.2.

2.7K 42 6
                                    


"Aku akan membantumu membalaskan dendammu, dengan syarat kau harus tidur denganku."

Hazel Sooyi masih mencermati onik Jumin yang terlihat teduh dari luar tapi membara di dalamnya. Sooyi bisa merasakan onik tenang itu menatapnya tanpa lengah sedikitpun. Pertemuan sekali memang tidak bisa membuatnya mengetahui keseluruhan diri Han Jumin. Sooyi lengah pada pertemuan pertama mereka. Harusnya ia lebih waspada.

Menyungging sudut bibirnya, Sooyi meletakkan gelas wine. Ia melipat tangan di depan dadanya dan membusung angkuh. Mata elang Jumin sekilas menatap payudara bulat berisi yang terbalut gaun v-neck bertali bahu dengan belahan dada yang sedikit menyembul keluar. Kulit putih menggiurkan itu sempat membuat Jumin tertarik untuk melucuti kain merah yang membalutnya.

Sooyi mendengus kecil. Pria manapun sama saja. Termasuk Han Jumin yang kabarnya seorang gay. Sesaat Sooyi berpikir rumor Jumin yang ia dengar saat menyelidiki orang-orang di sekitar Jihyun, pasti salah.

"Menukar tubuhku dengan sesuatu tentang kematian Sooyeon. Apa kau bisa menjamin itu harga yang pantas?"

Jumin tidak berharap Sooyi akan langsung menyetujui penawarannya. Ketika ia bertemu wanita itu pertama kali, ia sudah bisa menerka karakternya. Jika Sooyeon adalah bunga lili yang menunjukkan kecantikan yang polos, suci, tak bersalah, maka Sooyi adalah bunga dandelion yang terlihat kuat dari batangnya tapi dengan sekali tiup saja, bunga itu hancur. Sepertinya kematian Shin Sooyeon meniupkan dandelion kehidupan Sooyi, dan wanita itu berusaha menghidupkan kembali bunganya yang telah mati.

Onik Jumin mengerling, membalas keangkuhan Sooyi. "Kau sendiri yang bisa menilainya." Kata pria itu. "Yang jelas, dengan koneksiku aku mendapatkan data lebih dari yang kau miliki sekarang."

Sooyi terdiam, Jumin mendekatkan tubuhnya setengah menindih. Bibirnya mendekati telinga wanita itu, dan berbisik dengan suaranya yang berat dan dalam. "Jika kau menghancurkan Kim Jihyun dengan cara baik-baik, itu tidak akan berhasil."

Rahang Sooyi bergemeretak, ia mengerjap dan mendapati Jumin telah menyeringai dengan onik angkuhnya. Tangan pria itu tergerak menyibak rambut panjangnya. Leher jenjang Sooyi yang memukau terlihat jelas. Telunjuk pria itu menyentuh tengkuknya lalu turun ke tulang selangka, sedikit menjauh hanya untuk melayang di depan payudara Sooyi. Tangannya tidak menyentuh dada, tapi membuat gestur seperti sedang meremas dan memelintir putingnya.

Sooyi menelan ludah. Han Jumin tidak sungguh melakukannya, tapi ia merasa putingnya mengeras seketika. Pria itu melempar senyum padanya, lalu beringsut. Ia mengeluarkan kartu nama, lalu melemparnya di meja.

"See you, dear." Ujarnya lalu berbisik. "Nice boobs." Ia mengecup bibir Sooyi singkat, lalu melenggang pergi begitu saja.

Wajah Sooyi memerah. Ia memegangi bibir, juga menutupi payudaranya dengan sebelah tangan. Ia sangat lengah hari ini, atau sebenarnya Jumin berhasil meruntuhkan pertahanannya. Masih dengan wajah memerahnya, ia melirik kartu nama Jumin.

Jumin Han
Chief Director C&R Internationals

Han Jumin... pria itu benar-benar berbahaya, dan Sooyi harus mendekati pria itu demi membalaskan dendamnya pada Jihyun.

Sooyi mengingat lagi pesan Jumin padanya.

Jika kau melakukan cara baik-baik, itu tidak akan berhasil.

Gigi Sooyi bergemeretak. Ia gusar.

"Siapa juga yang melakukan cara baik-baik?"

Ketika ia memutuskan untuk menyerang Jihyun, Sooyi sudah bertekad akan mempertaruhkan semuanya. Mata dibalas mata. Gigi dibalas gigi. Nyawa, dibalas nyawa.

Something Only We Know [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang