Chapter(6)

3.2K 119 15
                                        

Mereka mulai mengelilingi lapangan sambil melirik wahana lainnya.

"beb kita naik yang itu aja."tunjuk daffa ke wahana kincir angin itu.

"maaf daf gak bisa aku takut."jawab sila.

"nggak usah takut gue ada disini."jawabnya kemudian menarik tangan sila, sedangkan orang yang ditariknya hanya terkejut.

Mereka berdua mulai menaiki wahana, tetapi ada hal lain yang berbeda dari sila. Ia tampak gemetar, dan ketakutan. Perlahan-lahan gadis itu mengeluarkan cairan bening dari pelupuk matanya saat itu juga daffa melirik kearah sila.

"sila loh nggak papah kan."tanya daffa mulai khawatir, tetapi tak ada satu pun kata yang keluar dari bibir sila ia terus gemetar sambil terisak.

"sila jangan kek gini dong gue khawatir jadinya."ucap daffa menenangkannya.

"coba cerita ke gue kamu itu kenapa."tanya daffa lembut.

"turunin aku."bentak sila. Ia tak bisa mengontrol emosinya saat ini.

"iya-iya ini udah mau nyampe kok dibawah.

Sesampainya dibawah daffa menuntun sila keluar dari wahana tersebut. Sila berjalan duluan mendahului daffa, tetapi daffa mulai mempercepat langkahnya mengejar sila.

"sila kamu marah yah sama aku.

"nggak.

"maafin aku yah, aku tau kamu marah sama aku.

"nggak daffa."ucap sila lagi.

"terus kenapa tiba-tiba tadi kamu nanggis.

"gak papah."ucapnya, dan itu membuat daffa tak puas dengan jawaban sila. Ia terus bertanya tetapi sila menjawab pertanyaan yang sama.

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 15 menit. Akhirnya mereka sampai ke pesantren ia mulai berjalan memasuki gerbang. Tetapi banyak pasang mata yang menatapnya seolah-olah tak bisa diartikan , sila hanya menunduk lain halnya dengan daffa terlihat santai bahkan tidak terjadi apa-apa dengannya .daffa berjalan kearah pak kyai.

"assalamualaikum oppah."ucap daffa sambil menyalimi tangan pak kyai.

"waalaikum salam."jawab pak kyai menatap lurus kedepan.

"kalian berdua dari mana saja."akhirnya pertanyaan yang ditunggu-tunggu oleh santri keluar juga.

"oh___hm anu oppah t___tadi kami ke lapangan sekalian hibur diri dari pada dipesantren bikin bosan."ucapnya tanpa memikirkan resikonya.

"kalian berdua harus dihukum."ucap pak kyai.

"ta__tapi oppah gak bisa gitu dong, ayolah oppah aku ini cucu oppah.

"walaupun kau cucuku peraturan tetap peraturan yang ada di pesantren ini oppah nggak membedakan kalian semua."ucapnya meninggalkan tempat itu.

Saat ini semua santri berkumpul di lapangan melihat apa yang terjadi, yang terjadi saat ini adalah menjalankan hukuman yang ada di pesantren ini. Saat ini sila dan daffa menaiki grobak sambil memakai gantungan kardus yang bertuliskan "kami tidak akan mengulangi kesalahan lagi." dan tak lupa ia di sirami air para santri mengucapkan astagfirullah sambil menyiram air kearah mereka.

Sila tetap menundukkan kepalanya tak berani menatap kedepan saat ini yang ia rasakan adalah menahan malu.

Setelah 30 menit menjalani hukumannya kini santri berhamburan meninggalkan tempat itu. Kali ini sila tetap berdiam di tempatnya.

"sil ganti baju kamu dulu yah."ucap bina sambil menuntun sila ke asrama bersama teman-temannya yang lain.
Daffa hanya menatap dari kejauhan punggung sila, ia merasa bersalah telah mengajak sila kabur dari pesantren. Sampai-sampai gadis itu mengigil kedinginan akibat siraman tadi.

Sila telah membersihkan dirinya saat ini ia hanya duduk terdiam menatap kosong kedepan.

"sil jangan bengon dong gak baik loh."ucap wardah.

"iya sil benar tuhh."sahut iyan.

Sila hanya tersenyum kecut ,dan berdiri dari tempatnya menuju kedapur untuk membantu yang lain menyiapkan makan malam. Sesampainya didapur ia menatap sekelilingnya menatapnya seperti tatapan tadi saat ia baru saja sampai ke pesantren.

"ternyata ada juga yah perempuan murahan."ucap lena gadis yang yang tak menyukai sila dari awal ia melihatnya, ia iri kepada sila karena sila selalu mendapat pujian dari orang sekitarnya jangan lupakan ia juga cantik.

Sila yang dikatai oleh lena hanya diam tak menanggapi jika ia menanggapi sama halnya membuang waktu, dan menguras tenaga.

"lena jaga ucapan kamu yah perempuan kok ngalahin pedasnya cabai yang dipasar apa kamu cabai-cabaian yang ada di pasar itu yahh?."ucap iyan membuat lena geram.

"Arrgghh."tiba-tiba saja lena ingin menarik jilbab iyan, tetapi ditepis oleh bina.

"jangan pernah nyentuh teman gue dengan tangan kotormu itu."sahut bina menahan emosinya agar tak tersulut.
Sedangkan lena hanya mendecih melengan pergi meninggalkan dapur.

"nggak usah dimasukin ke hati sil anggap aja dia itu fens kamu yang mengejar buat dapat tanda tangan kamu."ucap iyan memberi semangat ke sila.

"kok fens sih iyan."sahut wardah.

"emang ia toh dia kan selalu ngurusin hidup orang, dan mencari segala kesalahan orang lain.

"hm terserah deh.....











"assalamualaikum"

Hm udah lama yak nggak update lagi. Sorry yah hehehe bdw author gak mau panjang lebar ngasih taunya cukup kalian vote+comments yah gaess😉👌

Hijabers&Rock N RollTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang