03. Menghapus Kenangan

109 31 4
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Kau adalah lelehan karamel, manis namun sudah mencair dan tak mungkin dapat ku genggam lagi.
-Lee Jieun-
***

Pagi ini, meilih untuk beraktivitas lebih pagi, Lee Jieun sudah berkutat dengan seperangkat alat-alat pembuat ice cream dan kue. Yah, hitung-hitung membuang kebosanan, Jieun memilih membantu bibinya membuka kedai.

Kedai kue dan ice cream kecil milik bibinya ini memang selalu ramai setiap hari. Karena selain kue dan ice cream, mereka menyediakan aneka olahan coklat, seperti coklat panas misalnya. Memangnya apa yang lebih baik dari cokelat panas kala hujan salju melebat?

Jieun memasukkan adonan ice cream terakhir ke dalam kulkas dan dengan itu ia telah selesai.

"Ji, apakah sudah selesai? Bisakah tolong membuka kedainya? Sekarang sudah pukul tujuh." Bibi Lili berteriak dari ruang tengah. Mungkin sedang merapikan kursi dan meja.

"Iya, Bi." Jieun bergegas meninggalkan dapur, kemudian membantu bibinya membuka kedai.

Jieun beralih ke plang di pintu kaca. Membaliknya, dan kemudian tulisan 'open' tertera di sana.

Satu dua pelanggan mulai berdatangan dan Jieun mulai sibuk melayani mereka, melupakan hari-hari buruknya yang pernah berlalu.

"Hai, Adik Manis. Kau mau pesan apa, hm?" Jieun menghampiri seorang anak yang kira-kira berusia tiga tahun yang tengah berdiri di samping ibunya. Sedikit menyejajarkan tubuhnya, Jieun bersimpuh di lantai.

"Ice cream. Ice cream. Kookie mau ice cream, Kakak." Si anak begitu semangat menjawab pertanyaan Jieun hingga pipi gembulnya tertarik-tarik ke atas.

"Kookie, ingat perjanjian kita tadi? Tidak boleh beli ice cream, karena di luar dingin. Nanti Kookie sakit, dan Mama akan sedih. Kookie mau melihat Mama sedih?" sang ibu menyahut lembut kala sang anak berbicara semangat meminta ice cream, menatapnya penuh pengertian.

Si anak yang ditatap menundukkan kepalanya, terlihat patah semangat, "Kookie tidak mau Mama menangis."

"Nah, kalau begitu beli yang lain saja, ya?" sang ibu tersenyum kemudian memegang bahu si anak. Tak tega juga mematahkan semangatnya, tapi ini semua memang demi kebaikan Kookie.

"Tapi Kookie mau ice cream," gumam bibir kecilnya pelan masih dengan wajah menunduk.

Jieun gemas. Ingin mencubiti pipi si anak. Anak ini begitu lucu bahkan ketika rautnya tengah kecewa, "Kookie, Kookie tahu kan kalau ice cream itu dingin? Dan sekarang udara juga dingin. Kalau dingin ketemu dingin, nanti Kookie bisa sakit dan tidak bisa bermain lagi. Semua makanan yang Kookie makan akan terasa hambar, bahkan ice cream sekali pun. Kookie tidak akan bisa makan ice cream lagi selamanya karena sudah tidak berasa lagi. Kookie mau begitu?"

Melt || JK•IU ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang