Setelah bel istirahat berbunyi. Keadaan sekolah yang tadinya cukup sepi, berganti menjadi sangat ramai dan penuh dengan gelak tawa. Baik kelas 10, 11, ataupun kelas 12, semuanya asik dengan dunia mereka masing-masing.
Jessica menghentikan langkahnya ketika melihat Gio di koridor dekat kantin. Senyumnya mengembang. "Al, ada Kak Gio," katanya.
Alya yang memang sudah ikut berhenti pun menatap arah pandang Jessica. Betapa terkejutnya ia ketika Gio ternyata juga tengah melihat ke arahnya. Otomatis ia menolehkan kanan kiri, serta belakang.
"A-aku gak jadi ke kantin. Aku mau ke perpustakaan aja." Alya langsung berbalik. Tentu saja Jessica menahannya. Enak saja ia ditinggal.
"Biasa aja, jangan nunjukin kalo kamu itu gugup banget, ntar kalo Kak Gio tau dari sikap kamu itu, nanti malah tambah malu."
Beberapa detik Alya terdiam, ia langsung mengangguk. Perkataan Jessica ada benarnya juga kali ini. Dengan tarikan napas yang sangat kentara, lalu Alya tersenyum. "Kamu jalannya samping sini ya, Jes. Biar aku belajar gak terlalu gugup," kata Alya.
Jessica tersenyum mendengarnya. Mereka berdua pun melanjutkan jalan untuk ke kantin. Gio yang melihat Alya lewat pun hanya diam, walau pada awalnya ia tengah memainkan ponsel, tapi karena melihat gadis itu lewat. Ia jadi mendongak. Tertarik.
Setelah melihat Alya berbelok, segera ia kembali memainkan ponselnya.
"Gi! Gue cariin dari tadi. Ngapain Lo berdiri di sini? Mau pamer muka?" tanya Jian.Gio terkekeh pelan. Sahabatnya ini memang selalu berkata lancang. "Hidup kok pamer," jawab Gio kemudian tertawa kecil. Ia melangkah menuju kantin.
Tentu saja Jian mengikuti. Ia memilih diam, karena akan lebih menyakitkan jika ia terus mengoceh di hadapan Gio. Pasti akan dijawab seperti itu.
Setelah membeli makanan, mereka berdua duduk, tak jauh dari tempat Alya dan Jessica duduk. Jian yang melihatnya pun tersenyum cerah. Pucuk dicinta ulam pun tiba. Niatnya untuk membuat Gio dan adik kelasnya dekat sepertinya akan mudah jika terus seperti ini.
"Gi, gue mau ke meja itu dulu ya." Ia mengabaikan Gio yang tengah menatapnya bingung. Padahal sahabatnya itu belum menyentuh sama sekali makanannya.
Jian langsung duduk di samping Jessica dan menatap Alya. "Halo, Dek," sapanya ramah.
Alya tersenyum canggung. "Ha-hai, Kak."
Jessica tersenyum. Ia mengangguk sopan pada Jian, dan tentu saja dibalas senyum ramah juga oleh kakak kelasnya itu.
"Gimana motornya udah bener?" tanya Jian.
Alya menunduk, kemudian kembali mendongak setelah menarik napas perlahan. "Udah, Kak. Makasih ya kemarin udah bantu."
Jessica mengernyitkan alisnya. "Motor restoran? Emang kenapa, Al?" tanyanya.
"Kemarin motornya mogok, gue bantu liat mesinnya. Ada yang hilang, terus dia ke bengkel." Jian dengan senang hati membantu Alya menjawab, karena ia yakin, Alya pasti akan berkata baik-baik saja.
"Terus gimana?" Jessica mode kepo.
"A-aku dipecat."
"Hah?!" Ini suara Jessica dan Jian.
Tapi Alya tak menjawab karena Gio mendadak duduk dekatnya.
Ya, Gio.
Dia datang, membawa makanannya pindah ke meja Alya, dan duduk di samping gadis itu. Membuat wajah Alya seketika merona. Jian yang peka pun segera mengambil makanannya dan bergabung kembali. Ia tertawa melihat wajah memerah Alya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GIONINO
Teen FictionMereka saling memendam rasa, yang satu tak punya keberanian untuk mengungkapkan, dan satu lagi merasa tidak pantas bersanding. Hingga diary merah itu ditemukan oleh Gio dan menunjukkan fotonya. Alya menuliskan rangkaian kata indah untuknya di buku i...