🌻2. The Other Side🌻

30 10 7
                                    

Hari yang kita lalui adalah misteri. Apa lagi hari esok, siapa yang tahu?

Dan demi kebaikan di hari esok, Irena selalu menyempatkan diri berdoa untuk kesehatan dan keselamatan serta kebaikan semua orang tersayangnya. Untuk Argus dan Jerolin, untuk Mama dan Papa, dan untuk seluruh orang yang masih bisa ia sebut namanya.

“Na, akhir minggu ini aku akan ada acara makan malam bersama klien dari luar negeri, apa kau mau menemaniku?”

Suara Argus mengisi sisa fokusnya. Irena cepat cepat menyelesaikan doa dan segera menyahuti Argus.

“Boleh. Memang mau ke mana? Apa aku harus memakai pakaian formal?”

“Ya, kliennya dari Perancis. Mungkin kita pulang sedikit larut. Bawa coat mu. Jangan sampai kau sakit karena angin malam,”

Argus memang satu gen dengan Jerolin. Sama sama protektif pada Irena.

“Oh, ya. Kemana curut kecil itu? Tumben sekali ia tak muncul di sekitarmu,”

“Dia adikmu juga, oppa. Jangan memanggilnya seperti itu!” kata Irena. Gadis itu kemudian menggerakkan tungkai menuju ke kursi di dekat perapian.

“Linnie bilang ia akan pergi ke rumah Steven dan menginap di sana. Mereka akan mengadakan pesta kecil karena tadi, team baseball mereka meraih posisi pertama,” jelas Irena sambil menyiapkan bahan rajutan di pangkuannya.

“Huuft! Dasar anak itu!” Argus mendengus. Pria itu kemudian menduduki space kosong di sebelah Irena. “Apa Linnie menjagamu dengan baik?

Irena mengangguk dan mulai melanjutkan rajutan berbentuk syal yang sudah setengah jadi.

“Syukurlah kalau begitu.” kata Argus dengan lega.

Pemuda dengan kulit putih itu kemudian mengambil buku di rak buku kecil di sudut ruangan dan mulai fokus membaca.

Oppa, kapan kau akan mengenalkan seseorang padaku? Umm.. Maksudku seorang kekasih,”

Argus menghentikan kegiatannya. Sedikit terkejut akan pertanyaan adiknya itu. Tanpa merubah posisi, ia menjawab, “Not important thing. Aku masih ingin fokus dengan perkembangan perusahaan,”

Setelah memberi tanggapan cueknya, Argus kembali lelap dengan tulisan bergaya Times New Roman berukuran 12 di tangannya itu.

Di pertengahan musim panas ini, Irena kembali menerima jawaban abu abu dari Argus. Pria itu sudah cukup matang untuk menjalin hubungan.

Urusan materi? Argus bahkan sudah membeli 9 gedung di daerah Busan. Ada juga 3 unit villa di Indonesia. Di tambah puluhan perumahan yang ia bangun di beberapa negara tetangga. Meski belum sesukses perusahaan lain, Irena rasa, Argus tak akan mati kelaparan.

Ting!

Ponsel dengan warna hitam menyala. Argus sebagai pemilik segera mengeceknya.

Lelaki itu mendecak kemudian mengembalikan buku di tangannya.

“Na, aku akan pergi ke kantor. Lebih baik kau kunci pintunya, aku akan menginap di sana saja. Jadi kau tak perlu menungguku,”

“Apa urusannya sangat penting? Ini sudah pukul setengah sebelas malam, oppa. Apa pekerjaanmu tidak bisa ditunda sampai besok?”

Irena menghentikan acara merajutnya. Argus menghela napas. “Aku melakukannya hanya untuk kalian berdua, Na. Kau dan Jerolin adalah segalanya bagiku,”

“Ya, kami tau.” Irena tersenyum tulus. “Berhati hatilah di jalan. Jangan lupa istirahat, oppa. We love you,”

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 01 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KalopsiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang