"Sudah sampai, Sajangnim."
Onik Jumin terbuka perlahan. Binar gelapnya mengamati sebuah gedung gereja yang ramai dengan anak-anak. Minggu pagi setelah kebaktian, gereja membuka kelas seni dan sangat digemari oleh anak-anak. Para orang tua juga merasa tenang menitipkan anak-anak mereka di tempat ini.
Jumin turun dari mobil dan berjalan tegap. Ia memberi salam pada beberapa pastor dan suster kemudian melihat sosok pirang mungil Rika muncul dari dalam gereja dengan membawa kotak berisi alat melukis. Ia dan Jihyun baru saja menyelesaikan kelas seni hari ini.
"Jumin, menyenangkan melihatmu kemari." Sapa Rika dengan senyum cerahnya. Jumin tertegun sejenak, dengan ekspresi dingin. Sejak percakapan mereka lima hari lalu di grup chat, tidak ada percakapan lebih lanjut mengenai bergabungnya Sooyi ke RFA. Jihyun juga akhir-akhir ini sulit dihubungi, mengingat ada beberapa pameran yang harus ia datangi termasuk mempersiapkan pesta akhir tahun RFA.
"Aku datang menemui V."
Baru saja disebut, Jihyun sudah muncul dengan apron kulit dengan noda cat, juga tampilannya yang sedikit payah. Pria itu tersenyum lebar melihat kedatangan sahabatnya.
"Hei, tumben kau kemari."
"Ada yang ingin kubicarakan."
"Oh, tentu." Kata Jihyun. "Setelah aku membersihkan ini." Pria itu menunjuk tangannya yang kotor, juga penampilan payahnya. Jumin tersenyum.
"Santai saja. Aku bisa menunggu."
Jumin sebenarnya tidak menyangka ia akan melihat Rika bersama Jihyun sekaligus. Namun melihat Jihyun dan gereja, sudah pasti ada wanita itu di sana. Jadi ia membiarkannya saja, walau ia tidak berencana untuk membicarakan topik ini bersama wanita itu. Sekarang Jumin jadi ingin melihat reaksi Rika yang sebenarnya.
Rika adalah wanita yang ditemui Jihyun tiga tahun lalu, tepat setahun setelah putusnya Jihyun dengan Sooyeon. Baik Rika maupun Sooyeon, keduanya benar-benar selera Jihyun. Seorang wanita ceria dengan segala kelembutan yang mereka pancarkan. Sooyeon adalah perempuan yang baik, begitu juga dengan Rika. Hanya saja ada satu hal dari Rika yang entah mengapa tidak disukai Jumin.
Setelah menunggu beberapa menit, Jihyun datang dengan Rika yang membawa nampan berisi tiga cangkir teh. Mereka duduk di sebuah paviliun tak jauh dari gereja. Dari paviliun itu mereka bisa melihat anak-anak bermain dan berlarian kesana kemari.
"Jarang sekali aku melihatmu ke tempat ini."
"Jumin sangat sibuk, V. Tentu saja sulit baginya untuk mengikuti jadwal kita."
Jumin menyeduh tehnya. Menikmati teh hangat di pagi yang cerah cukup menyenangkan.
"Akhir-akhir ini kau sulit sekali dihubungi. Aku sampai harus mengunjungimu."
Onik Jumin melirik Rika, wanita itu terkesiap dan menyunggingkan senyumnya. Senyum yang terlihat seperti sebuah keresahan.
"Jadi, apa yang kau ingin bicarakan denganku?"
"Apa kau masih ingat Sooyi?" Tanya Jumin.
"Sooyi? Adik Sooyeon?"
Jumin menelaah ekspresi Jihyun. Terlihat sekali pria itu belum bertemu Sooyi sejak kembalinya wanita itu.
"Kudengar dia kembali ke Korea."
"Benarkah?" Tanya Jihyun senang. Kemudian ia merasa kalut. "Ah, tentu saja. Kakaknya baru saja meninggal."
"Apa kau masih mengingatnya?"
"Tentu, tapi yang ada diingatanku adalah Sooyi ketika ia SMA. Bagaimana ia sekarang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Something Only We Know [21+]
Romance"Aku akan membantumu, dengan syarat kau harus tidur denganku." Mystic Messenger fanfiction Alternate Universe | EXPLICIT CONTENT . disclaimer . Cheritz | soomi