01

3.3K 285 13
                                    

09 Februari 2020

"Lis, apa kau sudah melakukan fitting baju? Apa ukurannya pas dengan tubuhmu?" Ucap seorang gadis cantik yang sama sekali tak mengurangi senyum lebarnya meskipun ia kini masih berusaha mengatur nafasnya yang masih terengah engah karena berlari kemari.

"Tentu saja muat. Aku sudah melakukan diet hanya untuk memakai gaun ini" Jawab Lisa yang kini mulai mengembangkan senyumnya membuat gadis bermata kucing itu juga semakin melebarkan senyumnya saat Lisa mengepaskan gaun merah muda itu pada tubuhnya.

"Kau benar benar sangat cantik memakai gaun itu Lis!" Seru Jennie berbinar saat gadis berponi itu keluar dari kamar pas lalu memutar tubuhnya di depan sang sahabat.

"Tentu saja! Aku memang cantik!" Seru gadis itu yang kini membuat Jennie ikut tertawa bersamanya.

"Tapi, apa kau tak ingin mencobanya Jen? Jika ternyata tak muat, mereka tak bisa memperbaikinya lagi. Dan mana mungkin kau bisa berdiet hanya dengan waktu tiga hari kan? Hmm?"

"Tenang saja, aku sudah pastikan gaun itu akan muat denganku. Aku hanya mencemaskanmu. Kau harus terlihat cantik pada hari itu!" Seru Jennie yang kini mendelik karena Lisa mencubitnya pelan.

"Jadi---kau ingin kemana sekarang? Ingin aku antar?"

Lisa yang baru selesai berganti pakaian itu melirik jam arloji di pergelangan tangannya "Aku harus ke Universitas lagi sekarang. Aku akan mengajar jam 4 nanti"

Jennie mengangguk mengerti sebelum akhirnya membuka lebar matanya "Ah, harusnya kau sudah cuti! Kenapa kau belum mengambil cutimu? Hmm?"

"Ah! Dan lagi, karena aku sedang ingat,  Jangan lupa besok pagi aku akan menjemputmu, jadi kau harus bangun pagi! Mengerti?"

"Ya, aku mengerti nona Kim" Jawab Lisa berpura pura kesal yang membuat Jennie terkekeh pelan.

Lisa melambaikan tangannya hingga gadis bermata kucing itu pergi dengan mobilnya membelah lautan manusia yang saling mendahului untuk sampai ke tempat tujuan mereka.

Gadis berponi itu hanya duduk di ruangannya sebelum akhirnya menghembuskan nafas berat dan memutuskan mengeluarkan sebuah undangan bewarna putih yang dibalut dengan pita bewarna keemasan.

Undangan yang kemarin sempat ia buang ke tempat sampah.

Lisa sedikit meringis memegang dadanya kala matanya mendapatkan nama sang sahabat, Jennie tersemat tak jauh dengan nama pria yang beberapa tahun belakangan ini menjadi penyemangat hidupnya.

Pria yang beberapa tahun ini menjadi pusat dari dunianya.

Pria yang sempat menyatakan cinta padanya.

Dan pria, yang tiga hari lagi akan sah menjadi suami sahabatnya.

Pria itu--- Kailendra Bruschweiler.

Kai nya.

Lisa menatap undangan itu sendu, entah sejak kapan matanya mulai memanas yang membuat maniknya mengeluarkan cairan bening dari pelupuk matanya.

Ia menangis.

Bahkan sempat terisak beberapa menit sebelum akhirnya menyadarinya dan mulai mengigit bibir bawahnya untuk menguatkan dirinya sendiri.

Meskipun, bibirnya kini sudah memerah dan nyaris berdarah, karena ia mengigitnya dengan sangat kuat.

Berharap sekuat itulah dia untuk mengikhlaskan pria itu bersama sahabatnya sendiri.

"Hei, Lis! Jangan menyakiti dirimu sendiri!" Bentak seorang pria yang kini langsung memeluk Lisa dari belakang.

Lisa yang tadi terisak, sekarang semakin meronta saat menyadari siapa yang kini memeluknya.

Bukannya mengindahkan penolakan Lisa, pria itu malah semakin mengeratkan pelukannya yang membuat Lisa benar benar frustasi untuk melepaskannya.

Bagaimana bisa pria itu masih mampu muncul di depannya dan kini memeluknya padahal tiga hari lagi ia resmi menjadi suami orang lain.

Menjadi suami sahabat Lisa sendiri.

"Maafkan aku, maafkan aku yang selalu menyakitimu Lis. Aku minta maaf---sayang" Lirih Kai yang semakin pelan dan nyaris tak bersuara saat merasa getaran halus dari tubuh gadis di pelukannya.

"Kau---jahat. Kau benar benar jahat---kak. Kau datang kehidupanku hanya untuk melukaiku. Meninggalkanku-- seperti daddy dan mommy ku..." Lisa di sela sela isakannya.

Kai kali ini harus membuka mulut Lisa dengan tangannya sebelum gadis itu mengigit lidahnya sendiri untuk menahan tangisannya.

"Lisa berhentilah! Berhenti menyakiti dirimu sendiri! Bagaimana aku bisa meninggalkanmu jika kau selalu menyakiti dirimu sendiri!" Bentak Kai lagi yang dengan suaranya yang mulai bergetar.

"Kalau begitu jangan meninggalkanku! Jangan pergi! Jangan menikah dengan Jennie! Aku--mohon--hiks..." Isak Lisa yang kini sudah terduduk di lantai karena tak mampu menopang kakinya sendiri.

Gadis itu benar benar hancur, bahkan----seluruh dunia nya yang sudah tak berbentuk kini kembali hancur.

Keluarga Bruschweiler itu datang dan berbagi sinarnya pada hidup Lisa yang kelam setelah kedua orangtuanya meninggal.

Higga pria itu datang memberikan secercah harapan yang terus membuat Lisa kuat hingga saat ini.

Memberikan kesempatan pada gadis rapuh itu untuk menata kembali hidupnya setelah tragedi mengerikan 17 tahun yang lalu.

Tetapi lihatlah kini, pria itu kini mengambil kembali harapan yang sempat Lisa genggam.

Membiarkan gadis itu kembali hancur dalam kegelapan.

"Maafkan aku Lis. Maafkan aku" Lirih Kai yang kini kembali memberikan pelukan erat pada Lisa dan membuat gadis itu kembali meneteskan air matanya.

Karena menyadari, pelukan hangat yang ia rasakan sekarang bisa jadi---adalah pelukan terakhir yang pria itu berikan padanya.

"Maafkan aku. Maafkan aku---yang tak bisa menepati janjiku padamu. Aku---benar benar menyayangimu Lis----Sangat" Lirih Kai memeluk Lisa posesif.

Mendekap tubuh gadis itu dengan sangat erat dan berharap bisa menyerap semua kesedihan yang gadis itu rasakan.

****


Lisa kembali menjatuhkan dirinya di atas ranjang dan menatap hampa pada sebuah album usang yang kini berada di pangkuannya.

Gadis itu nyaris gagal menahan air matanya saat melihat sebuah foto yang memuat dirinya dengan seorang pria yang menggendongnya dan seorang wanita yang memeluk dirinya.

"Daddy---apa kau tak merindukanku? Dan Mom---mommy apa kau tak ingin memelukku lagi? Huh? Apa aku---sangat nakal, sehingga mommy dan daddy menghukumku dan meninggalkanku sendiri?"

"Mom, kau---tahu? Kak Kailendra yang sering aku bicarakan itu---akan menikahi Jennie..." Lisa kembali mengigit bibirnya menahan isakannya.

"...sahabatku mom"

"Pria yang mencuri ciuman pertamaku---mom. Pria yang..."

"Sialaaaann!!"

Lisa kembali berteriak dan mengacak rambutnya sendiri.

Ia merutuki dirinya sendiri, memaki dirinya bahkan menampar dirinya sendiri karena tak bisa menerima kenyataan.

Kenyataan bahwa Kai--nya tetaplah menjadi kakaknya. Takkan pernah menjadi lebih dari itu.

Tak akan pernah.

Lisa mengenal pria itu sudah sangat lama, sejak ia masih berumur 10 tahun. Tepat saat sebuah kebakaran besar yang menghabisi nyawa kedua orang tuanya.

Dan tepat pada saat itulah, Kai datang dengan keluarganya membawa Lisa masuk kedalam keluarga kecil mereka. Memberikan gadis malang itu harapan dan kesempatan untuk menata hidupnya kembali.

Untuk kembali melanjutkan dan melupakan semua kenangan buruknya.

Yang sejak saat itu resmi berganti nama.

Menjadi, Lalisa Bruschweiler.
______________________________________

Tbc

ComplicatedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang