Gisa berdecak berkali-kali dibalik kemudi. Jalanan yang macet dan juga dia yang sudah terlambat menjemput Rere semakin memperlengkap kesialannya. Hari ini, untuk yang entah keberapa kalinya Gisa terlambat bangun. Dia bahkan pergi bekerja dengan rambut yang masih belum kering sepenuhnya.
Gisa yakin, Rere, bosnya itu akan merutuk kesal karena lagi-lagi dia terlambat menjemputnya.
Dan benar saja, begitu Gisa melompat turun dari mobil, dia menemukan Rere yang sudah menunggunya sambil bersedekap dengan wajah cemberut. Gisa menyengir kecil menatap Rere, lalu cepat-cepat membukakan pintu untuknya. Rere masuk ke dalam mobil dengan kedua mata meyipit tajam pada Gisa.
"Sori ya Re, gue telat bangun." Ujar Gisa setelah mereka berdua sama-sama berada di dalam mobil.
"Memangnya kamu tadi malam ngapain aja sampai bisa telat bangun?" rutuk Rere kesal.
Gisa menggigit bibirnya samar. "Gue maraton nonton film sampai jam dua pagi."
"Di kos?"
"Iya."
Dengusan Rere terdengar sebentar sebelum suaranya yang sedang berbincang dengan Nana di telefon terdengar. Gisa menghembuskan napasnya perlahan, merasa lega karena selamat dari omelan Rere. Untung saja bosnya itu tipe perempuan lugu dan pemaaf. Kalau Rere bukanlah bos Gisa, Gisa yakin dia sudah lama di pecat.
Getar ponsel dari dalam tasnya membuat Gisa merogoh benda itu dan membaca sebuah pesan dari seseorang.
Lo udah di mana?
Gisa melirik Rere melalui kaca spion, Rere masih sibuk berbicara dengan Nana. Gisa segera membalas pesan itu dengan gerakan cepat.
Di mobil. Gue lagi nyetir, nganterin Rere ke kantor.
Beberpa detik setelahnya pesan yang Gisa kirimkan di balas.
Hati-hati.
Hanya sebaris kalimat pendek itu, namun sudah membuat sudut bibir Gisa terangkat sedikit ke atas saat dia kembali menyimpan ponselnya. Gisa teringat mengenai pagi ini ketika dia bangun dalam pelukan Abi dan berada di kamar lelaki itu.
Itu memang bukan kali pertama Gisa menginap di ruko Abi karena dia sudah pernah beberapa kali menginap di sana. Sebenarnya Gisa tidak terlalu suka menginap di ruko Abi, apa lagi kalau mereka akan melakukan seks yang menakjubkan sepanjang malam. Gisa jadi sering terlambat bekerja.
Tapi Abi selalu saja berhasil membuat Gisa akhirnya menginap di sana.
Tadi pagi saja Gisa mengomel panjang lebar saat bangun terlambat, belum lagi ponselnya mati karena peraturan konyol Abi mengenai tidak ada ponsel ketika mereka sedang bersama.
Terdengar sedikit romantis, kan?
Tapi jangan terlalu berharap jauh. Mereka bukanlah sepasang kekasih yang sedang dimabuk cinta. Bukan. Mereka mungkin bisa disebut sebagai partner seks yang luar biasa. Tidal ada ikatan emosional apa pun, murni hanya untuk saling memuaskan satu sama lain. Di awal hubungan aneh mereka, tidak pernah satu malam pun yang mereka lewati tanpa seks. Mereka bagaikan dua remaja yang baru saja mengenal seks. Candu. Itu lah yang mereka rasakan satu sama lain.
Ketika apa yang mereka lakukan mulai memasuki bulan ke dua, baru lah jadwal bercinta mereka mulai terjadwal normal. Tiga kali dalam satu minggu, itu adalah jadwal mereka akan bercinta. Tadinya selain ketika mereka akan saling memuaskan hasrat sata Gisa baru mau dibawa Abi ke ruko, tapi akhir-akhir ini sekali pun mereka tidak bercinta, Gisa jadi lebih sering tidur di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tikus Dan Kucing Jatuh Cinta
General FictionSebagian cerita sudah di hapus "Lo alergi sama cewek perawan? Belum pernah dapat perawan ya lo, makanya sampai senorak ini?" "Apa?" "Gue kira lo memang sehebat itu di ranjang sampai-sampai dijuluki penjahat kelamin. Ternyata, nyali lo nggak sebesar...