Dia pun duduk di kursi bus paling belakang setelah terus terusan melihat laki laki itu, kini dipikirannya entah siapa orang itu dan bahkan namanya.
"kenapa aku merasa aku pernah bertemu dengannya" soo yang kebingungan terus bertanya tanya pada dirinya"tapi masalahnya aku bener bener tidak tau siapa dia, perasaan baru hari ini aku bertemu dengan nya, kenapa dia bilang aku ini egois, apa aku telah melakukan kesalahan? menyebalkan sekali" ucap soo sambil agak berteriak
orang orang yang duduk disamping kiri dan kanan soo semuanya mulai melihat kearah soo, tingkah soo yang kebingungan dan berbicara sendirian seolah olah terlihat seperti orang gila, soo pun tersenyum sambil meminta maaf untuk orang orang yang melihat ke arahnya. Setelah itu soo mulai mengalihkan pandangannya ke arah jendela disampingnya dan rupanya hari sudah mulai gelap, dia pun turun ditempat biasa dia turun, udara dingin yang mulai agak menusuk ke seluruh badannya.
"ahhh.. Dingin sekali hari ini, biasanya aku makan mie ramyon paling enak di tempat ayah bersama qia, kenapa aku begitu sulit melupakan qia, semua orang juga sulit melupakan nya" soo pun tersenyum selintas dan sembari berjalan dengan menendang nendang krikil kecil.
"apa aku harus mampir sebentar ke tempat ayah, cuaca dingin ini membuat aku sangat lapar mie ramyon ayah".
Soo pergi ketempat ayahnya saat malam itu, ayahnya mendirikan sebuah restoran mie ramyon, dulu biasanya soo pergi dengan qia untuk makan ramyon disana, karena soo merasa lapar dan kangen dengan qia, dia pun akhirnya memutuskan segera makan ramyon disana.
"pesan ramyon satu ya pak"
"oh iyah tunggu se... " ucapannya terputus ketika melihat putrinya yang datang dengan wajah tegang dan datar firasatnya seperti ada sesuatu yang ingin dibicarakan."soo kenapa kamu datang kemari" saut ayah soo yang sembari membuatkan mie ramyon kesukaan soo
"untuk apa lagi aku kesini selain untuk makan mie, aku lapar"
"apa kabar ibumu?" ucap ayah soo sambil memberikan mie ramyon
"kenapa kau tanyakan ini pada ku, aku ini sedang makan, kenapa kau tidak datangi saja untuk menanyakan kabar pada ibu secara langsung?" soo yang berbicara sembari makan ramyon membuat makanan yang ada dimulutnya jatuh beberapa ke meja makan, dan meja makan jadi agak berantakan.
"hey...anak ini, yasudahlah kau makan saja" sambil membawa remot dan nonton televisi yang ada di restoran itu.
"ayah?" ucap soo
Ayah soo yang sedang menonton tv langsung melihat kearah soo
"habiskan saja makanan yang ada dimulutmu""ayah dengar" ucap soo
"aku tau kau akan mengatakannya lagi"
"kenapa kau tidak kembali ke rumah bersama kita kenapa hanya menua bersama restoran ini saja, kenapa kau tidak kembali bersama ibu setelah 5 tahun ini, apa kau tidak kangen ibu dan aku? ayolah kita pulang, kita mengobrol secara baik baik, dan ini akan selesai"
"soo, kau kan tau ibumu bagaimana, dia tidak akan suka melihatku didepannya"
"tapi cobalah ayah sesekali untuk berkunjung kerumah"
"ngomong ngomong aku dengar kau baru kerja di sebuah bangunan yang dulu runtuh?" ayahnya yang mulai mengalihkan pembicaraan membuat soo agak sedikit kesal.
"iya, aku hanya ingin memastikan supaya bangunan itu nantinya tidak runtuh lagi, dan ayah seperti katamu ketika ibu tidak ingin melihat ayah, sebenarnya ibu begitu ingin melihat ayah, bahkan justru dia ingin ayah tetap disisinya menyemangati hidupnya bukan seperti ini pergi meninggalkan kita, bukankah kau sudah lama kenal ibu, dan apa gunanya kau menikahi ibu jika hanya berakhir seperti ini, kalau begitu aku pergi dulu".
Soo pun berdiri dan keluar dari meja makan itu dan bahkan dari restoran itu tanpa menghabiskan mie ramyon buatan ayahnya karena terlanjur kesal.
"tapi soo dengar ayah dulu, anak ini"ucap ayahnya yang melemas dan hanya duduk diam
Soo tidak mendengarkan apa kata ayahnya, dia hanya membawa tas dan payung pemberian laki laki itu, dia pulang dengan berjalan kaki karena dia malas pulang dan terlebih lagi karena jarak antara restoran ayahnya dengan rumah ibunya tidak jauh hanya 3km, saat itu pandangan soo kosong karena hatinya terluka Layaknya seperti jalanan didepannya yang sepi cuman suara hujan dan lampu trotoar dijalan itu yang menemaninya ketika dia pulamg.
Dia pergi dari tempat itu, dan dia berjalan dalam kesepian juga dihatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Matahari gelap
Romancesetelah kehilangan orangtuanya dalam sebuah kejadian yang tidak seharusnya terjadi, bangunan tinggi yang dulu roboh kini selalu menjadi ancaman bagi penglihatannya, zain kehilangan semangat hidup dan melalui hidupnya yang kacau hari demi hari yang e...