06

1.6K 74 21
                                    

Setelah Ricis menceritakan semua kegundahan dan hal yang mengganggunya akhir-akhir ini, kini ia dan semua tim ricis tengah membaca semua komentar yang masuk di video saya pamit itu. Ricis tak menyangka video itu bakal seviral ini hingga banyak yang membuat parodinya. Dan tentunya Ricis juga tak menyangka masih banyak The Ricis yang menginginkannya kembali.

"Jadi gimana ka? Nih dari tadi banyak banget yang nanya ke aku." Mbak Riri sebagai manajer tentulah yang paling pusing dengan keadaan ini.

"Yuyun bisa lihat sekarang seberapa banyak The Ricis yang tulus mendukung Yuyun sampe seperti ini."  Seperti biasa Aryesh yang selalu memposisikan diri sebagai abang untuk semua Tim Ricis.

Semuanya diam dengan pikiran masing-masing. Ricis belum buka suara di pikirannya masing banyak kemungkinan-kemungkin yang berlalu lalang.

Setelah lama terdiam, akhirnya Ricis mengambil keputusan.

"Yaudah, besok aku bikin video Saya Kembali."

Wildan yang mendengar itu tiba-tiba buka suara. Sebenernya ia ingin diam saja karena bagaimanapun ia masih orang baru di sini, tapi akhirnya ia tidak tahan juga.

"Mi.. "

Semua orang langsung melihat ke arah Wildan, menunggu ucapan selanjutnya.

"Maaf sebelumnya, bukannya aku ga mendukung keinginan umi buat kembali, tapi netizen ga akan ada habisnya. Kalau umi upload video lagi besok, maka mereka pasti akan lebih rame, mungkin bisa lebih dari yang pamit."

Entah kenapa Wildan merasa ini sangat mengganggu pikirannya, meskipun ia baru akhir-akhir ini punya followers, meskipun baru sebentar ia jadi Tim nya Queen Youtuber, tapi melihat reaksi netizen pada uploadan video pamitnya Ricis ia yakin kalau Ricis bikin video kembali maka netizen akan semakin menghujat Ricis dan akan menganggapnya hanya mencari sensasi. Dan entah kenapa memikirkan itu saja membuat Wildan merasa terganggu.

"Iya sih. Tapi gapapa gak usah khawatir. Mereka gak tau cerita sebenarnya kan. InsyaAllah aku akan lebih kuat setelah ini." dan Ricis kembali mengenakan topeng dan menjadi orang yang menyimpan lukanya sendirian.

Sorenya mereka benar-benar merealisasikan apa yang diucapkan Ricis. Ricis benar-benar merekam kembali video konfirmasi bahwa ia akan kembali. Setelah itu ia meminta editor untuk mengeditnya karena ia tak mood untuk mengedit. Ia memutuskan untuk mengunjungi rumah kakak pertamanya untuk meminta nasihat.

Pukul 20.00, Semua tim Ricis selain editor sudah pulang ke rumahnya masing-masing. Di kantor editor pun hanya tersisa Ogund, Boim, dan Wildan. Itupun mereka sudah mau pulang karena video saya kembali tak membutuhkan editan yang ribet.

Ricis sengaja menunggu mereka supaya bisa sekalian kalau-kalau mau ada yang nebeng karena ia hendak ke rumahnya Mbak Oki.

"Cis.. Mau pulang yaa.. " Ogund yang pertama keluar dari kantor dan melihat Ricis di ruang tv langsung berpamitan.

"Pulangnya naik apa Gund?" Tanya Ricis.

"Naik--"

"Mi.. Editan udah beres. Siap upload besok." Kali ini Boim muncul dan memotong ucapan Ogund

"Iya makasih Boim."

Ricis kembali melirik Ogund yang tengah memakai jaketnya.

"Gue sama Boim naik motor Cis." Jawab Ogund yang sadar bahwa Ricis masih menunggu jawabannya.

"Kalau Wildan?"

Wildan yang merasa namanya terpanggil, langsung bersuara

"Iya.. Kenapa mi?"

Tak lama Wildan bergabung.

"Kamu pulang naik apa?"

"Aku bawa motor mi. Kenapa?

Ricis manggut-manggut.

"Engga. Aku mau ke rumah Mbak Oki, tadinya kalau kalian ga bawa kendaraan mau aku ajak bareng."

"Gapapa mi.. Kita bawa motor kok." jawab Wildan sambil tersenyum lembut.

Ricis pun balas tersenyum.

"Yaudah kita pamit ya."

Ricis menangguk. Namun saat selangkah lagi Wildan menuju pintu, Ricis berucap

"Wildan..."

Wildan menoleh.

"Bentar, kalau gak salah katanya kamu pernah pesantren kan?"

Wildan mengangguk bingung.

"Kita kan punya 3 channel. Nah yang channel Ricis Tv aku maunya diisi buat dakwah gitu. Ngaji, sholawat, atau berbagi pengetahuan tentang agama aja gitu. Kamu bisa kan?"

Ricis menatap Wildan penuh harap. Ia sudah memikirkan ini baik-baik. Ia ingin kembali dengan pribadi yang lebih baik dari sebelumnya, dengan konten-konten yang lebih bermanfaat untuk semua orang.

Wildan mengangguk seraya tersenyum tipis.

"InsyaAllah mi, tapi ilmuku sedikit. Aku di pesantren cuman sebentar."

Ricis balas tersenyum, lega.

"Gapapa."

Wildan pun kembali berjalan menuju pintu namun tiba-tiba ia menoleh kembali

"Mi.. "

Ricis yang hendak berjalan ke garasi pun mengurungkan niatnya.

"Umi yang kuat yaaa. Setiap cobaan yang Allah kasih pasti ada hikmahnya."

Ricis tersenyum mendengarnya. Hatinya menghangat.

"Makasih dek."

Dan dengan itu senyum lebar Wildan berganti menjadi senyum tipis.

Bagaimanapun Wildan harus sadar, Ricis hanya menganggapnya Adek.

*****

TBC.

Maaf pendek. Maaf lama gak update juga.
Ternyata kuliah online lebih berat, mohon pengertiannya ya hehe

Dan sekali lagi, cerita ini memang dibuat semirip mungkin dengan aslinya tapi tentunya ada beberapa hal yang memang murni hasil imajinasi saya karena kita kan ga tau gimana mereka di balik kemera.

Btw, terima kasih banyak yang udh vote, yg udh masukkin ke library nya, ke reading list nya.
Big love untuk kalian.

See u.

TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang