.1.

4.9K 48 16
                                    

Itu lagu waltz. Sebuah lagu pengantar untuk tarian waltz yang sering dilakukan di Inggris. Sooyi bisa langsung mengenali jenis lagu itu. Ia cukup familiar dengannya.

Sayangnya lagu semacam itu hanya dijadikan sebagai musik latar belakang saja. Tidak ada yang saling berpasangan dan berdansa dengan indahnya. Semuanya asyik bercengkerama dengan gelas champagne di tangan.

Tema pesta kali ini adalah formal. Balariumnya didekor megah dan elegan dengan dominasi warna putih dan emas. Lampu gantung megah menjadi satu-satunya pencahayaan paling dominan di sana. Sisanya lampu-lampu dinding unik yang serupa mengeliling balarium. Tak lupa, orang-orang dengan pakaian formal. Yang wanita dengan gaun panjang nan megah. Yang pria dengan tux mahal. Sepertinya hanya Sooyi saja, tamu perempuan yang mengenakan tux.

Itu adalah pesta kaum sosialita yang diadakan oleh salah satu konglomerat paling berpengaruh di Korea, Kim Jihoo. Sooyi datang dengan Irene, sekretarisnya.

Sooyi mengedarkan pandangannya. Pesta itu cukup ramai walau hanya diperuntukkan bagi para sosialita.

"Saya dengar pria itu tidak datang." Kata Irene setengah berbisik.

"Dia bukan orang yang suka mengikuti acara semacam ini. Bahkan meskipun ayahnya sendiri yang menyelenggarakannya."

Pandangan Sooyi terarah pada pria jangkung paruh baya dengan ekspresi dingin miliknya. Pria itu, Ketua Kim Jihoo. Tuan rumah pesta ini.

"Joesonghamnida, hwejangnim. Saya akan lebih cermat lagi."

Kaki jenjangnya melangkah mendekati Ketua Kim. Meski pria itu bukan tujuannya mendatangi pesta ini, tapi ia tetap harus memberi salam pada tuan rumah. Pria tua itu tampak serius mengobrol dengan seorang pria jangkung dengan tux legamnya. Ketua Kim langsung menyadari sosok Sooyi yang semakin mendekat.

Wanita itu tersenyum pada Ketua Kim lalu menundukkan kepalanya singkat untuk menunjukkan sikap hormatnya. Tubuhnya masih tegap berdiri penuh percaya diri. Bahkan meskipun ia harus berdiri di hadapan pejabat penting seperti Ketua Kim.

"Ketua Kim. Apa kabar." Sapa Sooyi.

"Nona Shin. Atau mungkin seharusnya aku memanggilmu Ketua Shin."

Sooyi tersenyum lagi.

"Terima kasih sudah mengundangku."

"Aku harap undangan pesta yang mendadak ini tidak mengganggu jetlag-mu."

Sooyi baru saja kembali dari Inggris sehari lalu dan Irene langsung memberinya undangan pesta.

"Aku justru senang menerima undangan ini. Setidaknya aku bisa bersenang-senang sebentar sebelum bekerja." Sooyi lalu menatap pria di sebelahnya, dan menundukkan kepalanya sejenak. "Maaf, mengganggu percakapan kalian."

"Tidak sama sekali." Kata pria itu. Untuk sesaat Sooyi merasa takjub dengan postur tubuh pria itu, tapi wanita itu mengabaikannya dengan melempar senyum padanya.

"Dia Shin Sooyi. Perwakilan dari Shinsu Group." Kata Ketua Kim.

"Shinsu?" Pria itu tertegun sejenak. Oniknya mengamati Sooyi dengan cermat. Wanita itu dengan segera menunduk singkat pada pria yang diperkenalkan Ketua Kim.

"Annyeonghaseyo. Saya Sooyi, putri bungsu Ketua Shin terdahulu."

Pria itu masih mencermati Sooyi, dan sebuah sunggingan kecil terulas di sudut bibirnya.

"Putri bungsu?"

"Benar. Dia baru saja kembali dari studinya di Inggris setelah putri sulung Shinsu meninggal. Dia yang menggantikannya."

Something Only We Know [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang