02

2K 56 0
                                    

"Saya Wildan Alamsyah, 20 tahun dari Jakarta."

Tatapan Wildan dan Ricis sempat bertemu beberapa detik, sebelum akhirnya Wildan menunduk.

Dalam hati ia beristigfar. Mengulang sedikit hafalannya takut tiba-tiba hilang karena lancang sekali barusan ia menatap atasan barunya itu.

Tapi jujur saja, meskipun telah lama menggeluti dunia youtube, Wildan tidak pernah menonton bahkan tidak pernah tau siapa itu Ricis. Baru beberapa hari kemarin, setelah dapat undangan interview ia mencari-cari dan menonton beberapa konten yang menarik perhatiannya.

"Oke. Kenalan lebih lanjutnya nanti yahh. Aku mau syuting dulu, kalian boleh adaptasi dulu atau kalau mau langsung kerja bantuin Ogund boleh. Nanti Ogund yang awasin, nanti aku cek juga."
Perkataan Ricis memutus lamunan Wildan.

Sekali lagi ia menatap atasan barunya itu yang kini tengah sibuk memperbaiki make up. Saat itu Ricis membuka kaca mata minus yang biasa dipakainya, dan Wildan kembali terperangkap.
Ricis di video kemarin ditontonnya adalah Ricis yang hiperaktif. Jiwa anak kecil yang ada di raga orang dewasa. Tapi melihat dengan dekat juga dengan mata kepala sendiri ternyata agak lain. Apalagi saat ini Ricis sedang tidak memakai kacamata. Terlihat seperti wanita dewasa yang cantik, tentunya.

"Oke deh, selamat jadi penghuni rumah ricis."

Dan mendengar ucapan itu, Wildan merasa bersemangat ia merasa hidupnya akan berubah setelah ini.

*******

Waktu telah berganti malam. Wildan mulai terkantuk-kantuk menatap komputer. Ia tengah mengerjakan editan pertamanya.

"Assalamualaikum.."

Dan demi mendengar suara itu mata Wildan yang tadi sudah hampir 5 watt kembali melek. Wildan menjawab salam lirih.

"Belum kelar de?" Ricis mendekat sembari matanya tertuju komputer.

"Dikit lagi mi." Jawab Wildan.

"Oh iya. Gapapa tapi kalau lelah mah istirahat aja dulu. Boim jae ogund juga udah istirahat kan?"

Wildan membenarkan kacamatanya yang sedikit melorot.

"Gapapa, nanggung dikit lagi." kini ia menjawab sambil melirik bosnya itu.

Ricis menatapnya balik seraya tersenyum.

"Oh yaudah, aku temenin yaa."

Wildan mendadak panik.

" Eh gausah mi, umi istirahat aja. Udah malem juga,"

Wildan melirik jam dinding. Ia agak sedikit kaget mendapati jam tengah menunjuk angka 2. Dan atasannya ini masih terlihat segar.

"Santai aja. Aku udh biasa kali."

Wildan pun akhirnya diam. Tak berani menatap atau menyela.

Ricis pun kini tengah santai memainkan hp di sofa yang memang sengaja disediakan di ruang editor. Wildan pun kembali fokus mengerjakan editan selain karena ia tengah diperhatikan atasannya, matanya juga lelah sekali ingin segera terpejam.

Hampir 30 menit Wildan akhirnya menyelesaikan kerjaannya. Ia menoleh ke arah Ricis yang kini tengah tertidur dengan hp di tangan. Mungkin bosan tak ada kerjaan sampai akhirnya ketiduran. Wildan yang tadinya ingin tidur di kamar pun mengurungkan niatnya karena tak enak jika ia tidur di kasur sedangkan bosnya tidur di sofa yang seadanya. Mau membangunkan lebih tak enak lagi. Akhirnya ia memutuskan tidur di kursi kerjanya. Yang penting matanya terpejam saja dulu.

*****

Adzan subuh sudah berkumandang. Wildan mengerjap pelan, seberat apapun matanya ingin terpejam, alhamdulillah Allah selalu mudahkan ia untuk bangun subuh sebelum akhirnya kembali tidur di jam 7 pagi. Wildan melirik ke sofa dimana Ricis tidur semalam. Ternyata bosnya sudah tidak ada mungkin sudah pindah ke kamarnya.

Ia pun segera berwudhu dan bergegas menunaikan shalat. Setelah shalat ia pun membangunkan teman-temannya untuk menunaikan kewajiban. Tiba-tiba perutnya merasa lapar, ia pun bergegas ke dapur siapa tau menemukan sesuatu yang bisa mengganjal perut.

Dibukanya tudung saji. Nihil. Belum ada makanan.

Ia pun membuka kulkas dan menemukkan okky jelly drink. Cocok. Buat mengganjal perut. Ketika tengah enak memakan okky di ruang makan, tiba-tiba Ricis masuk ke ruangan yang sama.

"Eh Wildan," Ricis terlihat kaget.

Wildan pun sama kagetnya, juga merasa malu pagi-pagi sudah mencari-cari makan dan memakan tanpa seizin pemilik. Tapi kemarin ia dikasih tau Ogund kalau Ricis membebaskan siapa saja yang mau makan yang ada ataupun memasak sendiri juga tak masalah.

"Eh iya mi, maaf saya makan ini enggak bilang dulu." Wildan menunjukkan okky jelly drink di tangannya.

Ricis tertawa.

"Dan.. Dann.. Gapapa santai aja." katanya.

Ricis pun melaksanakan tujuannya ke dapur yaitu mengambil air hangat. Tadi ia baru selesai shalat saat merasa tenggorokannya kering sekali.

Ia membawa segelas air itu ke meja makan. Duduk berhadapan dengan Wildan yang masih asyik meminum minuman yang katanya pengganjal perut itu.

Wildan merasa canggung, namun ia menormalkan ekspresinya. Diam-diam ia melirik ke arah Ricis. Gadis itu masih mengenakan mukena maroon. Terlihas pas sekali membingkai wajahnya.

"Kenapa ngelihatin kayak gitu dan?"

Tbc.

*******

TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang