Perkenalan perdana

28 4 0
                                    

Setelah sekian tahun lamanya, pantulan sinarnya yang cerah membuat mata soo begitu nampak membinar, soo yang sedang duduk di halte bus juga sedang memperhatikan beberapa orang disekelilingnya, beberapa orang hanya berjalan melihat arah jalan didepannya dan ada diantaranya yang juga sedang menunggu lampu merah menyala sambil melihat-lihat jam tangan keren nan mengkilap, ditangan kanan nya pun membawa sebuah koper hitam seperti ala orang orang kantoran yang khayalan soo didalam koper hitam itu berisi uang banyak.

"ck,dasar orang kaya mereka bebas berbahagia sedangkan kita ya kan qia" cibir soo dengan pelan yang sedang beradu dengan khayalan nya

penglihatan soo pun teralihkan pada sisi kiri nya seorang ibu dan seorang ayah yang sedang sibuk memarahi anak-anak mereka, soal memakan banyak ice cream dan mulai merengek menangis meminta digendong dan dibelikan ice cream lagi, ketika itu terjadi soo pun berlinang tak kuat menahan matanya yang merah nan tiba tiba ingin ada satubuah atau duabuah yang harus dijatuhkan dan soo mulai mengalihkan pandangannya meski memang beberapa tetes sudah jatuh kepermukaan pipinya, memang soo tak pandai menyembunyikan air matanya, soo pun segera menghapus beberapa yang jatuh dipipinya, disana juga ada beberapa orang yang diantaranya sedang sibuk berkencan saling berpegangan tangan sambil tertawa keduanya, soo pun merunduk dan tersenyum campur aduk dengan gelutan perasaannya sekilas teringat kepada salah seorang cinta pertamanya ya pada saat itu kejadian pada saat tragedi dasyat itu.

Bus pun tiba di halte, orang orang yang sedang duduk di halte itu pun segera masuk ke dalam bus itu tapi soo tidak naik, dia sengaja tidak naik bus pertamanya yang dia tunggu dan soo tidak peduli soal pekerjaannya yang sedang menunggunya, dia hanya merunduk dan diam, setelah bus pergi soo mengangkat pandangannya dan menghapus beberapa yang jatuh lagi diantara pipi pipinya, ada salah seorang yang tidak naik bus selain soo rupanya pada saat itu, dia pun memberi sebuah tisu kepada soo, soo hanya terdiam melihat laki laki itu tanpa mengabil tisu.

"bukankah yang harus ku dengar adalah terimakasih? Ambilah jika kau perlu ini" laki laki itupun melemparkan sebuah tisu ke arah tangannya soo, soo hanya terdiam dan melihat laki laki itu
"Dan jika kamu tidak mau mengatakannya maka tidak perlu mengatakannya lagi pula aku tidak ingin mendengarkan nya". Sambung laki laki itu
"maaf? Apa kau mengenali ku" ucap soo dan laki laki itu tak mendengar apa yang dikatakan soo laki laki itu terdiam, didalam hatinya berkata "dengan ini nenek akan mendapatkan uang hasil dari kerja kerasku dan hutang ku akan segera lunas".

soo pun memandang laki laki itu tepat berada disebelah kirinya, dia hanya sedang memperhatikan awan cerah dan gunung fuji didepannya, hanya saja pandangannya agak kosong tidak melihat ke awan cerah maupun gunung fuji, dia tepat duduk disebelah soo. Dan laki laki itu pun pergi meninggalkan soo yang sedang duduk di halte bus, soo pun tidak mengerti apa yang sedang dipikirkan laki laki itu.

Tapi soo salah yang dilihat laki laki itu bukan awan cerah atau gunung fuji tapi yang dilihat laki laki itu bangunan tinggi didepan mereka.

Matahari gelapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang