Gio melangkahkan kakinya keluar dari rumah, setelah Jian pulang. Ia merasa bosan, padahal ketika sahabatnya itu ada, ia sangat pusing dengan segala ocehan tak bermutu dari mulut Jian.
Earphone yang menyumbat telinganya mengalunkan lagu I Don't Care dari Ed Sheeran ft Justin Bieber.
Niatnya sekarang adalah pergi ke minimarket untuk membeli deodoran serta beberapa alat mandinya yang sudah hampir habis. Mumpung dirinya tak ada kerjaan dan tak ada tugas. Jadi Gio memanfaatkan waktunya dengan baik.
Setelah sampai, awalnya Gio langsung memasukkan apa yang sudah ia ingat-ingat untuk dibeli. Setelah selesai, ia memutari tempat roti, selai coklat, tak lupa susu UHT, untuk ia sarapan setiap pagi.
Laki-laki itu membawanya ke kasir. Kasir itu tersenyum ramah, menawarkan beberapa produk promo. "Mas, saya kayak pernah liat deh, tapi dimana ya," kata kasirnya pelan.
Gio tersenyum kecil. "Saya 'kan sering belanja di sini," jawabnya.
Kasir itu langsung mengangguk canggung. Ia sedikit malu karena terkesan sok kenal. Setelah membayar, Gio segera menenteng belanjaannya, ia benar-benar sengaja berjalan kaki agar tak terlalu bosan di rumah.
Baru saja hendak berbelok, ia melihat adik kelas yang tadi siang jatuh di hadapannya itu tengah duduk di kursi depan toko yang tutup. Bersama adiknya.
Adiknya menunduk karena sedang makan, sementara Alya, hanya tersenyum sendu melihatnya. Sesekali menegak air minum yang diberi oleh pemilik warung nasi.
Entah dorongan darimana, Gio menghampiri keduanya. Tangannya mengulurkan roti yang ia beli. "Laper, kan?" tanyanya pelan.
Tentu saja kehadirannya membuat Alya benar-benar terkejut, hampir saja ia terjatuh jika saja tak berpegang erat pada kursi yang didudukinya.
Gio tersenyum tipis. Ia menggerakkan roti yang masih belum diterima. Alya tertunduk diam. Saat ini dirinya benar-benar malu. Rosa tersenyum. "Kak? Ini yang fo---"
"Rosa ...."
Rosa langsung diam mendengar gumaman kakaknya. Ia ingat, ia tidak boleh berbicara tentang itu pada siapapun.
Gio tersenyum kembali. Lebih lebar. "Kenapa kalian di sini?" tanyanya.
Alya masih diam, ia tak tahu harus bagaimana. Karena ini pertama kalinya ia berbincang langsung, bahkan ini pertama kalinya Gio bertanya padanya dan sedekat ini.
"Kak Alya abis pulang kerja, dipecat gara-gara Rosa ikut kerja, terus motor restorannya rusak. Terus Rosa laper, uangnya Kak Alya cuma bisa buat beli makanan ini doang. Kak Alya gak laper katanya. Kak Alya kasian, udah bayar bengkel, tapi dipecat terus gak dikasih uang. Manajernya galak, kayak harimau," jawab Rosa karena Alya hanya diam saja.
Kekehan kecil terdengar dari mulut laki-laki itu. Ia berjongkok di samping Rosa. "Bilangin sama Kakaknya. Jangan nunduk terus, nanti mahkotanya jatuh." Setelahnya, Gio menyimpan roti, susu, serta selai coklat di hadapan Rosa.
"Kamu, sama Kakak kamu, makan ini ya."
"Makasih ya, Kak." Gio mengusap puncak kepala Rosa kemudian pergi. Ia kasihan melihat Alya hanya terus menunduk diam.
"Kak?" Alya mendongak perlahan setelah memastikan jika Gio sudah jauh. Tak lupa ia melirik roti yang disimpan di sampingnya.
Rosa tersenyum lebar. "Cieee ...." Ia mencolok pipi kakaknya pelan.
"Rosa, lain kali kalo ada orang lain yang Rosa gak kenal ngasih apa-apa. Jangan langsung diambil ya. Periksa dulu, oke?" ujar Alya mengusap rambut adiknya.
Gadis kecil berpipi bulat itu tersenyum. "Iya, Kak." Dengan ragu, Alya menyentuh roti tawar itu. Ia benar-benar lapar, sama seperti Rosa yang mengharuskannya makan di sini.
KAMU SEDANG MEMBACA
GIONINO
Teen FictionMereka saling memendam rasa, yang satu tak punya keberanian untuk mengungkapkan, dan satu lagi merasa tidak pantas bersanding. Hingga diary merah itu ditemukan oleh Gio dan menunjukkan fotonya. Alya menuliskan rangkaian kata indah untuknya di buku i...