Langit biru nan cerah terpantul di atas air keruh menyirami wajah mongel gadis itu.
Tak seharusnya seorang gadis keturunan bangsawan yang disegani berdiam diri di tepi danau sendirian. Terlepas dari penampilan eloknya, ia memang sedikit nakal.Dibanding belajar soal tata krama, ia lebih suka lomba lari dengan anak-anak domba.
Ia jauh lebih senang ketika anak panahnnya melesat tepat pada sasaran, daripada latihan membungkuk agar dinilai sopan.
Gadis itu lebih semangat ketika mendengar para pengawalnya bercerita, sungguh ia tak suka repot-repot merias diri hanya untuk hadir ke pesta dansa. Tapi justru karena itu, hal-hal menarik selalu menghampirinya.Tak lama ia sadar, bahwa pantulan langit bukanlah satu-satunya hal yang dimiliki danau itu. Ia mulai berlutut mendekat pada permukaan. Wajah penasarannya berubah, seperti sehabis menggigit lengkuas, rasa bingung dicampur terkejut. Bibir merah muda itu terbuka
"Itu kuda nil...?"
Ia tersentak jatuh ke belakang.
"ITU KUDA NIL!!"
BRUK... Aku menutup buku aneh berjudul "Romeo Juliet dan Kuda Nil"
Siapa yang tak tahu kisah tragis tentang Romeo dan Juliet. Tapi Kuda nil...? Sungguh coba kau pikir sejenak, Kuda Nil! Ituloh hewan darat terbesar kedua setelah gajah. Hewan yang air laktasinya berwarna merah muda walaupun makanan pokoknya rumput dan buah-buahan. Rumput dan buah mana yang warnyanya merah muda? LANTAS MENGAPA SUSUNYA MERAH MUDA?
Butuh empat menit dua puluh detik untuk berdamai dengan tulisan yang barusan aku baca.
Bukan kebetulan buku ini ada di tanganku. Anne Broglie, gadis berpenampilan elok yang lebih tua satu tahun dariku, rumah kami saling membelakangi hanya terpisah kebun kecil milik keluarga Broglie, ia bilang buku ini membuatnya merasa lebih bijak.
Tidak menutup kemungkinan dia sudah terlebih dahulu menghisap ganja sebelum membaca, jika sudah begitu baru masuk akal buku ini membuat dia merasa lebih bijak. Tak cuma dia, layaknya sebuah sirkus, setiap anggota keluarga Broglie punya keunikannya masing-masing.
Aku pernah bertannya pada Paman Kevin (Tuan Broglie) bagaimana ia bisa meluluhkan hati Bibi Jane (Nyonya Broglie) dia kemudian bercerita, kira kira begini. ekhm..
Ditengah medan perang di saat para prajurit sibuk bertarung satu sama lain.
"Namamu Jane, benar?" ucap Kevin sambil merobek dada seorang prajurit lalu mengambil hatinya. Ia lanjut menggigit bibirnya, seraya menyodorkan hati yang barusan diambil. "Ini untukmu..."
"Kenapa memberiku hati musuh?" Tanya Jane keheranan.
"Karena hatiku... sudah jadi milikmu..."
Aku yakin setiap orang yang mendengar cerita itu pasti bertanya "Mengapa harus saat perang?" aku bertanya hal yang sama. Jawab Paman Kevin sih "Takan pernah ada waktu yang tepat jika kamu selalu tak siap."
Bibi Jane juga tak kalah unik. Aku masih ingat waktu banteng milik Pak Kades lepas tak perlu senjata untuk menenangkan banteng itu- kata menenangkan mungkin kata yang kurang tepat.
Bibi Jane menggenggam tanduk banteng yang sedang berlari itu dari depan, kemudian di saat yang bersamaan dengan banteng itu mendorong kepalanya ke atas, Bibi Jane melempar kedua kakinya kebelakang lalu mengangkatnya. Banteng yang mengacaukan kebun hasil kerja keras Pak Kades akhirnya jatuh ke sungai. Itu pertama kalinya aku melihat teknik lompat banteng Minoa secara langsung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Justice
مغامرةSepotong kisah tentang seorang anak laki-laki yang akan menuntunmu berkenalan dengan banyak hal, menunjukan betapa ragamnya warna dunia. Betapa manisnya kehidupan ketika ia benar-benar merasakan hal di sekitarnya. Ketika ia sadar, bahwa setiap insan...