Mengapa melangkah jika tak ingin pergi.
-Jeon Jungkook-
***Terhitung sudah sepekan salju turun. Dan sepekan itu pula Lee Jieun seolah-olah terkubur bayang-bayang masa lalu. Jieun tak punya banyak alasan untuk mengenangnya, karena sekuat apapun ia menolak, bayangan itu akan hadir dengan sendirinya. Seolah-olah adalah kutukan karena dosa-dosa yang pernah ia lakukan pada seseorang yang sekarang pun masih membayang walau telah seminggu pertemuan mereka berlalu.
Dulu ... kala salju telah turun, mereka akan turun ke pekarangan. Menggunakan mantel tebal dengan kupluk warna-warni. Mereka akan membuat bola salju besar, bermain kejar-kejaran seperti sepasang merpati yang sedang di mabuk asmara. Mereka akan tertawa bersama dan kemudian menghabiskan hari dengan telentang di bawah salju menggerakkan kaki dan tangan seperti anak-anak yang kegirangan. Mereka akan berlomba menghitung seberapa banyak salju yang turun walau pada kenyataannya tak pernah mampu mereka hitung.
Dan kala malam tiba mereka akan pergi ke toko Bibi Choi hanya untuk membeli dua cangkir coklat hangat. Tak ada yang lebih baik daripada menikmati bintang di antara hamparan putih salju dan beberapa rintiknya dengan segelas cokelat hangat dan sebuah api unggun. Apalagi Jungkook sangat pandai mendongeng, dan kala Jungkook mulai menceritakan kisahnya, Jieun akan merebahkan kepalanya di pundak sang pria dan ikut terhanyut bahkan sesekali tertawa karena ceritanya yang menggelitik.
Memilih menghela napas, Jieun memalingkan wajahnya. Karena pada kenyataannya itu semua hanya masa lalu, yang persentase terulang kembalinya sangat minim bahkan nyaris tidak ada.
Jieun memilih menyeduh kopi hangatnya. Menghalau dingin dengan uap-uap panas kafein yang melewati kerongkongannya.
Ternyata sebanyak apapun ia menengguk kopi itu, hangat tak pernah menyusup ke hatinya. Tak sama seperti saat ia kembali bertemu dengan Jeon Jungkook beberapa hari lalu. Menyadari bahwa tetap diam di sini tak akan mengubah apa pun, Jieun berdiri dan mulai melangkah ke luar dari toko kecil ini, toko Bibi Choi yang sengaja ia kunjungi karena masih penuh akan kenangan. Ia berdiri di depan pekarangan, kembali merentangkan kedua tangannya seperti yang lalu-lalu pernah ia lakukan. Mungkin jika ia melakukan ini lagi, Jungkook akan datang.
Satu menit. Dua menit. Tiga menit. Beberapa menit terlewati, dan Jieun akhirnya mengaku bahwa berdiri diam di bawah rintik salju tanpa pergerakan memang mempercepat dingin menggerogoti tubuh. Jadi, memilih untuk bergerak, Jieun mulai mengumpul salju-salju di tanah. Membentuknya bulat, dan kemudian menumpuknya menjadi tiga. Membuat boneka salju seperti yang dulu sering ia lakukan bersama Jungkook. Jieun selesai dengan bola-bolanya, ia hanya butuh dua ranting guna menjadi tangan si boneka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melt || JK•IU ||
Fanfiction[Re-Write] Bagi Lee Jieun, kisahnya bersama Jeon Jungkook sudah lama berakhir. Seperti lelehan salju yang sudah mencair. Namun, tidak dengan memori dan perasaannya, yang masih keras dan dingin seperti bongkahan es. Setiap salju turun, semua perasaan...