(A) Little Thing

433 46 11
                                    

.
So it's gonna be forever? Or it's gonna down on flame?

-blank space, Taylor Swift-
.
.
.

Langit terlihat biru dengan sedikit awan yang menggantung menyambut penglihatan seluruh siswa yang baru saja keluar dari laboratorium kimia. Seharusnya pemandangan siang ini patut dinikmati olehku dari sepanjang koridor laboratorium menuju kelas.

Tapi tentu saja tidak lagi mengingat aku harus terburu-buru menuju UKS untuk mendapat salep luka bakar dan obat anti nyeri untuk menyelamatkan jari-jariku yang terkena cairan kimia saat praktikum tadi.

Arrrgh, semua ini gara-gara Alfa, laki-laki itu memintaku untuk mengangkat tabung erlenmeyer berisi larutan HCl yang baru saja dipanaskan. Kalau saja, laki-laki itu memberitahuku bahwa tabungnya masih panas, aku pasti akan menggunakan penjepit tabung alih-alih langsung menggunakan tangan.

Tidak cukup sampai disitu, Alfa juga tidak peduli kepadaku yang buru-buru mencuci tangan sambil mengaduh kesakitan alih-alih ia hanya melanjutkan tugasnya untuk menulis laporan.

Duh, Alfa benar-benar menyebalkan!

*

Erlyn hanya menatap heran sahabatnya yang masuk ke kelas dengan muka padam sambil menghentak-hentakkan kaki.

"Kenapa lo, Stel? Kok muka lo kusut bener?"

"Nih, lihat! Jari-jari gue sampe melepuh gini gara-gara Alfa! Nyebelin banget sih itu cowok! Awas aja, ntar kalo ketemu, gue labrak tuh orang!"

"Emang gimana ceritanya?"

Stella menceritakan kejadian siang tadi dengan menggebu-gebu. Dia benar-benar membenci Alfa sekarang. Di praktikum sebelumnya, Alfa memberikan tugas mencatat dan mengetik laporan yang panjangnya nyaris membuat Stella menangis karena begitu banyaknya. Minggu kemarin, laki-laki itu dengan tanpa dosanya menduduki satu-satunya bangku incarannya yang tersisa di kantin tanpa peduli dengannya yang berdiri hampir seperempat jam untuk menunggu siswa lain beranjak. Sekarang, siapa yang tidak sebal disaat jam makan siang, perut merintih minta diisi, dipaksa berdiri menunggu sambil melihat siswa yang lain makan dan duduk dengan nyaman.

"Ah itu si kutu kupret yang minta diinjak dari tadi!", Stella berseru heboh ketika ujung matanya menangkap pemandangan seseorang yang menjadi incarannya sedari tadi.

Kalau saja Erlyn, tidak menarik tangannya sembari mengingatkan kalau guru matematikanya sudah berjalan masuk  ke kelas, mungkin Stella akan membuat keributan di kelas dengan menjambrak rambut laki-laki itu tanpa ampun. 

                                                                                           *

Brakk!

Stella menggebrak meja Alfa dengan tenaga penuh.

"Heh, lo kok gak bilang sih tadi tabungnya masih panas? Kan gue gak bakalan langsung pegang langsung pake tangan! Atau mungkin lo sengaja ya biarin gue pegang tabung panas tadi biar tangan gue melepuh?" Gadis itu menunjukkan tangannya yang terluka bakar dan sudah diolesi salep.

"Apaan sih lo datang tiba-tiba marah-marah gini?", Alfa menanggapi nada dingin dan raut muka tak suka.

"Apaan-apaan, nih lihat! tangan gue sampe begini gara-gara elo!". Alfa mengalihkan pandangannya dari buku the essential of science yang dibacanya dan memandang jari-jari mungil yang disuguhkan didepannya.

ConSTELLAtionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang