Kelas yang tadinya ribut itu mendadak hening serupa kuburan ketika Khalik masuk. Tidak ada yang bersuara, hanya terdengar beberapa tarikan nafas kaget dan mata-mata yang membelalak.
Khalik masih ngambek. Dia sudah susah payah mencuci seragamnya yang penuh noda dan berwarna coklat hingga putih bersih, menyemir sepatu sendiri, dan mencukur rambutnya yang gondrong hingga terlihat rapi, tapi yang dia dapatkan hanya teriakan dan omongan pengusiran iblis.
Dengan langkah-langkah panjang, Khalik menghampiri mejanya-yang terletak di sudut ujung paling belakang-dan menghempaskan pantatnya dengan kasar, tidak mendengarkan kesiap kaget dari teman-teman sekelas yang tidak dia hafal namanya satu pun.
Sedetik kemudian, mulai terdengar suara bisik-bisik.
"Woi, siapa itu yang duduk di meja Khalik?"
"Cari mati ya. Nggak tahu dia siapa Khalik."
"Anak baru?"
"Ganteng ya. Macho gitu..."
"Iya, mirip Hyun Bin versi SMA hehe."
"Kita harus selamatin cogan itu dari Khalik!"
"Sapa gih! Ayo!"
"Iya, ayo!"
Lantas, segerombol orang-kebanyakan cewek-menghampiri meja Khalik dengan kikuk dan malu-malu kucing. "Anu, lo anak baru ya? Siapa namanya? Eh, jangan duduk disitu...itu kursi Khalik. Bisa habis lo kalo ketahuan duduk di kursi dia!" seru seseorang dengan menggebu-gebu, tidak menyadari muka Khalik yang kian menghitam bagai pantat panci.
Kesal, Khalik mendengus. "Sejak kapan gue nggak boleh duduk di kursi gue sendiri?"
Mendengar suara yang khas tak terlupakan itu, satu kelas mendadak hening. Waktu seakan terhenti. Cewek yang sedang mengibaskan rambut sambil memberi Khalik tatapan menggoda itu membeku dengan pose aneh, gerakan tangan seorang cowok yang hendak minum terhenti, botol minumnya tergantung di udara, isinya tumpah membasahi sepatu.
Ketika cowok itu memaki kaget, barulah seisi kelas seakan tersadar dari lamunan.
"K-Khalik?!"
Bisik-bisik di kelas itu kembali terdengar, lebih keras dibandingkan tadi. Mendadak suasana kelas menjadi heboh.
"Buset, beneran Khalik?"
"Iya, suara Khalik itu woi!"
"Demi apa! Yaoloh, dosa apa yang gue perbuat sampai nggak nyadar ternyata Khalik itu selama ini cogan berbalut lumpur?!"
"Ayo bubar, bubar! Gue masih nggak mau mati!"
"Kesambet apa si Khalik sampe rapi, wangi, bersih gitu?"
"Seragam sekolah yang cupu ini akhirnya kelihatan keren juga kalo dia yang make!"
Khalik mengernyit, lalu melotot pada orang-orang yang terus membicarakannya. Seketika, semua teman sekelasnya duduk dengan tertib di bangku masing-masing, tidak berani lagi berbicara apalagi melihat ke belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
INEFFABLE ✔
Novela Juvenil[COMPLETED] \Ineffable\ Too great to be expressed in words. Askhalika Pragiwara memilih untuk hidup gelandangan dan miskin seperti gembel, bekerja mati-matian hanya untuk menghidupi kebutuhan sehari-harinya yang tak seberapa dibandingkan tinggal di...