/ˈäbvēəs/easily perceived or understood; clear, self-evident, or apparent.
.
.
.Esok harinya sepulang dari sekolah, Alfa langsung mendatangi ruang rawat Stella setelah menjenguk Ucup yang kondisinya semakin membaik. Sambil membawa kantong plastik salah satu convenience store, Alfa mengetuk ruang rawat Stella. Ia bingung karena hanya mendapati seorang wanita paruh baya sedang mengupas buah-buahan dan menyisakan tempat tidur yang kosong.
“oh, halo, temannya Stella ya?” wanita itu menyambut Alfa dengan hangat
“Eh... iya, tante”
Kat melambaikan tangan dan menyuruh Alfa masuk, “sini masuk, saya mamanya Stella. Stella lagi duduk di taman tuh sama suster” Kat menerima buah tangan Alfa sambil melemparkan pertanyaan seputar Stella semacam
“Kamu teman dekat Stella di sekolah?”
“Stella tuh biasanya kalau di rumah pendiam, tapi kalau sama Jovian pasti dia langsung cerewet deh”
“Stella gimana sih di sekolah? Akhir-akhir ini sepertinya ada masalah dia, tapi belum mau cerita tuh ke tante”
Alfa hanya mengangguk dengan kikuk, dalam hati, Alfa bertanya-tanya darimana sifat jutek Stella berasal padahal mamanya sangat ramah seperti ini.
Kat mengajak Alfa pergi ke taman sambil terus berceloteh tentang anaknya sementara yang dibicarakan terlihat melamun di atas kursi roda. “Oh iya, kamu ajak ngomong Stella gih, barangkali dia mau cerita”
Padahal tanpa dia cerita pun saya udah tau masalahnya, Te. Alfa membatin.
Alfa melangkahkan kaki dengan penuh keraguan. Dalam hati ia cemas. Bukan apa-apa, tapi Alfa belum siap untuk kena semprot gadis itu untuk sekarang.
Jangan ngamuk, tolong, gue bukan pawang lo :(
Sesampainya di samping Stella, Alfa ragu untuk meneruskan langkah, tapi sudah terlanjur ketika Stella berbalik karena mendengar suara langkahnya.
“Ngapain Lo disini?”
“Gimana kabar?”
Mereka bertanya bersamaan, membuat Stella membuang napas kasar dan membuang muka.
“Ngapain Lo disini?” Rupanya Stella masih dalam mode senggolbacok.
“Mungkin, karena gue peduli?” Alfa mengangkat bahu sambil duduk di bangku taman di samping Stella setelah mengkode suster agar meninggalkan mereka berdua. Meski suasana begitu canggung, tapi Alfa sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk membantu gadis itu. Sebisa mungkin ia memutar otak menemukan topik obrolan yang tepat.
“Gak perlu sok baik sama gue. Gue gak butu—“
Perkataan Stella terputus ketika seorang anak sekitar umur 8 tahunan memanggil cowok disampingnya dengan lantang “KAK AFAAAA!”
Anak itu berlari ke arah mereka diikuti seorang suster yang membawakan infusnya dan mengomel, “Aduh, Stevan jangan lari-lari sayang nanti kamu jatuh”
Namun sepertinya anak itu tidak mengindahkan perkataannya justru berlari dan memeluk Alfa dengan erat, “Kak afaaaa” katanya
KAMU SEDANG MEMBACA
ConSTELLAtion
Teen Fiction"When it is dark enough, you can see the stars." - Ralph Waldo Emerson Terkadang, hidup memang begitu bukan? Kita perlu merasa sangat gelap dan tak tahu arah hingga kita melihat ke langit dan memindai keindahan yang tersembunyi dibaliknya Lantas...