2. LM : Dua sisi

97 32 14
                                    

"didunia ini, cover sangat diperlukan dalam mengemas. Senyuman pun cover dari isak tangis di wajah kita" _Calya Dyra Xaquila


***

"ehh sorry Galang, gue gak sengaja," ucap Calya dengan sedikit gugup. Sedangkan yang dihadapannya hanya menampilkan sunggingan yang kesannya mengejek. Kemudian ia pergi tanpa membalas ucapan Calya. Ia Galang, cowok tajir pemilik yayasan sekolah yang notabene nya orang paling ganteng dan seantero sekolah pun tau itu.

"eh Lya kok lo masih disini, bukannya tadi sama Dara ya?" celetuk Rafka yang tiba-tiba sudah berada didepan Calya.

Haduh gawat, ini kenapa Rafka muncul tiba-tiba sih. Udah kek kuyang ni orang. Jadi sok cuek aja ah. batin Calya

"tadi abis dari toilet, "

"oh iya Lya gu.., "

"satu lagi gak usah sok kenal sama gue," tandas Calya.

Ia pun berjalan dengan tergesa-gesa. Naas nya ia tidak melihat kulit pisang dan akhirnya Calya kehilangan keseimbangan. Rafka yang melihatnya segera berlari dan beruntung ia berhasil menangkap Calya.

Mereka saling bertemu pandang sampai akhirnya Calya sadar dan segera bangkit. Tanpa mengucap terimakasih ia langsung pergi. Yang ditinggalkan pergi hanya menggaruk caruk lehernya yang tidak gatal dengan sedikit menampilkan senyum yang nyaris tak terlihat.

***

Setelah jam pelajaran terakhir usai, seluruh siswa sangat antusias untuk segera meninggalkan gedung sekolah yang mereka anggap adalah tempat yang membosankan.

Empat puluh lima menit setelah bel pertanda pulang berbunyi, Calya tidak kunjung dijemput oleh sopirnya. Sekolah pun sudah mulai sepi karena rata-rata siswa sudah pulang.

"uhh mang Ujang kok lama ya. Gak biasanya mang Ujang lupa buat njemput. Apa aku naik angkot aja kali ya. Atau jalan kaki aja," racau Calya yang daritadi memegangi dagunya berlagak seperti orang berpikir sambil berjalan dengan langkah pendek.

"Lya bareng yuk," sahut Rafka
tiba-tiba.

"innalillah eh Lya eh iya eh bareng eh Rafka ngagetin aja sih lo,"

"gue mau naik angkot aja,"

"kalo gitu gue bakal tungguin sampek dateng angkot," jawab Rafka dengan mantab.

"terserah lo gue gak peduli," ujar Calya dengan nada khas orang bodoamat.

Setelah itu keheningan terjadi di antara mereka. Sampai tanpa terasa waktu sudah menunjukkan pukul 16.50. Lampu jalan pun sudah mulai menyala satu persatu. Toko-toko maupun pedagang kaki lima juga mulai berdatangan untuk mangkal.

Tinnnnn suara klakson sepeda motor yang berhenti didepan Calya dan Rafka. Pemilik sepeda itu pun membuka helm dan ternyata ia adalah Galang.

"mau bareng gak?" Ucap galang tanpa basa-basi. Calya pun merespon pertanyaan Galang dengan terbata-bata, "gu gue maksudnya?" jawab Calya dengan mengarahkan jari telunjuk pada dirinya sendiri.

"ditanya malah balik nanya. Yaiyalah elo masak gue ngajak orang yang bawa motor sih, " imbuh galang.

Dalam hati Calya menolak ajakan Galang. Tapi setelah ia melihat Rafka, otaknya bekerja untuk mengiyakan ajakan Galang.

"emm oke gue mau,"

Tanpa babibu lagi, Calya langsung berjalan menghampiri Galang dan segera naik ke motornya. Motor Galang yang sedikit tinggi membuat Calya rada kesusahan saat hendak naik. Kemudian dari belakang Rafka mengangkat Calya dan menaikkannya ke jok.

"makanya kalau ditawarin tuh mau. Lagian sepeda gue kan gak juga tinggi-tinggi amat, " cetus Rafka yang membuat perubahan ekspresi terkejut akibat ulahnya kemudian menjadi masam karena katanya. Perubahan itu tercetak jelas pada raut wajah Calya.

Setelah Calya sampai di depan rumahnya, ia mengucapkan terimakasih pada Galang. Ia juga menawarkan Galang untuk mampir ke rumahnya tapi Galang beralasan bahwa dirinya sibuk.

"selamat beristirahat Calya, " kalimat terakhir yang diucapkan Galang sebelum ia pergi. Ia mengucapkannya dengan dinamika yang lembut.

Itu tadi beneran Galang? Gue kira orangnya kagak bisa kalem batin Calya.

***

Ceklek suara pintu yang dibuka Calya cukup nyaring. Suasana pertama yang ia lihat setelah membuka pintu selalu sama, sepi dan suram. Tetapi setelah memasuki ruang tamu suasananya menjadi berbeda.

"heh anak sialan. Ngapain aja jam segini baru pulang hah," sarkas mama Calya.

"a anu eng nggak ma ta.., " jawab Calya dengan susah payah.

"anu anu ngomong kok gak jelas. Oo bener asal usul nya aja gak jelas hah, dasar anak gak tau diri, "

Calya sudah enggan untuk menanggapi hujatan dari mamanya. Ia pun memilih untuk segera masuk ke kamarnya, zona amannya. Namun sekali lagi langkahnya di hentikan.

Mama Calya memegang pergelangan tangan Calya dengan kuat sampai Calya meringis kesakitan.

"aduh ma sakit,"

"sakit ya, ini baru sakitt," ucap mama Calya penuh penekanan.

"Mama, Calya, "










Terimakasih telah membaca

Jan lupa vote + comment ;-)
+share

Happy reading



Lost MelodyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang