Rahayu. Dia punya dendam pada si Iblis Penggali Kubur. Aku semalam bertemu dengannya di kuburan," jelas Rangga singkat.
Pandan Wangi terus melirik tajam pada Rahayu. Sedangkan yang diperhatikan seperti tidak peduli, dan terus saja menyantap makanannya yang terhidang hampir penuh di meja. Sepertinya, gadis itu lapar sekali. Dan memang, baru pagi ini dia bisa menikmati makanan yang enak, setelah berhari-hari berkelana hanya untuk mencari si Iblis Penggali Kubur yang telah menculik mayat adiknya dari dalam kubur.
Kedatangan Rahayu yang bersama Rangga, tentu saja membuat Pandan Wangi jadi cemburu. Dan kecemburuan itu bisa dirasakan Rangga. Namun, Pendekar Rajawali Sakti hanya diam saja. Dia tahu, Pandan Wangi pasti cemburu kalau belum dijelaskan siapa Rahayu sebenarnya. Makanya Rangga langsung menjelaskan panjang lebar. Sementara, Pandan Wangi mendengarkan sambil terus memperhatikan gadis cantik yang mengenakan baju merah menyala itu.
"Kemana Kadik? Sejak tadi aku tidak melihatnya," Tanya Rangga mengalihkan pembicaraan.
"Dia selalu pergi tanpa pamit dulu. Entah, ke mana perginya," sahut Pandan Wangi bernada kesal.
"Seharusnya kau selalu menjaganya, Pandan," kata Rangga.
"Dia bukan anak kecil lagi!" rungut Pandan Wangi.
"Keselamatannya terancam. Sedangkan dia tidak memiliki kepandaian sedikit pun juga. Anak itu bisa nekat demi menyelamatkan ibunya dari cengkeraman si Iblis Penggali Kubur, Pandan," kata Rangga lagi, seperti menyesali sikap Pandan Wangi yang tidak peduli terhadap keselamatan jiwa Kadik.
"Lalu, aku harus bagaimana...?" tanya Pandan Wangi seperti mengeluh.
"Kau cari dia. Iblis Penggali Kubur bukan hanya berbuat di sini saja, tapi sudah beberapa desa didatangi. Dia benar-benar ingin membuat pasukan yang tercipta dari mayat-mayat," kata Rangga yang tanpa disadari mencemaskan Kadik.
Pandan Wangi terdiam, tidak berkata sedikit pun juga. Sambil menghembuskan napas panjang, gadis berjuluk si Kipas Maut itu bangkit berdiri dari kursi kayu yang didudukinya, kemudian melangkah keluar. Sedikit matanya masih sempat melirik Rahayu sebelum menghilang di balik pintu depan rumah Kadik yang cukup besar ini.
Tak berapa lama kemudian, terdengar suara kaki kuda dipacu cepat meninggalkan halaman rumah ini. Sedangkan Rangga masih tetap duduk di kursinya, memandangi kepergian Pandan Wangi, sampai tidak terlihat lagi. Rangga baru beranjak bangkit setelah Pandan Wangi benar-benar tidak terlihat lagi. Lalu, kakinya melangkah menghampiri Rahayu yang tampaknya sudah selesai makan.
Gadis itu hanya mengangkat kepalanya sedikit, menatap Pendekar Rajawali Sakti. Seulas senyuman tipis terukir di bibirnya yang merah. Rangga membalasnya dengan senyuman yang manis pula, kemudian duduk di seberang meja berbentuk lingkaran dan beralaskan baru pualam putih ini.
"Mau ke mana temanmu?" Tanya Rahayu.
"Ada urusan," sahut Rangga seenaknya.
"Sudah makannya?" Rahayu mengangguk.
"Ayo kita pergi," ajak Rangga seraya bangkit berdiri.
"Ke mana?" Tanya Rahayu juga ikut berdiri.
"Kita harus temukan tempat persembunyian si Penggali Kubur itu. Aku tidak ingin ada jatuh korban lagi," sahut Rangga.
"Dia tidak akan bisa berbuat banyak sebelum...," Rahayu tidak meneruskan.
"Sebelum apa, Rahayu?" desak Rangga ingin tahu.
"Mayat-mayat itu tidak akan hidup sempurna sebelum dimandikan air rendaman Batu Mustika Biru yang tersimpan dalam cupu emas berukir sepasang naga kembar," sambung Rahayu.
"Maksudmu, Cupu Batu Mustika Biru...?" Rangga tampak terperanjat.
"Benar," sahut Rahayu. "Kau sudah mendengarnya?"
Rangga terdiam, dan langsung ingat surat ancaman yang ditujukan Kadik. Surat ancaman itu meminta agar Kadik menyerahkan Cupu Batu Mustika Biru, jika ibunya ingin kembali dengan selamat. Kini, Pendekar Rajawali Sakti baru tahu kalau benda itu justru sangat dibutuhkan si Iblis Penggali Kubur untuk menyempurnakan pekerjaannya dalam menghidupkan kembali mayat-mayat yang dicuri dari dalam kubur.
"Lalu, selama ini dia terus mengumpulkan mayat-mayat?" ujar Rangga lagi bernada bertanya.
"Benar. Dan semuanya belum bisa sempurna tanpa Cupu Batu Mustika Biru," sahut Rahayu.
"Kau tahu, di mana benda itu berada?" Tanya Rangga.
"Guruku pernah bercerita kalau benda itu di simpan seorang panglima perang. Tapi, panglima itu sudah tidak ada lagi. Dan sampai sekarang, benda itu tidak ketahuan lagi di mana adanya," jelas Rahayu.
Rangga mengangguk-anggukkan kepala perlahan beberapa kali. Dia tahu, panglima yang dimaksudkan adalah ayahnya Kadik. Tapi, tidak mungkin hal ini diberitahukan pada Rahayu. Yang jelas Cupu Batu Mustika Biru yang diinginkan si Iblis Penggali Kubur tidak ada lagi. Dan ini merupakan satu kesempatan besar baginya untuk menghentikan sepak terjang si Iblis Penggali Kubur, sebelum bisa menyempurnakan kehidupan mayat-mayat yang dicuri dari dalam kubur.
"Kau tahu, siapa panglima itu?" Tanya Rangga memancing.
"Sayang sekali, guruku belum sempat mengatakannya lebih jauh lagi. Beliau tewas di tangan Iblis Penggali Kubur, ketika hendak menyelamatkan mayat adikku dari tangannya," sahut Rahayu perlahan suaranya.
Kembali Rangga mengangguk-anggukkan kepala. Kemudian, Pendekar Rajawali Sakti mengajak gadis itu keluar. Rahayu tidak menolak. Dan sebentar kemudian, mereka sudah meninggalkan rumah ini dengan menunggang kuda. Saat itu, matahari sudah jauh tinggi, tepat di atas kepala. Dua ekor kuda yang ditunggangi Rangga dan Rahayu terus berpacu cepat, menuju sebelah Barat Desa Kranggan.
KAMU SEDANG MEMBACA
76. Pendekar Rajawali Sakti : Iblis Penggali Kubur
AksiSerial ke 76. Cerita ini diambil dari Serial Silat Pendekar Rajawali Sakti karya Teguh S. Dengan tokoh protagonis Rangga Pati Permadi yang dikenal dengan Pendekar Rajawali Sakti.