Gisa sudah bangun sejak satu jam yang lalu, namun yang dia lakukan sejak tadi hanyalah bertopang dagu, menatap wajah Abi yang saat ini masih tertidur pulas. Untuk pertama kalinya mereka tidak bercinta ketika berada di ruko. Biasanya, Gisa pasti akan bangun dengan tubuh hampir remuk redam. Tapi pagi ini tidak, karena tadi malam, mereka hanya menghabiskan waktu sambil berpelukan.
Saat melihat Abi menangis, Gisa hanya tahu jika dia harus memeluk Abi dan membiarkan Abi menangis dalam pelukannya. Gisa sama sekali tidak menyangka jika lelaki seperti Abi bisa menangis sehebat itu. Abi sangat emosional tadi malam sekalipun dia tidak mengatakan apapun lagi dan hanya menangis.
Lalu setelahnya, Abi hanya bertanya pada Gisa apakah dia akan pulang atau menginap dan Gisa memilih menginap. Maka, semalaman ini mereka hanya tidur sambil berpelukan. Tidur dengan sangat nyenyak seolah seharian itu mereka benar-benar merasa lelah.
Dan pagi ini, Gisa bangun dengan rasa penasarannya.
Gisa menyentuh rambut Abi dengan jemarinya, mengusapnya lembut dan sangat hati-hati. Abi bilang, dia tidak punya keluarga. Apa mungkin... Abi memang sudah tidak punya siapa-siapa lagi di dunia ini? Gisa memang tidak tahu banyak soal Abi selain kepribadian dan pekerjaannya. Lagi pula, sebelum ini mereka tidak terlalu dekat.
Sejak awal, Gisa memang sudah merasa kalau sosok Abi memiliki sisi misterius yang dia miliki. Namun, Gisa tidak mau bertanya atau pun terlalu peduli pada apa yang bukan urusannya. Dia dan Abi hanya ingin bersenang-senang, maka Gisa hanya fokus pada kesenangan mereka.
Mereka selalu saja bertengkar, saling mencela, bercanda dan melewati banyak waktu bersama-sama. Tapi, tidak sekalipun Gisa pernah melihat Abi serapuh itu. Abi itu terlihat seperti pejantan tangguh. Dia tidak takut pada apa dan siapa pun. Menyukai tantangan dan juga nakal meski di mata Gisa terlihat menawan. Abi juga lumayan jahil dan selalu saja memiliki cara untuk membuat Gisa kesal. Maka itu, sejak melihat Abi menangis, Gisa mulai bertanya-tanya di dalam hati. Ada apa sebenarnya dengan Abi?
Abi menggeliat sambil melenguh pelan, Gisa menarik jemarinya meski masih setia menjadikan Abi tontonan. Dan ketika Abi membuka kedua matanya hingga mereka saling bertatapan, Abi mengerjap pelan.
"Pagi." Sapa Abi.
"Pagi." balas Gisa.
Sejenak, mereka berdua tidak saling berbicara hingga tiba-tiba Abi bertanya. "Kok lo masih di sini? Bukannya tadi malam mau pergi, ya?"
Melihat seringaian Abi yang menyebalkan, Gisa tertawa malas. Oke, lupakan rasa peduli pada lelaki sialan ini. Gisa mendesah malas, tersenyum manis lalu membelai pipi Abi. "Gimana, ya... gue nggak tega sih, ninggalin lo yang nangis–"
"Oke, stop," potong Abi, wajahnya terlihat malu hingga Gisa ingin tertawa. "lupain, jangan pernah di bahas lagi. Atau gue pukul bokong lo sepuluh kali." Ancam Abi.
Gisa hanya mengangkat satu alisnya ke atas sebagai jawaban, membuat Abi mengeram gemas karena sangat menyukai sifat menantang Gisa yang satu itu. Kemudian Abi meraih Gisa ke atas tubuhnya hingga Gisa menduduki pinggangnya, Abi menarik wajah Gisa mendekat, melumat bibirnya hangat dan dibalas Gisa dengan cara yang sama.
"Tapi gue tetap nggak suka, Gis." Ujar Abi dalam lumatannya.
Gisa membalas jilatan Abi, "Mmhh... apa?"
"Kabur-kaburan." Abi mendesis ketika pinggul Gisa bergerak dan menggesek miliknya.
Gisa memutar bola matanya malas. "Gue nggak kabur." Jawabnya sembari menarik lepas baju Abi ke atas. Kemudian bibirnya bermain di sekujur dada hingga leher Abi, membuat lelaki itu menggelinjang nikmat sambil memejamkan mata. "gue heran,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Tikus Dan Kucing Jatuh Cinta
General FictionSebagian cerita sudah di hapus "Lo alergi sama cewek perawan? Belum pernah dapat perawan ya lo, makanya sampai senorak ini?" "Apa?" "Gue kira lo memang sehebat itu di ranjang sampai-sampai dijuluki penjahat kelamin. Ternyata, nyali lo nggak sebesar...