03

1.6K 219 4
                                    

"Kai? Li--sa?"

Lisa meneguk saliva kasar, matanya benar benar nyaris akan keluar saat maniknya bertatapan langsung dengan manik kucing milik gadis yang beberapa hari lagi akan resmi menjadi kakak iparnya.

Jennie.

"Lisa? Kai?" Ulang nyonya Bruschweiler saat melihat kedua anaknya berada di kamar yang terkunci.

"Kenapa--kalian bisa berada dikamar yang terkunci?" Selidik sang ibu karena kedua anaknya yang tak juga kunjung membuka suara.

"Ah! Ibu! Sebenarnya..." Lisa spontan menghentikan kalimatnya saat jari jari menelusup masuk ke jari jarinya. Menggenggam tangannya lembut.

Dan jantung Lisa semakin berdegup kencang saat menyadari manik Jennie yang refleks menoleh pada genggaman sang calon suami pada Lisa.

"K--kak?" Lirih gadis bermata kucing itu menatap Kai seolah meminta penjelasan.

"Kurasa--aku tak bisa merahasiakannya lagi Lis..." Ujar pria tampan itu yang baru saja memalingkan pandangannya dari Lisa.

Kai menghela nafas panjang dan manik semakin terlihat kelam saat menyadari Lisa yang masih berusaha melepas genggaman tangannya yang malah membuatnya semakin mengeratkan genggamannya.

"Apa? Ada apa ini?" Tanya tak sabaran.

Entahlah, gadis itu benar benar bingung. Jennie benar benar tak mengerti. Ada masalah apa dan apa yang sebenarnya tengah terjadi pada dua kakak beradik di depannya itu.

Ia tahu bahwa mereka adalah keluarga. Namun ia bersumpah Kai selalu memberikan tatapan berbeda pada Lisa.

Bukan seperti tatapan kakak pada umumnya. Melainkan tatapan berbeda.

Tatapan yang bahkan belum pernah pria itu berikan padanya.

Sebuah tatapan memuja.

Lisa menarik nafas kuat untuk kesekian kalinya. Tangannya masih berusaha melepaskan genggaman erat Kai yang kini masih terpaku menatap ibu dan calon istrinya.

Lisa sama sekali tak bisa membaca raut wajahnya dan apa yang akan ia lakukan. Gadis berponi itu semakin bergidik saat mengingat bahwa Kai bisa melakukan apa saja jika ia benar benar menginginkannya.

Pria itu bisa menjadi sangat berbahaya dan benar benar nekat saat ia menginginkan sesuatu.

Kai yang tadi mengenggam tangan Lisa kini malah mengapit tangan gadis itu yang semakin mengikis ruang diantara mereka.

"Kak apa ya...."

"Lisa sedang membantuku"

Lisa yang tengah berusaha menulikan pendengarannya mendadak menoleh pada Kai yang sudah nengalihkan pandangan padanya.

"Lisa sedang membantu mengobatiku" Ulang Kai lagi setelah ia meminta Lisa menuntunnya duduk di sofa yang berada di belakangnya.

Lisa yang mengeryitkan dahinya itu akhirnya mengikuti arah pandangan Kai yang refleks membuatnya membulatkan mata saat melihat sebuah perban putih yang membalut pergelangan kakinya.

Pria itu memiliki sebuah balutan perban putih di kaki kanannya.

Namun kenapa Lisa tak menyadari hal itu tadi?

"Kak Kai kau terluka?!" Seru Jennie yang juga baru menyadari sebuah balutan putih di kaki kanan prianya.

"Bagaimana keadaanmu sekarang?!" Cemas gadis itu yang tengah mendudukkan dirinya di samping Kai.

"Aku baik baik saja" Lirih Kai pelan "Lisa yang membantu mengobati lukaku.."

"Ah, sayang sekali. Padahal seharusnya aku bisa merahasiakan dari kalian" Sambung Kai menatap ibu dan calon istrinya bergantian.

"Hey, kau mau membawaku kemana?" Tanya Kai bingung saat Jennie menariknya berdiri.

"Ke rumah sakit. Ayo kita kerumah sakit. Kau harus mengobatinya disana bukan dirumah seprti ini" Ucap gadis bermata kucing itu yang kini tengah berusaha menarik lengan baju Kai agar berdiri.

"Aku---baik baik saja"

"Apa kau benar baik baik saja sayang?" Tanya ibu yang sedari tadi masih mengamati mereka.

Kai menatapnya sembari tersenyum manis "Aku baik baik saja"

"Lisa telah mengobatiku..." Kai menoleh pada Lisa yang masih terpaku di dekatnya "Namun rasanya masih sakit...."

"Lukanya---benar benar sakit"

"Ah, kalau begitu akan menuntunmu kembali ke kamar. Ayo" Ucap Jennie menyadarkan Kai yang membuat pria itu mengangguk kecil meninggalkan Lisa yang masih mematung sendirian.

***

Lisa yang tadi tengah memotong buah yang akan ia suguhkan pada ibu mendadak membulatkan matanya saat merasa sepasang tangan memeluknya dari belakang.

Lisa menghela nafas panjang sebelum akhirnya kembali melanjutkan aktivitasnya yang sempat terhenti.

"Berhentilah. Aku sedang tak ingin bercanda" Ucap Lisa sangat pelan namun mampu di dengar dengan sangat baik oleh seseorang di belakangnya.

Itu terbukti saat tangan itu kini mengendurkan pelukannya pada Lisa.

Lisa hanya menghela nafas panjang. Ia berusaha menghindari kontak mata dari Kai. Gadis berponi itu tak boleh mengikuti hatinya lagi.

Bagaimana kalau ia kehilangan kendali dan malah memeluk pria itu sangat erat.

Bukannya Lisa terlalu percaya diri. Namun ia yakin orang yang memeluknya itu adalah Kai.

"Apa--kau tahu itu aku Lis?"

Deg!

Lisa refleks membulatkan matanya. Alih alih mendengar suara berat, ia malah mendengar suara halus mengalun masuk ke pendengarannya.

Itu bukan Kai.

Tetapi Jennie. Itu adalah Jennie!

Lisa membalikkan tubuhnya dan benar saja, gadis bermata kucing itu sudah berada tepat di belakangnya menatapnya penuh selidik.

"Kau benar benar tahu yang memelukmu adalah aku? Padahal aku sudah berjalan sepelan mungkin"

"Ah Je--Jennie? Kenapa kau kemari?" Tanya Lisa yang berusaha mengontrol kembali dirinya yang sempat terkejut.

Sejujurnya ia tak menyangka yang memeluknya adalah Jennie. Gadis itu benar benar bersyukur karena ia tak membawa nama Kai saat ia mengira Jennie adalah Kai.

Lisa benar benar akan menghukum dirinya sendiri kalau saja, ia tanpa sengaja menyebut nama Kai.

"Tidak. Tidak ada apa apa. Aku---hanya ingin melihatmu" Jawab gadis cantik itu sebelum akhirnya menatap lekat pada buah yang sedang Lisa potong.

Lisa tak tahu mengapa, namun ia yakin gadis itu datang ke dapur bukan hanya untuk melihatnya memotong buah seperti ini. Pasti ada sesuatu yang gadis itu inginkan darinya.

"Lis---apa kau menyembunyikan sesuatu?"

Lisa membelalakkan matanya menatap Jennie yang kini tengah menunggu jawabannya.

"Aku tidak menuduhmu. Aku--hanya bertanya" Jennie menghwntikan kalimatnya dan kembali menatap ponsel yang tengah ia genggam.

Tepatnya menatap wallpaper di ponsel tersebut.

Wallpaper yang memuat foto sepasang pria dan wanita yang terlihat sangat intens.

"Meskipun aku baru mengenalmu saat tahun terakhir di Universitas,. tetapi aku benar benar menyayangimu seperti keluargaku sendiri" Sambung Jennie pelan.

"Lis---apa kau pernah menyukai kakakmu?"

______________________________________
Tbc

ComplicatedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang