🌹1

291 26 25
                                    

"Al! Alya!" Gadis berambut sebahu berwarna blonde itu berlarian menghampiri sahabatnya yang sedang berjalan tergesa-gesa menuju parkiran.

Karena merasa dipanggil, gadis itu berhenti dan menoleh dengan wajah bingungnya. "Kenapa, Jessica? Manggil aku nggak usah sekenceng itu, aku denger, kok," katanya seraya mendekat pada gadis yang ia sebut Jessica.

"Tau ah! Dari tadi dipanggilin, kamu nggak nyaut-nyaut!" Alya hanya menautkan alisnya bingung.

Jessica berdecak. "Hari ini, Kak Gio pulangnya sore. Kenapa kamu pulang duluan?" tanyanya.

Alya masih setia menautkan alisnya. "Terus?" Pada akhirnya Jessica hanya memutar bola matanya malas.

Dengan helaan napas yang terdengar lelah, Jessica menarik tangan Alya menuju kantin. "Ini kesempatan kamu buat deketin dia. Jangan jadi secret admirer terus!" Kata Jessica ketika ia sudah duduk di kantin bersama Alya.

Mata Alya otomatis membulat. Tubuhnya mendadak membeku. "Gak usah sok kaget gitu deh!" Jessica mengeluarkan buku diary kecil bersampul merah maroon, bergambar hati warna hitam.

"Kamu ngambil dan baca diary aku?" tanya Alya gugup. Ia ingin marah, namun rasanya sulit sekali mengungkapkan amarahnya.

"Kamu ninggalin buku ini di atas meja! Untung aku yang nggak sengaja liat dan nggak sengaja baca. Coba kalo orang lain," sahut Jessica setelah mencebikkan bibirnya malas.

Alya mengerucutkan bibirnya. "Gak sopan tau baca diary orang," katanya pelan. Kemudian ia beranjak meninggalkan Jessica yang masih duduk.

"Abisnya aku penasaran! Masa suka senyum kadang sedih liat diary itu, maafin aku ya, Al."

Di koridor, gadis berkacamata itu berjalan dengan hentakan kecil karena kesal. Jessica-nya memang suka seperti itu. Seenaknya. Alya menghela napasnya pelan saat tahu di teras koridor depan ada kakak kelas yang sudah lama ia sukai. Tiba-tiba jantungnya berdetak lebih cepat.

Napasnya yang tadi tenang jadi memburu, ia membuka ikat rambutnya dan mengurai rambutnya ke depan, agar wajahnya tak terlihat. Ketika ia berjalan tepat di hadapan laki-laki itu. Kakinya tersandung salah satu kaki kakak kelas perempuan yang sedang berkumpul itu.

"Aw ...." desisnya otomatis karena lutut serta tangannya membentur lantai dengan keras.

"Aduh ... maaf, De. Gue gak liat orang lewat." Kakak kelas itu langsung membantu Alya berdiri.

"Gapapa, Kak. A-aku juga minta maaf ya soalnya nggak sengaja nendang kakinya." Alya benar-benar gugup, ia ada di kerumunan kakak kelas, dan diantaranya ada Gio yang sedang menatapnya. Tak ada ekspresi, hanya diam. Buru-buru Alya pamit.

"Tunggu."

Napas Alya kian tercekat, ia memberhentikan langkahnya karena merasa itu adalah panggilan untuknya. Dengan pelan-pelan gadis itu berbalik. Matanya membulat sempurna melihat laki-laki yang ia sukai menghampirinya.

"Jatoh." Gio menyerahkan diary Alya.

"Ma-makasih, Kak." Buru-buru Alya mengambilnya kemudian berlari.

Laki-laki itu tersenyum kecil. Ada-ada saja tingkah adik kelasnya. Dengan santai ia kembali duduk di tempatnya semula. Menatap teman-temannya yang sedang bergurau.

Kebahagiaannya terletak di sini, di hadapan para teman kelasnya. "Woy! Gue bawa berita bahagia!" heboh seseorang datang dengan cepat dilengkapi ekspresi sumringah yang terlihat jelas di wajahnya.

Kerumunan itu langsung heboh. "Kenapa sih? Jangan bikin gue penasaran deh," sahut seorang perempuan yang tadi tidak sengaja menyandung kaki Alya.

"Kelas kita gak jadi bimbel. Yuk, pulang! Bye!" Jian dengan senang dan masih dengan eskpresi sumringahnya, segera menarik tas yang di punggung Gio. "Gue nebeng ya!" Otomatis Gio terbangun dan berbalik.

GIONINOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang