New!!!

12 1 0
                                    

Happy Reading Guys💜

Aku dan Oppa sedang dalam perjalanan menuju Seoul. Kami baru berangkat pukul 06.20 tadi pagi. Apa aku benar-benar akan meninggalkan Busan? Oh tidak. Aku akan sering berkunjung ke sini. Lagian orangtuaku masih di sini.

Pemandangan jalan yang lumayan ramai dan hembusan angin yang masuk melewati jendela mobil Oppa. Aku menghirup udara segar tersebut dan menghembuskannya secara perlahan.

"Udara Busan. Aku akan merindukannya" - Batin So Young.

Jimin : "Seberat itukan ketika akan meninggalkan Busan Eoh?"

Oppa membuyarkan lamunanku yang sedari tadi menatap keluar jendela mobil.

So Young : "Anieyo... Hanya saja aku belum siap untuk lingkungan baru"

Oppa terkekeh mendengar perkataanku. Aku rasakan tangannya menyentuh kepalaku dan memberantakan rambutku.

So Young : "Oppa... Aku menghabiskan 10 menit untuk menyisir rambutku, dan kau seenaknya saja memberantakannya"

Aku memperbaiki rambutku yang berantakan karena ulah Oppa yang risih.

Jimin : "Ya! Kau terlihat lebih cantik dan bahkan berkali-kali lipat lebih cantik jika rambutmu seperti itu"

Aku memanyunkan bibirku dan terus merapikan rambutku yang masih berantakan ini.

⭐⭐⭐

Setelah beberapa jam menempuh perjalanan yang sangat jauh. Kami sampai di kawasan elite. Di kawasan itu hanya ada apartemen-apartemen dan rumah-rumah yang sangat besar. Mungkin saja disini hanya ditempati oleh orang-orang elite. Tentu saja. Ini sudah sangat jelas.

Ini benar-benar di luar pikiranku. Mataku tidak berkedip sekalipun melihat rumah-rumah dan apartemen yang besar-besar. Kawasannya bersih tidak ada sampah, daun ataupun batu yang berserakan. Semuanya tampak sangat teratur dan rapi.

So Young : "Oppa? Dimana apartemennya?"

Kataku dengan mata yang tidak lepas memandang keluar jendela mobil.

Jimin : "Lihatlah di depanmu"

Mendengar hal itu, aku langsung melihat ke depan dan wahhh... Sebuah apartemen yang sangat besar. Kira-kira ada 15 lantai di apartemen itu. Apartemen itu terletak di tengah-tengah kawasan perumahan elite itu.

Oppa memarkirkan mobilnya di parkiran apartemen itu. Aku keluar dan melihat-lihat sekitar kawasan itu. Dan tentu saja udaranya terjaga bahkan sangat terjaga. Udaranya segar, sejuk dan aku tidak bisa lagi mendeskripsikan tempat ini. Ini sangat-sangat perfect.

Ini terasa seperti mimpi. Aku benar-benar ingin menangis sekarang. Apa benar Oppa bisa sesukses ini? Ini bukan mimpi. ini nyata. Benar-benar nyata. Oppa benar-benar membuat orang-orang yang membencinya dulu bungkam dengan kesuksesan karirnya. Aku bangga. Aku ingin. Seperti Oppa. Benar-benar ingin.

Aku melihat Oppa yang sibuk dengan ponsel di telinganya. Tampaknya ada yang sedang menelfon nya.
Senyumku mengembang, saat melihat Oppa yang juga melihat kearahku. Tangis ku pecah.

Seakan terkejut melihatku tiba-tiba menangis. Oppa langsung berlari ke arahku.

Ia memasukkan ponselnya kedalam saku celananya. Kemudian memelukku dengan erat.

Jimin : "Eoh... Wae wae? So Young-ah Kenapa kau menangis?"

Aku membalas pelukan Oppa dan membenamkan wajahku di dada bidang milik Oppa dan air mataku semakin deras mengalir. Oppa mengusap-usap kepalaku lembut. Sangat lembut. Sesekali aku merasakan ia mencium kepalaku.

The LightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang