tri.
it just don't feel right.
━━━ ⸙ ━━━usapan handuk guna keringkan rambut terhenti tepat setelah jari panjangnya menelusuri roomchat terdahulu.
keiji, kau dimana?
kecelakaan pesawat hari ini, juga menewaskan kedua orangtuaku.
datanglah kesini.
raut muka itu pias. terlebih mendapati pesan yang seharusnya sudah bisa dibaca sejak beberapa jam lalu. haruskah ia menyalahkan daya ponselnya—yang sedari siang memang sudah nonaktif?
ia menggeleng getir.
sahabat payah.
dengan kacau ia mengambil jaket yang tergantung—menyadari angin musim gugur yang semakin menjadi—dan bergegas menuju apartemennya.
semoga saja tidak terlambat.
rapalan itu mengundang harapan. mengesampingkan fakta bahwa rasa bersalah semakin menggeroti perasaannya.
.
deru napas tidak terkontrol begitu ia menaiki empat lantai tangga darurat dengan langkah tergesa. dan saat ini, ia benar-benar berharap sesuatu yang baik datang kepadanya.
di depan pintu bernuansa putih tulang tersebut, ia mengetuk dengan ragu.
“[name]?”
hening semakin menjadi. tidak ada sahutan, pun tanda seseorang mendekat.
lagi, mengesampingkan pemikiran negatif yang menguasai, ia meraih gagang pintu.
cklek.
tidak terkunci.
tanpa membuang waktu, ia mengerahkan pandang ke seluruh ruangan. mencari keberadaannya.
baru saja umpatan frustasi terlontar akibat gagal menemukannya, saat itulah matanya berhenti pada sofa panjang di pojok ruangan.
sahabatnya menangis tersedu.
di bahu seseorang.
"[name]?"
adalah sebuah kesialan tatkala panggilannya tidak mendapat balasan sesuai harapan.
raut wajah mengeras. Dalam diam, ia langkahkan kaki jenjangnya keluar, kurva di wajahnya melengkung ke atas, tersenyum getir.
ini salahnya.
bukannya seharusnya ia bahagia? bersyukur masih ada orang lain, yang peduli terhadap sahabatnya?
tetapi, mengapa dirinya merasa sesak, mengetahui bahwa bukan bahu miliknya yang menjadi sandaran?
rasanya, tidak mengenakkan menjadi orang yang tidak berguna. bahkan untuk orang yang ia sayangi sekalipun.
[]
KAMU SEDANG MEMBACA
konstelasi || a. keiji
Fanfic[kumpulan drabble yang tidak beralur] tanpa mengindahkan ruang dan waktu, kita kan senantiasa terhubung. haikyuu © haruichi furudate