🍁 Tiga Belas 🍁

326 53 15
                                    

Ekspektasi Gemi terhadap Gideon rasanya terlalu besar dan berlebihan. Baru dua hari menjadi suami lelaki itu Gemi sudah merasa kalau lelaki itu adalah pria yang baik.

Mendengar hanya Gideon yang dimiliki Nabila membuat Gemi merasa lelaki itu pasti sangat mencintai ibunya.

Hahahaha,salah memang. Segala yang berlebihan memang tidak baik. Kalian dengar apa ucapan lelaki yang baru sadar setelah tiga tahun ini? "Selamat datang di neraka gue Gemilang."

Tentu mendengar itu ada rasa takut yang hinggap dihati gadis ini. Tetapi terlihat takut pasti akan membuat lelaki ini makin senang, tidak boleh. Enak saja bergurau dengan Gemi dengan kata neraka. Ke Suriah saja Gemi belum pernah.

Gemi membusung dadanya,baiklah. Mari kita mulai permainan ini Pak Gideon.

"Sepertinya gue akan sangat menikmati neraka yang lo maksud." Gemi yang tadinya berdiri cukup jauh kini mulai berjalan mendekat.

Mata gadis itu tidak lepas pada bola mata Gideon yang juga menatapnya. Aneh rasanya saat bola mata jernih itu dimiliki orang yang berhati busuk seperti lelaki ini.

"Kaki lo doang kan yang lumpuh? Otak lo enggak?" Gemi menyeringai,tidak perduli perkataannya bisa saja membuat Gideon semakin murka.

"Lo bukan Tuhan,yang gue tau ini dunia. Sesengsara apapun yang akan lo lakuin ke gue,itu bukan neraka."

Gideon menutup sebentar matanya sembari tersenyum tipis. Oh shit!!! Kenapa pula Gemi harus melihat senyum indah itu.

"Lo nggak akan cerain gue sebelum tiga tahun bukan? Oke, seenggaknya gue juga butuh hiburan, gue juga nggak akan malu kalo gue nikah dua hari langsung janda. Tiga tahun bisalah, nggak akan malu-maluin banget." Kekehan Gemi terasa nyata, walaupun sebenarnya itu palsu.

"Karna lo udah koma selama tiga tahun, mungkin sekarang lo mesti mandi deh." Gemi tersenyum lebar seraya berjalan mendekat kearah lemari ber cat putih gading. Gadis itu membuka salah satu pintu lemari yang langsung menampakkan beberapa helai kemeja yang di hanger. Serta kaos dan celana yang terlipat rapi.

"Gue mandiin mau? Gue masakin airnya dulu?" Gemi bertanya sembari meneliti dimana tempat pakaian dalam Gideon. "Nggak usah malu,toh lo suami gue. Btw..." Gemi memutar kepalanya untuk melihat Gideon yang masih saja diam.

"Semalam Mama nyuruh gue buat nge-lap badan lo sama ganti pakaian lo. Sumpah!!! Gue excited banget." Kekeh Gemi yang sekarang sudah kembali fokus pada pakaian yang ada didepannya.

Tangan gadis itu bergerak membuka satu pintu lagi dan mengangguk senang saat apa yang ia cari akhirnya ketemu. "Gue kayaknya suka deh,kalo lo udah sembuh kapan kita jadiin? Parah gue sampe tercengang, untung nggak ketauan sama Mama." Kekeh Gemi yang sebenarnya perkataan nya diada-ada. Iya Gemi semalam membatu Nabila untuk membersihkan badan Gideon, tapi mengganti pakaian lelaki itu bukan dirinya.

Tidak ada respon dari Gideon dan jujur keterdiaman lelaki itu sebenarnya ketakutan bagi Gemi. Dia benar-benar sedang bermain-main dengan lelaki itu. Iya,untuk sekarang Gemi puas untuk melawan tapi nanti,,saat Gideon sudah benar-benar sembuh mampukah Gemi melawan?

"Selain celana dalam warna hitam, coklat,abu sama biru. Cowok nggak suka warna lain gitu? Masa yah adek gue kembar cowok malah punya celana dalam warna kuning,merah,hijau bahkan pink juga ada." Gemi tertawa geli mengingat hal itu. Gema dan Gama apa kabar adik kembarnya itu, Gemi sudah rindu.

Gemi mengambil celana dalam warna abu-abu, kaos kutang,sweater putih,dan juga celana pendek warna coklat susu untuk pakaian Gideon nanti. Bodo amat cowok itu akan marah.

Selama Gemi sibuk dengan pakaiannya, Gideon terdiam dengan mata tak lepas dari gadis itu. Lelaki itu tidak lupa akan rengekan gadis itu yang menolak untuk menikah dengannya,juga bagaimana gadis itu memohon untuk dirinya sadar dan segera menceraikan.

Tidak, semua tidak semudah itu. Tiga tahun waktu yang sangat lama, Gideon punya banyak sekali rencana yang hendak dia lakukan namun semua gagal karna kecelakaan yang bisa saja merenggut nyawanya. Gemi tidak salah, tapi ingin rasanya Gideon bermain-main dengannya.

"Em satu lagi." Gemi langsung berdiri dengan cepat seperti mengingat sesuatu.

"Di depan gue lo bebas buat marah atau ngelakuin sesuatu yang lo mau. Tapi didepan Mama Nabila jangan,gue bukan nyuruh tapi ini hanya sekedar permohonan. Mama udah sayang sama gue,dia berharap gue bisa jadi anak baik dan bisa jadi teman bicaranya kalo lo nggak sadar. Karna lo udah sadar, kebahagiaan Mama juga udah bertambah. Bisa kali yah kita belajar akting didepan Mama selama tiga tahun ini."

"Tapi ini juga berlaku didepan Mami Papi gue. Gue anak perempuan satu-satunya mereka,gue yakin mereka nggak mau liat gue tersiksa sama lo. Jadiii itu ada untuk sekarang."

***

Setelah satu jam Nabila akhirnya datang dengan kursi roda. Wanita itu tersenyum kala melihat putranya benar-benar sadar. Ini hari yang sangat indah.

"Gemi sayang tolong bantu Mama dorong kursi roda nya." Gemi yang tidak sadar akan kedatangan Nabila dibuat gelagapan. Untung saja Gemi tidak sedang adu mulut dengan anaknya.

"Oke Ma." Balas Gemi dan mulai melangkahkan kaki untuk mendorong kursi roda milik Gideon.

Wanita paruh baya itu meletakkan obat yang dia beli diatas nakas lalu duduk dipinggir tempat tidur.

Wanita itu memandang haru Gideon yang sekarang tertidur. Nabila meraih tangan kanan anaknya untuk dia kecup, tepat setelah itu mata Gideon terbuka dan langsung menatap Mamanya dan juga Gemi yang berdiri dibelakang Nabila sambil tersenyum lebar. Lelaki itu yakin kalau itu senyum palsu.

"Badan kamu ada yang sakit?" Nabila bertanya dengan suara lembut.

"Nggak Ma." Balas Gideon dengan suara serak, Nabila mengangguk senang. Suara itu kembali ia dengar setelah tiga tahun lamanya.

"Mau makan? Kamu pengen makan apa?"

"Seblak Ma, yang pedes." Nabila mengerutkan keningnya, pertanyaan itu ditujukan kepada Gideon kenapa Gemi yang menjawab.

Gemi terkekeh pelan saat Nabila menatapnya. "Gideon belom bisa makan begituan dulu." Ujar Nabila yang membuat Gemi manyun seketika. Gemi sangat ingin makan seblak!!!!!!!

"Kalo Mas Deon belum bisa makan seblak, Gemi bikinin bubur ayam aja gimana? Gemi pinter tau Ma bikin bubur ayam." Gemi memberikan saran yang Gemi harap disetujui Nabila.

Bukan, Gemi bukan ingin menunjukkan dia menantu yang baik. Tapi dia hanya ingin membuat banyak garam disana.

"Boleh,kamu bikin buburnya. Mama harus pergi ke kantor. Cuman satu setengah jam doang,jaga Gideon yah." Pamit Nabila yang di angguki Gemi dengan antusias.

Sepeninggal Nabila, Gemi langsung berlari ke dapur untuk membuat bubur ayam super asin untung Gideon.

Beberapa menit berkutat didapur Gemi hampir menyelesaikan masakannya,saat hendak menuangkan garam. Tangan Gemi terdiam diatas wadah, apa Gemi tega?

Seperti iya.

***

A bad Married CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang