.4.

2.1K 44 11
                                    

.

Kelopak mata Sooyi terbuka. Irisnya membaca keadaan gelap kamar Jumin. Hanya cahaya bulan terang masuk ke dalam kamar lewat tirai putih transparan. Jumin sudah lelap di sampingnya, dan ia terbangun di tengah malam karena merasa tidak nyaman dengan suasana baru yang ia rasakan. Yaitu tidur dengan pria asing di sampingnya.

Ia tidak terlalu mengenal Han Jumin. Mereka baru bertemu beberapa hari yang lalu dan mereka telah tidur bersama. Lebih tepatnya ia membuat kesepakatan dengan pria itu, dengan menjual tubuhnya.

Sooyi beranjak dengan tubuh telanjangnya, lalu menemukan mantel bersih yang terlipat di meja yang tak jauh dari ranjang. Sepertinya pria itu sengaja menyiapkan untuknya. Sooyi tidak kembali ke kamar Jumin, ia ke ruang tamu dan menemukan botol wine di sana. Ia menuang-teguknya sejenak sembari melihat kota Seoul tengah malah. Lampunya masih berkelap-kelip walaupun tak terlihat keramaian di jalan.

Cukup lama Sooyi menikmati waktu sendirinya, sampai akhirnya sepasang tangan melingkar di perutnya. Dagu Jumin di sebelah bahu Sooyi seraya bibirnya mengecup leher wanita itu.

"Tidak tidur?" Tanya Jumin. Mata pria itu memejam seiring dengan hidungnya mencium wangi tubuh Sooyi. Terasa nyaman dan sedikit membangkitkan gairahnya.

"Aku tidak bisa tidur." Sooyi menyesap wine-nya lagi. Seks mereka malam itu cukup mengesankan. Sooyi sempat tidur karena kelelahan, tapi kemudian ia bangun karena merasa tidak nyaman.

"Apa kau tidak nyaman dengan ranjangnya? Aku bisa menggantinya untukmu."

Bukan masalah ranjangnya. Ia hanya merasa tidak nyaman karena berada di tempat dengan pria yang tidak dikenalinya. Sooyi belum terbiasa. Namun ia tidak akan mengatakannya. Yang terpenting bukan ranjang mereka.

"Kenapa kau ingin membantuku?"

Jumin diam, ia menatap tatapan kosong Sooyi dari pantulan dinding kaca.

"Seperti dirimu." Kata pria itu. "Aku juga ingin menghancurkan seseorang."

Sooyi masih mengingat video yang ia lihat di layar komputer Jumin. Itu adalah video rekaman black box mobil Sooyeon. Dari blackbox tersebut, terlihat dengan jelas wajah pelakunya. Itu adalah video yang dicari-cari Sooyi sebulan terakhir, selama ia menyelidiki kematian Sooyeon. Catatan polisi mengatakan hanya kecelakaan biasa karena mobil yang menabrak juga ikut jatuh ke jurang, tapi tidak adanya rekaman blackbox membuat Sooyi curiga. Sekarang ia menemukan rekaman itu ada di tangan Jumin.

"Dengan rekaman itu, kau bisa menyeretnya ke penjara." Kata Sooyi dingin.

"Apa itu yang kau inginkan?" Tanya Jumin. Intonasi yang mengintimidasi, membuat Sooyi merasa ragu walau sedetik. "Nyawa dibalas nyawa. Bukankah tidak adil jika membiarkan dia hidup sementara Sooyeon mati?"

Jumin lalu berbisik tepat di telinga Sooyi. "Akan jauh lebih menyenangkan, jika dia merasakan sakit seperti kematian, sebelum benar-benar mati."

Sooyi meneguk ludahnya. Dalam bayangan tak terlihat, Jumin menyeringai. Ekspresi gugup Sooyi terlihat begitu menarik.

"Apa yang kau rencakanan?"

"Aku yakin kau pasti telah menyelidiki V." Kata Jumin. "Kau tentu mengetahui kekasihnya yang bernama Yoo Rika."

"Kau ingin aku langsung menyerang Yoo Rika?"

"Tidak." Jumin mengecup leher Sooyi sesekali. Hidungnya menghirup wangi tubuh wanita itu dengan kencang dan merengkuhnya semakin erat.

"Aku ingin kau merusak hubungan mereka." Tangan Jumin merembet naik meraba payudara Sooyi. Jemarinya menemukan puting Sooyi dari balik kain dan meremasnya. Wanita itu melenguh tertahan dan menggigit bibirnya.

Something Only We Know [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang